34/98

471 37 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya? Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!

Nayla berdiri di depan pintu, wajahnya masih tampak kaget dengan kedatangan seseorang. Laki-laki yang familiar tapi dengan penampilan berbeda. Rambut yang biasanya dibiarkan berantakan begitu saja, sekarang terlihat rapih, mungkin dia memakai pomade.

Biasanya dia memakai hoodie kini tampak berkarisma dengan setelan kemeja dan jas. Wajah datarnya tampak tak terpengaruh dengan tatapan Nayla.

"Mau apa dateng ke sini?" tanya Nayla.

"Katanya kamu belajar makanya aku dateng." Kata-kata Aku dan kamu itu selalu ada diantara kalimat mereka. Tidak akan terganti.

"Iya, tapi aku sama anak-anak yang lain."

"Raka." Ayu datang setelah lama menunggu Nayla tidak kembali, "Kok nggak diajak masuk La. Kasian Raka berdiri terus."

"Iya nih Tante dari tadi aku nungguin disuruh masuk." Raka tersenyum pada Ayu, lalu mencium tangan Ayu.

"Ayok masuk Raka. Di dalam ada teman-teman Nayla. Kita kebelakang aja ya," ajak Ayu.

Nayla menaikan alisnya. Mungkin ibunya lupa kalau Nayla pernah menangis berhari-hari karena laki-laki itu. Lupakan! Tapi, ini seorang Raka seperti tidak punya urat malu minta disuruh masuk. Nayla berjalan dibelakang mereka. Ayu membawa Raka ke arah ruang makan.

"Eh, Ka Raka dateng?" Rangga menghentikan tangannya saat sudah sampai dipinggir mulut untuk melahap mie yang ada di sendok.

Semua saling tukar pandang melihat Raka. Laki- laki itu memutuskan duduk di samping Nayla. Beca merenungi penampilan Raka dengan teliti, penampilan seperti ini tidak akan melesat dari perhatian Beca.

"Mungkin zaman dulu lo itu ada keturunan kaisar Romawi ya," komentar Beca. Memperhatikan lekat wajah maskulin Raka.

"Dari mana dengan penampilan kayak gini? Jangan bilang gaya lo ini khusus dateng ke rumah Nayla biar dianggap alim gitu," sambung Beca.

"Gue baru pulang kerja," jawab Raka santai.

"Kamu udah mulai kerja? Sejak kapan?" Nayla menoleh serius pada Raka.

"Iya, ini hari pertama aku," jawab Raka, menarik nafas karena semua menatapnya.

"Kuliah kamu?"

"Kuliah yang paling utama, aku kerja kalau selesai kuliah."

"Kamu nggak capek apa?"

"Nggak."

Kini Tina, Beca, Reno, dan Rangga melihat bergantian pada Nayla dan Raka dengan wajah masam. Seakan kedua orang itu butuh waktu untuk berduaan untuk sesi tanya jawab berdua.

"Mereka baikan ya?" tanya Rangga dengan suara pelan pada Beca. Beca menggeleng tanda tidak tahu. Mereka menatap intens pada kedua insan itu.

"Ekhem. Biasa aja La, palingan perusahaan Ka Raka juga. Bebas aja," cibir Tina masih melihat mereka.

Nayla mengerutkan bibirnya. Tina dari awal memang tidak suka dengan kedatangan Raka.

"Mau mie instan?" Beca mengambilkan semangkuk mie yang dimasaknya untuk Raka.

"Ka Raka nggak makan mie instan, Bek!"suara Tina jutek.

"Lo lupa gue anak Pecinta Alam." Raka melepaskan jasnya dan meninggalkan kemeja panjang berwarna biru di tubuhnya. Lalu memakan mie pemberian Beca.

NAYLA (Tamat)Where stories live. Discover now