7

2.6K 252 188
                                    

Pelukan itu tidak berarti apa-apa.

Kim Taehyung bersikeras pergi, hatinya tidak tergerak meski sedikit.

Cincin berlian putih yang melekat di jari manisnya perlahan diurut lambat.

Manik Seokjin berkunang, dicekat tangan istrinya, "Mau kau apakan cincin itu, Tae. Pakai itu kembali."

Taehyung kukuh melepas, diserahkan perhiasan yang jadi mas kawinnya dulu ke tangan begar sang suami. Ralat. Apa resmi sudah jadi mantan suami?

"Pulanglah." Tangan Taehyung beringsut naik, meraba-raba rahang kasar yang mulai ditumbuhi janggut tipis. Panas. Seokjin demam.

"Kamu masih belum sehat. Minumlah obat dan habiskan bubur yang kusiapkan di kulkas. Eoh?" kata Taehyung pahit, menyeka isak yang jatuh menghujani pipi Seokjin.

Menggeleng tak setuju, Seokjin mencengkram erat tangan halus Taehyung yang hinggap di pipinya.

Ingin merasa kehangatan itu sedikit lebih lama. Sebentar saja.

"Kali ini, aku tulus mengatakannya, Seokjin-ah. Aku tidak berpura-pura lagi. Mianhae.."

Sentuhan itu terpisahkan. Oleh waktu yang mendesak, dan kereta panjang di hadapan. Penumpang lain sudah menunggu Taehyung.

Seokjin berlari kencang. Menempelkan diri dekat tiang pembatas, terpukul. Demi apapun ia tak sanggup menyaksikan kepergian orang yang paling dicintainya, apalagi sebanyak 2 kali.

"Kim Taehyung!" pekik Seokjin menggaung di stasiun, "Aku tak mau bubur. Hari ini aku ingin makan sup kerang, kenapa kau tidak pulang dan masakkan itu untukku?"

Langkah kaki pria manis itu terhenti, suara memilukan dari belakang punggungnya amat menyayat hati.

"Kalau kau pergi aku betulan akan mati !! Aku akan mati, Taehyung!" raung Seokjin sekali lagi, kali ini dua tangan berototnya sudah diamankan oleh penjaga sebagai antisipasi keributan.

Tanpa sadar, air mata Taehyung menetes.

Tiketnya diberikan agak gemetar, bibir bawah ia gigit keras meredam gemuruh isaknya kedengaran. Sendirinya pun tak paham soal kekacauan hatinya.

Sejak awal Taehyung mengidam ingin berpisah, naas di saat hari itu tiba malah hati Taehyung remuk?

Masinis di sebelah Taehyung kelihatan ragu, antar mau ambil tiket atau tidak. Pemandangan klise apa ini?

Jadi orang ini berniat pergi atau tidak kalau disuguhkan acara tangis-tangisan begini?

"Urusan rumah tangga sebaiknya diselesaikan dulu, ga malu diliat orang sekampung?" ketus masinis itu seraya memeriksa tiket Taehyung.

Dikantit label barcodenya pertanda karcis Taehyung disetujui.

Seokjin meringis, meratap nanar punggung kecil Taehyung yang berlalu naik dalam kereta.

"Hajima, Taehyung-ah! Yakk!" berontak Seokjin dalam posisi dua tangan dipegang oleh satpam setempat.

Sejurusnya daya tahan Seokjin melemah, penglihatannya berputar bagai gasing.

Gelap. Sekitaran matanya menggelap gulita, apalagi hatinya. Remuk total.

Lelaki itu mendadak tuli, jatuh merosot dengan kepala berdenyut. Suara-suara teriakan, penguatan di sampingnya menjelma jadi kabut asap.

Kim Seokjin betulan di masa kritis.

Baik fisik maupun psikisnya.

.

.

.

Lima tahun lalu,

Kiss Then Kill | JinVDonde viven las historias. Descúbrelo ahora