31/92

523 40 1
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian dikolom koment dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!

Nayla sudah berada di dalam mobil Dimas. Tidak ada obrolan yang seru antara Nayla dan Dimas, hingga membuat Nayla bosan dan memainkan handphone-nya.

Nayla sangat jarang membuka sosmed, kalau bukan karna benar-benar ingin buka. Hari ini dia penasaran dengan Jenni. Dia membuka Instagram Jennifer. Gadis itu mempost foto sedang dinner bersama teman sekerja-nya. Dahi Nayla mengkerut, dia melihat foto Jenni dengan geram. Foto-foto itu terlihat gembira. Jennifer terlihat baik-baik saja di saat Raka sedang ditahan di penjara. Kenapa dia tidak terima dengan perlakuan Jenni.

Ini bukan maksud Nayla untuk ikut campur, tapi sangat membuat Nayla ingin bertemu Jenni.

"Kita mau kemana?" tanya Nayla menoleh Dimas.

"Makan gimana? Lo mau makan dimana terserah." Dimas menawarkan dengan tersenyum melihat Nayla.

"Boleh. Tapi setelah aku ke suatu tempat. Lo anterin dulu ya." Dimas mengangguk, dia tidak pernah bisa menolak permintaan Nayla. Dan mungkin sikap itu juga yang nantinya membuat dia kehilangan cewek yang dia sukai.

Nayla mengarahkan Dimas ke tempat Jenni bekerja. Tidak susah mencarinya karena di bio Instagram Jenni tertera alamat studio mereka. Nayla sudah DM Jenni saat sampai di depan studio. Nayla menunggu lama untuk menerima balasan DM Jenni.

Melihat ekspresi Nayla. Dimas tidak ingin ikut campur ia hanya menunggu Nayla di mobil. Nayla keluar dari mobil menghampiri wanita yang sudah terlihat dari dalam mobil. Dimas hanya memperhatikan mereka dari dalam mobil.

"Gue langsung cepat balas waktu gue liat DM lo," ucap Jenni berdiri didepan Nayla. "Kenapa nyari gue?"

Nunggu sejam dibilang cepat.

"Makasih buat respon yang cepat itu. Tapi tetap aja gue nunggu lama di sini," balas Nayla tanpa ekspresi.

Perasaan Jenni tidak enak saat wajah Nayla sama sekali tidak ada senyum. Mereka baik-baik saja saat terakhir bertemu. Mereka menyelesaikan dengan baik-baik.

"Bukannya kemarin lo bilang, Raka punya lo. Dan sekarang mana buktinya saat Raka ditahan," kata Nayla dengan nada kesal. Cewek di depannya itu terlonjak, tidak menyangka Nayla bisa sekasar itu. "Lo gak pernah jenguk dia kan?"

"Raka yang cerita sama lo?" tanya Jenni menautkan alisnya. Ada rasa tidak suka Nayla menyebut nama pacarnya.

"Raka nggak cerita. Cuma hasil pengamatan gue. Gue yakin Raka itu pasti nungguin lo dateng." Nayla menekan bibir-nya. Dia memang suka asal menebak. Tapi, ia yakin.

Jennifer tersenyum tipis mendengar ucapan Nayla. Senyum ramahnya berubah dingin. Nayla tidak punya hak untuk menanyakan prihal itu padanya. Nayla hanya orang asing. Namun gadis itu tidak akan pergi kalau belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

"Posisi gue sulit. Banyak wartawan sekeliling gue, akibatnya nggak bagus."

"Apaan sih! Cuma karna wartawan lo takut jenguk Raka?" sembur Nayla melipat tangannya ke dada. Jenny menghela nafas, ada yang tidak benar dari ucapan Nayla namun tidak bisa ia perbaiki.

"Lo nggak di posisi gue!"

"Terus. Gue perduli posisi lo," ucap Nayla kesal. "Bilang aja karena lo model. Lo takut imej lo jelek karena berkunjung ke kantor polisi, iya kan!? Segitu aja rasa cinta lo? Munafik!"

"Seharusnya lo nggak bisa nyimpulin seperti itu, kalau otak lo dipake," suara Jenni pelan tapi tajam. Renung matanya serasa ingin menelan Nayla hidup-hidup.

NAYLA (Tamat)Where stories live. Discover now