6

2.6K 274 93
                                    

.

.

.

Jung Hoseok.

Tempat pertama dimana si mungil surai hazel itu mengadu. Malam itu, Taehyung mencurahkan semuanya tanpa dilebihkan atau dikurangi. Tok sama.

Kehancuran sekaligus kemenangan dirinya. Hancur? Oh jangan gila, kenapa Taehyung harus repot merasa hancur perihal luka tusuk Seokjin?

"Hoseok-ahh.."

Telepon yang ada di genggaman dipenuhi simbahan darah. Bicaranya sengau, terisak-isak.

Si preman kampung Gwangju itu tercengang, belum sempat memang dia berkirim kabar atau berucap tahun baru pada sepupunya.

Berandalan ini kelupaan. Sebulan belakangan Hoseok menggencarkan aksi pedekate pada Jeon Jungkook, masih dalam tahap alias belum jadian. Digantung terombang-ambing, Hoseok fighting!

"Nne? Wae gerrae Taehyung-ah?" Sekarang, Hoseok dalam perjalanan pulang dari rumah Jungkook. Biasa, abis namu tahun baru sekalian modus ayey ayey.

Saat ini pria Jeon memang penting bagi masa depan Hoseok, namun dia sadar si kecil berhati sensitif ini terpenting di antara hal penting. Taehyung itu mudah dihancurkan.

Ibaratkan, Hoseok itu cangkir kosong. Jungkook adalah latte manis, dan Taehyung ialah air putih. Walau terkesan sederhana, Hoseok membutuhkan Taehyung.

"Bicaralah, Taehyung. Aku mendengar dari sini."

"Nan molla." Taehyung gemetaran, nadinya dicekik ke langit. "Aku tidak tau harus mulai menceritakan darimana."

"Apa? Perlu kujemput di stasiun seperti biasa?"

"Pikiranku kacau... aku frustasi.. seperti mau mati.."

"Hei.. hei.. jangan berlebihan. Aku tak suka gaya bicaramu yang merendah dan pasrah pada hidup. Kau harus melawan sakit hatimu, apapun itu! Tae! Dengar aku kan?"

"Apalagi yang harus kulawan hah?! Seokjin?!" jerit Taehyung menggema, dengan nada menyedihkan. Bulir tangisnya turun kala mengerjap.

"Tentu saja.. bukannya itu yang memotivasimu untuk terus hidup sampai sekarang?"

Ditatap lagi wajah mengenaskan lelaki yang kini berjuang menghadapi batas kematian.

Lelaki bertubuh atletis itu terguyur lemas,-- pada satu ranjang ICU dengan sejubel tenaga medis yang tengah menjahit luka-luka menganga di perutnya.

Mengerikan.

Kim Seokjin berdesis kesakitan disana, nyeri menyelimuti seluruh rongga tubuhnya sampai dia merasakan sensasi terhujam api Neraka.

Bersirat lirih dengan tatapan kosong, Taehyung membalikkan badan.

Biarlah momen, kenangan lampau, apapun itu yang berkaitan dengan si pria tinggi yang masih berstatus suaminya itu berakhir.

"Hossiki, boleh aku merepotkanmu?"

"Ya, katakan."

"Urus paspor visaku. Lusa, mungkin aku akan meninggalkan Korea setelah mengurus surat pindahan."

Taehyung harus merestart ulang segala hidupnya yang berantakan. Menata sedikit demi sedikit kepingan hatinya yang tercecer.

Taehyung kehilangan arah, poros, dan tujuan hidupnya secara bersamaan.  

Mengabdi dendam pada orang yang tak tau menau persoalan, apa Taehyung waras?

Dosanya sebagai pendendam, dihapusnya sedikit karena telah membawa Seokjin ke RS. Berniat lenyap dari Korea sebagai penebusan dosa yang utuh.

Kiss Then Kill | JinVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang