O6. Pertemuan Tak Disengaja

2K 361 212
                                    

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

RODA kehidupan tak pernah berhenti bergulir.

Begitupun roda kebucinan Arutala pada cuan yang akan terus berputar bahkan berdampak luarbiasa di mana pagi-pagi sekali dia sudah berdiri dengan setelan rapi di salah satu peron Stasiun Pondok Ranji. Bayangkan saja, mentari bahkan belum sepenuhnya menyinari bumi, namun langkah Arutala begitu yakin membelah Shubuh yang sunyi. Seolah sudah berkawan dan terbiasa menjadi manusia pagi, padahal kenyataannya si manis yang cukup pendiam ini lebih sering menyapa malam untuk mengais rezeki.

Sebutlah Arutala sedang ada di titik jenuh sehingga menerima penawaran tukar dinas dari salah satu karyawan perempuan yang hari ini duty S07. Sedangkan jadwalnya sendiri pukul sepuluh, setidaknya jika dilihat dari selisih waktu hanya terpaut beberapa jam. Tentu Arutala cukup terkejut saat melihat penampakan stasiun kereta masih ramai seperti hari kerja biasa. Bahkan belum genap pukul 6, namun di samping kanan kirinya sudah dipadati penumpang yang merupakan pekerja kantoran.

Lagi-lagi Arutala belajar mengenai kehidupan. Selama apapun hidup di bumi—khususnya di daerah ini, tetap saja dia terkejut ketika mengetahui kondisi stasiun yang setiap hari dikunjungi ternyata saat pagi bisa seramai ini. Aktivitas masyarakat seolah tak pernah padam dan selalu terjaga. Menambah pemahaman jika suatu hari nanti ketika menggunakan transportasi yang sama bisa memilih waktu yang sekira nyaman untuknya.

Tapi yang paling penting, ternyata pengalaman pertama masuk shift paling pagi tidak buruk juga. Sebab di sini Arutala bisa merasakan bagaimana sensasi masuk office hour seperti pegawai lainnya.

Sedangkan di tempat yang sama, di tangga underpass begitu terdengar interkom dari petugas yang menginformasikan kereta selanjutnya akan tiba dalam 7 menit, manusia yang merupakan dua adam ini heboh saat berlari. Bukan heboh lantaran takut ketinggalan kereta, tapi lebih ke protesan salah satu oknum paling bongsor yang pagi itu tampak kucel lantaran kesiangan setelah semalam suntuk begadang mengerjakan tugas.

Sangat berbanding terbalik dengan aura tampan dari sepupunya yang kenakan kemeja hitam pas badan dan dimasukkan ke dalam celana bahan. Benar-benar setelan pegawai kantoran yang cukup menyita perhatian kaum hawa dalam kekaguman.

“Mas Anda! Lo dengerin gue gak sih?”

“Apa lagi Gatra Kanigara? Dari keluar pintu rumah gue udah denger lo yang ngedumel mulu ya! Kenapa sih? Lo punya masalah hidup apa?”

“Lo tuh berdosa banget tau gak sih, Mas! Gue sebel sama lo! Sebel banget pokoknya!”

“Lah, sebel atas dasar apa? Bukannya lo sendiri yang bilang pengin cepet nyampe kampus kalo bisa sebelum jam 7? Ya udah, solusinya cuma satu. Naik kereta jam 6 pagi bareng gue.”

Gatra, si bongsor yang juga kenakan kaos hitam dengan masker warna senada semakin badmood lantaran Anda seperti tidak memahami konteks kemarahannya.

[✔] Celah PeronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang