8

2.6K 255 143
                                    

"Bagaimana kalau aku tinggal bersama kakak saja? Biar aku yang memastikan hubungan mereka."

Seokjin tersenyum tenang akan permintaan adik bungsunya.

Tak menyahut apa-apa, Seokjin menyeret paksa istri dan ibunya masuk rumah. Mengunci ekstra pintu depan, sengajanya mengucilkan Yuseong sendiri di luar.

Berlari menuju jendela, menutup baut dan segala tirai. Pergi melesat ke pintu belakang juga kalau-kalau Yuseong menerobos masuk nanti malam.

Bukan gertakan atau jotos yang diperlukan untuk melawan si tengik Yuseong. Cukup didiamkan dan tak usah dipedulikan. Toh, Seokjin kenal watak si adik luar-dalam.

"Menarik juga. Jadi, dia sengaja huh?" seringai Yuseong bergeming di halaman.

Menjentik jari lentik di dagu, Yuseong tersenyum tiada putus. Sedikitpun dia tak merasa tersinggung. Penolakan dari Seokjin bagai narkoba yang merayu.

Hindaran Seokjin ini dianggapnya sebagai trik tarik ulur. Dia paling tau sang kakak juga sama menaruh hati padanya, cuma tertutup ego dan status saja.

Oh, senangnya.

Keadaan di dalam bertambah runyam. Sedikit, dada Seokjin berdebar. Perilaku Yuseong itu tak bisa ditebak dengan akal sehat. Dia sepenuhnya gila.

"Sejak kapan Yuseong dibolehkan berkeliaran lagi, bu?" derik Seokjin agak marah.

"Emm, tidak ada yang membolehkan tapi dia yang keluar sendiri."

"Mwo?!" Alis Seokjin berkerut, "Ibu sadar kan bahayanya anak itu kalau berulah?! Seharusnya kalian ikat dia, atau kalian kurung di tempat apalah! Anak itu belum sembuh!"

"Seokjin!" Ibu Kim menjerit, tak setuju Yuseong dilecehkan. Bagaimanapun, anak sinting itu terlahir darinya.

"Dia pernah mencelakai Taehyung. Pikiran dia itu rusak, bu. Ck. Aku sudah tak tahan, bawa saja dia ke Rumah Sakit Jiwa."

"Yaa, kau kenapa bicara seperti itu pada Yuseong? Apa dia yang menginginkan seperti ini? Dia juga sedang berusaha untuk sembuh, neo arra?"

Tunggu.

Disini.

Kim Taehyung seperti figuran dalam drama keluarga ini. Jujur saja Taehyung tak merasa terusik bahkan dia tak mempermasalahkan perihal luka tusuk di bahunya.

Entahlah.

Seokjin peka Taehyung mulai bingung, sadar bahwa istrinya mulai tersisihkan dalam obrolan ini. Tak ingin suasana makin keruh, Seokjin memutuskan satu hal dengan penat.

"Bu, sementara kau menginaplah di tempatku. Aku yakin dia akan menunggu di luar selama 3 hari."

Agaknya Eomma Kim bimbang. Keduanya sama-sama putranya. Berasal dari rahimnya. Namun dia dipaksa untuk memilih.

Harus tetap berdiam bersama Seokjin atau membukakan pintu bagi Yuseong?

.

.

.

Enggan ditimpuk tas Channel lagi di kepala, Taehyung harus pandai-pandai mengambil hati si mertua galak--bin cerewet ini.

Taehyung membawakan tas, menuntun ibu Seokjin ke kamar kosong yang sengaja disediakan bagi tamu.

"Aku taruh disini ya tasnya, ommonim."

"Heh.. heh.." panggil Eomma Kim sedikit jengkel, "Mau pergi kemana?"

"Kamarku?" ujar Taehyung spontan. Memang, dia berniat langsung tidur setelah ini.

Kiss Then Kill | JinVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang