16

601 45 0
                                    

        Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Jangan lupa untuk spam komen di setiap paragrafnya, okeh! Follow akun WP ini juga ya! Supaya author semakin semangat.

Selamat membaca.


    "Dasar brengsek!" hardiknya dengan wajah kesal. Nayla melangkah dengan cepat. Ia tidak perduli orang yang melewatinya menatapinya.

    Sepanjang perjalanan tak henti Nayla menggerutu, menahan air matanya untuk tidak jatuh. Sudah cukup, kesabarannya sudah habis. Seharusnya Nayla bersikap biasa saja, tapi sebagian dari dirinya tidak terima. Rasanya dadanya seperti ditusuk jarum, sakit dan perih.

Dari belakang terdengar suara motor Raka. Nayla tidak perduli, dia tetap melangkah. Raka bernafas lega saat melihat Nayla.

   "Nayla dengerin aku dulu, "ucap Raka menggapai tangan Nayla, tapi dihempaskan Nayla.

"Dengerin aku dulu, La."

"Apa? Nggak guna!" bentak Nayla marah. Menepis tangan Raka dan melangkah. Raka membiarkan motornya lalu mengikuti langkah Nayla.

     Nayla berdecak geram saat melihat Raka sudah ada di depannya. "Ngapain ngejar aku? Sana pergi sama cewek-cewek yang kamu perhatiin, brengsek!" maki Nayla, mengusap wajahnya yang sudah menangis.

    "Kamu jangan marah, aku bisa jelasin." Raka dengan lembut mengusap pipi Nayla.

    "Nggak usah! Aku mau pulang sendiri," ketusnya menjauh dari Raka.

    "Aku anterin pulang."

    "Nggak mau!" teriak Nayla.

   "Jangan ngelawan La. Kamu pulang sama aku." Raka menghadang Nayla.

     "Minggir aku mau lewat!" bentak  Nayla dengan nada tegas

    "Kamu cemburu?"

"Kenapa kamu lepasin tangan aku untuk Ellena, mantan kamu?! Aku benci kamu berantem, balapan, clubbing, dan sekarang apa? Kamu suka dikelilingi cewek, iya?"

     Raka menatap gadis itu, benar-benar bingung ingin bicara apa. Waktu itu, sungguh tidak bermaksud melepaskan tangan Nayla dan meninggalkannya untuk Ellena. Ellena butuh pertolongan, hanya itu dipikirannya.

"Kamu pergi gitu aja. Di depan aku kamu berantem. Aku khawatir Raka." Nayla teriak.

    "Maaf udah bikin khawatir. Ellena sama aku nggak ada apa-apa. Jangan marah lagi ya," ucap Raka meraih tangan Nayla.

    "Aku mau kamu berubah." Nayla menatap Raka dengan penuh harapan, "Aku nggak suka kamu clubbing, balapan, apalagi sampe berantem."

"Aku balapan sama ke club hanya untuk ngisi waktu ngumpul sama temen, La."

"Tapi aku nggak suka! Apalagi ada Tina di club itu."

Raka mengacak rambutnya, lalu menatap Nayla bingung. "Jangan kayak anak kecil, Nayla! Tina temen kamu. Kamu cemburu sama dia?"

   "Kamu egois nggak ngerti aku, "ujar Nayla. Ia benci Raka tidak mengerti apa yang ia inginkan.  "Aku mau pulang. Jangan ikutin aku atau aku-- Aku nggak mau ketemu kamu lagi!"

     Raka menghela nafas tidak tahu lagi bagaimana membujuk Nayla untuk ikut dengannya. Sifatnya manja dan keras kepala. Raka berjalan kebelakang mengambil motornya dan mengikuti gadis itu dari belakang.

"Terserah apa mau dia!" lirih Nayla. Tidak memperdulikan Raka di belakangnya.

Raka menatap Nayla serba salah. Tidak menyangka gadis itu keras kepala sekali dan kekanak-kanakan. Cowok itu terus membuntuti Nayla dengan motornya. Gadis itu tahu, tapi tidak mau tahu. Membuatnya geram.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang