9

2.5K 229 276
                                    

.

.

.

"Jangan siksa dirimu lebih dari ini."

Obsesi gila. Kata yang paling cocok untuk menggambarkan Kim Yuseong. Pria itu tak main-main, dia duduk mengkerut di bawah pos jaga depan rumah kakaknya.

Seokjin mematuhi isi pesan Yuseong. Seperti apa yang adiknya pinta, Seokjin sengaja turun di suhu minus 12 derajat untuk membawa secarik selimut tebal.

"Kakak?" Mata Yuseong berkunang, hendak menangis. Wajah pria sayu itu pucat, bibirnya gemetaran. Adiknya kedinginan, sangat.

"Yuseong-ah, kau tak akan menyerah?"

Seokjin berdiri tegak. Berbatas jarak 3 meter.

Lelaki itu telah berpakaian sopan dengan hoodie gebor. Jelas otot dada dan pemandangan perut sispeknya cuma dipertontonkan gratis bagi istri sahnya, Taehyung.

Yuseong mencoba bangkit, namun gagal. Kembali jatuh terkulai efek kakinya ditekuk terlalu lama. Demi apa, dia tahan bergelut dengan hujan salju nyaris seharian.

"Kak.. uks.. sakit.. sakit sekali.. "

Seokjin berjongkok dekat kaki sang adik, menatapnya dan mengurut pergelangan Yuseong. Sebenci apapun, takdir tak bisa dielak. Bocah sinting ini saudaranya. Saudara kandung.

"Kak.. apa kau teringat satu hal? Dulu.. kau juga pernah memijit engsel kakiku."

Sangat ingat. Seokjin yang berlagak heroik, menggantikan hukum sabet di kaki Yuseong sewaktu SMU.

Dimana itu kesalahan Yuseonglah yang diam-diam memakai motor ayahnya, berakhir kecelakaan tunggal. Saat itu Yuseong baru masuk SMP. Usia rawan bagi pengendara motor.

"Entahlah, aku tak ingat apapun." dengus Seokjin setengah tak peduli, memotong harap Yuseong.

"Bohong.. kau pasti ingat semuanya, kak. Iya kan?"

"Tidak. Kurasa aku tak pernah melakukan itu."

Ekspresi Yuseong jadi layu, kusut nan perih.

"Apa kau tidak merindukan itu? Saat kita masih akrab seperti dulu sedikitpun kau tidak rindu?" lolos Yuseong serak, berkaca-kaca.

Dia meremas pelan ujung hoodie yang dipakai Seokjin, menangis seperti anak kecil yang tak tau apa-apa.

Menghela napas berat, Seokjin berangsur sesak. Iris redup Seokjin tak kalah merah berair. Menyiratkan betapa merana masa lalu yang harus ia pikul.

"Kau.. sudah kehilangan kesempatan itu, Yuseong."

"Salahmu yang tak mencoba untukku, kak!"

Satu sentakan kuat, tubuh menggigil Yuseong telah merapat padanya. Seokjin memeluk adiknya, erat.

"Lihatlah.." lirih Yuseong tersendat isak, "Kau memperlakukanku begini lagi, kak.. kau memelukku, selalu membuatku berharap untuk lebih."

Bukan raut haru yang didapat. Seokjin tetap bersikap tenang dengan sorot mata tajam.

Membisiki adiknya tepat di depan kuping, "Aku tau kau selalu putus asa sampai gila karena mencintai seseorang."

"Bertahanlah sampai kau merasa kehilangan keduanya."

Seokjin menekan keras punggung si adik dengan tangan begahnya, maniknya tercelak merah disertai isak.

"Seperti aku. Bersama merasakan duka menyakitkan itu. Saat dimana kau kehilangan keduanya."

Yuseong menyanggah, benci Seokjin mengungkit nama jalang murahan itu.

"Tapi aku disini yang selalu mencintaimu dengan tulus, kak! Tidak ada orang di muka bumi ini yang tulus sepertiku!"

Kiss Then Kill | JinVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang