39

522 38 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!

Nayla berjalan lemas, ujian akhir selesai juga. Tapi tidak membuat hatinya lebih baik. Walau pun dia belajar tadi malam tapi isi kepalanya ada Raka dan Beca, kedua orang itu membuatnya diposisi serba salah. Dia merasa sangat bersalah menempatkan kembali Raka di hatinya, rasa bersalah itu untuk Jenni. Tapi di lain sisi, Nayla suka perhatian Raka. Dan masalah Beca, dia belum tahu kelanjutannya. Nayla tidak mau mendahului Bagas untuk menceritakan sebenarnya, takutnya ada salah paham.

     "NAYLA..." panggilan itu sangat familiar di telinga Nayla, sudah pasti bisa ditebak itu tak lain tak bukan adalah Beca. Cewek itu berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nayla yang sudah berdiri di tempat saat namanya disebut.

     "Hati-hati jatoh, kepeleset! Nggak pulang modal nanti keluarga lo," ujar Nayla, matanya masih fokus pada Beca yang kini sudah ada di depannya. Beca memeluk Nayla dengan ketat sangat ketat hingga membuat Nayla merasa sesak.

        "Bek, gue gak bisa nafas!"

    "Uluh-uluh adek ipar gue yang unyu ini." Beca memainkan dagu Nayla seperti anak kecil.

    "Adek ipar? Emang gue masih jadi ade ipar lo?" Nayla menarik dagunya dari sentuhan tangan Beca. Hari ini Beca mengelabang dua rambutnya seperti gadis desa.

    "Emang lo ngarep gue nggak jadi kakak ipar lo?" Decak Beca dengan mata melotot. Bukan itu maksud Nayla.

  "Lah, gue kira lo bakalan mutusin --" ucapan Nayla terpotong.

       "Enak aja! Lo jangan ngarep kita bakal putus? Buang jauh-jauh pikiran lo! Udah seminggu ini Bagas nelpon gue tiap malem terus minta maaf. Gue salah paham." Beca tersenyum tak tahu malu.

      "Apa!" Terus, kenapa lo diemin gue berapa hari ini? Lo sengaja diemin gue, ya?!" bentak Nayla tidak perduli orang yang melewati mereka menatap heran.

      "Ayolah, La. Gitu aja marah."

    "Bodo! Gue nggak mau ngomong sama lo." ketus Nayla kesal. Bisa-bisanya Beca bercanda soal seperti ini. Rasanya diposisi didiemin orang itu kan gak enak. Nayla melangkah lebar melewati Beca dengan wajah cemberut.

     "La, jangan marah dong gue cuma bercanda," kata Beca mengikuti Nayla.

     "Lo rese Bek! Udah tahu kita bentar lagi nggak satu sekolah. Bisa-bisanya lo diemin gue cuma mau ngerjain," ketus Nayla. Menggeleng kepala. Beca  dengan santai mengikuti Nayla tanpa perduli wajah kesal Nayla. Mereka ke arah kantin.

       "Muka lo kenapa, cemberut gitu?" Tina bergabung duduk dengan Nayla dan Beca di kantin. Reno dan Rangga tidak lama menyusul.

    "Beka sialan, gue dikerjain dia. Dia udah baikan sama Ka Bagas, tapi cuekin gue. Gue itu nggak bisa didiemin. Dikira lucu apa!" Nayla masih marah tapi tetap duduk di samping Beca. Tina menggeleng melihat Beca tertawa. Siapa coba yang gak marah?

Akhirnya semua terasa melegakan setelah ujian berakhir. Sayangnya pertemuan mereka di sekolah tinggal beberapa kali lagi dan itu membuat mereka sedih.

      "Hai sayang."

Mereka menoleh mendengar suara itu. Dimas datang dengan senyum rupawan menghampiri mereka. Dan lagi-lagi Nayla tercekat mendengar sebutan Sayang-Yang dari mulut laki-laki itu.

    "Puas-puasin deh manggil Nayla sayang selagi masih bisa ketemu di sekolah," kata Beca dengan tawa meledek.

    "Ou, lemes gue kalau inget nggak bisa sering ketemu lagi sama sayang gue," ucap Dimas menatap Nayla lekat. Nayla jadi kikuk melihat tatapan Dimas.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang