12. Harapan Baru

1.7K 309 221
                                    

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾

TERNYATA benar jika terbiasa bekerja, begitu mendapat waktu rehat akan menjadi keputusan membingungkan hendak diisi dengan kegiatan apa. Ujung-ujungnya rebahan atau paling minimal menebus jam tidur yang jelas kurang.

Sama sekali tak terasa vibes liburan, sebab Arutala pasti habiskan di kostan dengan melakukan kegiatan rumahan. Namun yang membedakan dengan off kali ini, akhirnya dia mendapat hari libur seperti pekerja kantor lainnya. Setidaknya sisa waktu rehat di Minggu sore terasa lebih ramai dari off saat hari kerja lantaran ada sang Kakak tercinta juga nikmati waktu bersama.

Menjelang makan malam, Regina Arunika yang bertugas mengatur gizi anggota keluarganya sibuk memasak. Sedangkan Arutala yang baru selesai bermain game, ikut merecoki di mana kini sedang menatap kondisi dapur yang tak pernah berubah. Meski digunakan setiap hari, masih saja rapi sebab Mbak Regi memang sangat tipikal Ibu rumah tangga.

“Ih Adek cakepnya Mbak udah keluar kandang, mau cari apa sayang?”

Akhirnya Arutala yang di awal bingung kenapa bisa berakhir di dapur mengambil panci yang langsung diisi air.

“Mau bikin mie rebus,” balasnya tiba-tiba dan langsung mengejutkan Regina yang sedang memotong bahan makanan.

“Mbak mau masak, Ar. Nanti dulu mam mienya.”

“Gak bisa, Mbak. Udah kepalang laper nih, nanti kalo ditahan-tahan malah kena maag lagi.”

“Tapi kalo makan mie malah bikin kamu kenyang. Mending ngemil biskuit dulu aja tuh ditoples buat ganjel perut.”

Ya sudah, daripada berdebat yang pastinya tindakan Arutala ngidam makan mie tidak akan pernah direstui, akhirnya mencari juga eksistensi toples yang dimaksud Regina tadi. Dan ternyata lemari dinding yang menjadi fokus Arutala bersebelahan dengan sekat penyimpanan barang di mana ada tiga boks tupperware milik Galah.

Sudah beberapa waktu berlalu dari kiriman dimsum yang secara tiba-tiba, tapi hal berbau Galah masih saja berkeliaran di kediamannya. Begitu menemukan toples yang dicari, Arutala buru-buru menutup pintu lemari. Menganggap tidak melihat apa-apa sesaat tadi.

“Yang ini, Mbak?” tanyanya seraya mengangkat tupperware dengan tutup warna ungu.

“Benar sekali, Adekku yang baik. Abisin ajah, itu Mbak sengaja beli kalo ada temen dosen yang bawa anak main di sini. Tapi takut keburu expired, lupa mulu mau bilang kamu.”

“Huh?” benar saja, Arutala hanya bisa geleng-geleng kepala ketika biskuit yang dimaksud adalah biskuit bayi untuk usia 7 atau 8 bulan dan sering dikonsumsi sebagai pendamping MPASI.

Tapi karena urusan perut selalu menjadi hal krusial, ditambah Arutala memiliki masalah pencernaan, akhirnya dimakan biskuit yang ternyata dari segi rasa tidak buruk juga. Malah bisa jadi menyehatkan sebab komposisi bahannya sudah disesuaikan untuk para bayi gemas di dunia.

[✔] Celah PeronWhere stories live. Discover now