19

523 57 1
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca vote ya! tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini! Supaya author semakin semangat ☺️



Nayla dan Beca memenuhi undangan Anjani untuk datang ke rumah Raka. Sejujurnya Nayla datang dengan berat hati, setelah ia melihat adegan menjijikan Raka dan Tina. Mestinya tidak ada lagi alasan Nayla untuk cemburu karena mereka sudah putus.

Apakah hubungan mereka selama ini sudah sedekat itu? Dan sekarang terjawab oleh mata kepala Nayla sendiri.

Kini Nayla berdiri di depan pintu rumah Raka, hubungan dia dan Raka sudah putus dan tak mungkin bisa kembali lagi. Kalau bukan karena Anjani, tentu saja dia tidak akan datang ke rumah Raka, mantannya. Tapi, tetap saja kejadian di kelas itu mengganggu pikirannya.

"Serius lo gakpapa ketemu Raka?" tanya Beca di samping Nayla, gadis itu menatap lekat gerakan Nayla. Menekan bel saja dia masih berfikir.

"Gue sama Raka sudah putus, terserah dia mau dekat sama siapa. Termasuk Tina juga." Nayla menekan ucapannya.

Harusnya gue seneng lo udah dapetin kebahagiaan baru, tapi kenapa hati gue sakit Raka.

Teng! Tong!

"Wauw, ini sih luar biasa, La," bisik Beca menatap kagum pada sekelilingnya. Seorang wanita bertubuh subur tersenyum ramah membawa mereka masuk.

"Please Bek, jangan bikin malu," ucap Nayla melihat kawannya berputar-putar masih dengan mata terkagum-kagum. Tentu saja Nayla pun kaget melihat sekeliling rumah Raka.

"Gue pengin buat video terus up di Instagram. Semua bakalan kaget ngelihat kita di rumah keluarga Ciputra. Gue nggak sabar pengen keliling-keliling," suara Beca kegirangan.

"Jangan aneh-aneh Bek, ntar kita tersesat di rumah sebesar ini."

"Gue rela La, tersesat di rumah kayak istana gini."

Nayla meringis melihat tingkah laku Beca, dia kemudian menarik tangan Beca lalu mengikuti wanita di depannya. Nayla menatap parcel buah yang dipegangnya, apakah ini bisa dianggap buah tangan oleh keluarga mereka.

"Hallo sayang, tante senang kalian akhirnya mau datang ke sini," ucap Anjani tersenyum ramah, di belakangnya seorang laki-laki paruh baya tersenyum pada mereka. Nayla dan Beca mencium tangan kedua orangtua Raka bergantian.

"Jangan terlalu sungkan nak, kemarilah." Gavin mempersilahkan mereka duduk di meja makan bersama. Terlihat bermacam-macam menu di hidangkan.

"Iya Om, terimakasih untuk undangan makan malamnya," ucap Nayla ramah, Beca tersenyum pada kedua sepasang suami-istri itu.

"Non Nayla, parcel-nya biar Bi Surti yang bawa." Bi Surti mengambil parcel yang dipegang Nayla, sampai lupa memberikannya karena masih teruja dengan kemewahan rumah Raka. Seketika Nayla bingung kenapa Bi Surti juga bisa tahu namanya.

"Tante, rumahnya besar banget," puji Beca, Anjani dan Gavin tertawa mendengar itu.

"Kamu pasti Nayla?" suara berat itu berasal dari Gavin, melihat gadis itu lekat. Nayla mengerutkan keningnya.

"Iya om," sahut Nayla ramah.

"Saya Ayah Raka dan ini istri saya, ibu Raka," ucap Gavin tersenyum berwibawa. Nayla dan Beca mengangguk tersenyum. Mereka sangat kikuk karena penampilan mereka yang apa adanya. Sedangkan kedua orangtua itu terlihat memakai baju formal.

Nayla melirik ke setiap sudut ruangan mencari sosok orang lain di rumah itu, kenapa Raka tidak terlihat batang hidungnya.

"Maaf nak, kita belum bisa mulai acara makan malamnya. Kita tunggu Raka datang, sebentar lagi dia pasti sampai. Om sudah menyuruhnya cepat pulang," kata Gavin.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang