36/103

537 42 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat, Okeh


Nayla berjalan dengan cepat, tubuh indahnya yang tinggi semampai membuat ia terlihat seperti model yang berjalan di catwalk. Hari ini dia bangun terlambat padahal sudah pasang alarm di handphone, ini akibat pikiran yang melayang-layang ditengah malam.

Soal ujian hari ini semoga ada yang nyelip dengan pelajaran yang mereka pelajari kemarin. Nayla ingin menyombongkan hasil ujiannya pada Raka nanti.

Cewek itu berhenti sejenak, urat saraf-nya sudah putus setelah kebanyakan belajar, untuk apa ia memikirkan ekspresi wajah Raka saat melihat hasil ujiannya. Bodoh, Nayla memukul kepalanya pelan.

Nayla melewati koridor sekolah menuju kelas tempat di mana yang sudah ditentukan secara acak untuk melakukan ujian akhir.

"Lama banget sih La. Gue udah nungguin sampe kesemutan gini," oceh Beca seraya memukul kakinya yang keram.

"Masuk-masuk aja Bek. Ngapain nungguin gue sih," runtuk Nayla, heran.

"Gue kan pengen barengan masuknya." Beca mengikuti langkah Nayla.

Nayla satu kelas dengan Beca. Rangga dan Tina di kelas yang berbeda. Karena ujian ini mereka satu kelas terpecah dan bercampur dengan kelas lain.

Setelah berperang dengan kertas ujian, akhirnya mereka keluar dari kelas menuju kantin. Hari ini ada dua mata pelajaran. Semua murid pun sudah berkumpul di kantin, namun tidak terlalu ramai karena adik tingkat mereka diliburkan begitu juga dengan kegiatan ekskul. Jadwal mereka dikosongkan.

"Gue ngarep Bagas bakalan chat gue buat ngasih semangat. Ternyata ..." Beca memandang ponsel-nya tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Yaelah Bek, kaya mau perang aja. Minta disemangatin," ujar Nayla. Mereka sedang menikmati batagor dan orange juice.

Tiba-tiba dari belakang Dimas mengibaskan rambut Nayla, membuat gadis itu terkejut. Menoleh kebelakang, Dimas menyeringai senang lalu duduk di sampingnya.

"DIMAS! Apaan sih lo, gue kan lagi makan. Kalau rambut gue kena batagor. Ganti makanan gue," bentak Nayla dengan kesal.

"Emang rambut lo jarang keramas? Ketombean ya, sampe nggak mau makan lagi kalau bekas rambut sendiri," ujar Dimas masih tertawa.

"Ya tetap aja rambut ya rambut. Joroklaah walaupun rambut sendiri," kata Nayla masih kesal. Beca melirik pada Nayla, hubungan mereka tampak lebih akrab. Tapi, bukan seperti sejoli.

"Gimana ujian lo?" tanya Dimas ia mengambil teh botol yang sudah disediakan di meja, bayarnya belakangan.

"Lancar." ketusnya seraya menyeruput minumannya.

"Jelas lancar soalnya--" Beca tidak melanjutkan kata-katanya karena Nayla menyikut lengannya. Untuk apa dia memikirkan perasaan Dimas, bukankah mereka tidak ada hubungan.

"Yang, nanti pulang bareng gue ya," kata Dimas setelah melirik Beca yang mengulum bibirnya, "Gue mau beli pensil pulpen sama pensil 2B di Gramed, lo kawanin gue ya sekalian."

"Kalian udah jadian?" tebak Beca membulatkan matanya pada Nayla. Dimas mengangguk sambil tersenyum jahil.

"Lo jangan dengerin Bek, Dimas mah suka halu," kata Nayla menatap Dimas yang tertawa. "Kan bisa beli di koperasi sekolah?" tanya Nayla heran.

"Nggak mau. Gue maunya beli di luar, biar bisa jalan sama lo," sahut Dimas tersenyum.

"Bisa nggak sih, jangan cengir-cengir mulu. Nggak takut gigi lo kering," kata Nayla.

NAYLA (Tamat)Where stories live. Discover now