38

503 41 1
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat, Okeh!



Beca duduk lemas, kedua kalinya wanita yang sama masuk ke mobil Bagas dan mata kepala Beca sendiri yang  melihat. Cewek itu melihat ke atas menahan air mata yang ingin tumpah, dia tidak mau menangis hanya karena masalah laki-laki. Tapi hatinya seperti tertusuk.

    Rangga menoleh pada Beca. "Lo mau kita kejar?" tanya Rangga. Beca hanya terdiam tanpa ekspresi. Walaupun mereka sering adu mulut tapi saat melihat Beca seperti ini membuat Rangga emosi.

"Nggak usah Ga. Gue cukup mastiin aja. Kita pulang  sekarang," pinta Beca pelan dan putus asa. Ketiga kawannya mengangguk, lalu Rangga membawa mobilnya pergi dari cafe.

Dalam perjalanan Nayla tidak bicara, begitu juga Tina. Rangga  fokus menyetir. Beca pun tidak terlihat mau membahas masalahnya.

    Saat sampai di depan rumah Beca, dia masih diam lalu  keluar dari mobil Rangga. Nayla melihatnya masuk ke rumah  dengan perasaan tidak enak. Baru ini Beca terlihat pendiam dan tidak bersemangat.

     "Sumpah kakak lo bikin gue emosi tingkat dewa, La,"  teriak Tina melepaskan emosi, dari tadi ia diam tidak ingin membuat Beca menjadi sedih. Nayla membuang nafas tak ingin banyak komentar.

    Sampai di rumah Nayla mencari Bagas hingga kesemua sudut rumah tapi Bagas belum ditemukan. Nayla berjalan ke kamarnya tidak menyapa Ibunya yang ada diruang TV. Dia membanting tubuh ke dalam tempat tidur dan meletakan dagu pada bantal yang ada di tempat tidur. Tidak ada mood ingin memegang buku, padahal besok mereka masih ujian.

    Menjelang malam Bagas pulang ke rumah disambut dengan tatapan beringas Nayla, dia sengaja menunggu Bagas di ruang tamu sambil membuka buku.

    "Dari mana aja?" tanya Nayla saat Bagas baru saja menutup pintu.

   "Apaan sih ngagetin aja." Bagas mundur selangkah saat mendengar suara bariton itu, hampir saja jantungnya copot, ia menarik nafas lega melihat Nayla.

    "Darimana aja baru pulang?" Nayla mengulang pertanyaan karena belum dijawab.

    Bagas meletakkan buku yang dibawanya ke atas meja, setumpukan dengan buku pelajaran Nayla, tangannya sudah letih membawa buku yang tebal itu.

"Jawab dong kalo ditanya."

    Bagas menaikan alisnya sambil tersenyum simpul, "Mau belajar jadi Mama ya? Nungguin anaknya pulang, hm?" ucap Bagas seraya berjalan ke kamarnya.

    Nayla berusaha mensejajarkan langkah mengikuti Bagas, "Ka Bagas darimana aja? Beka nyariin tuh. Lo apain anak orang ampe nangis," ketus Nayla di belakang Bagas.

    "Gue mau mandi La. Pergi sana." Bagas mengusir Nayla yang sudah ada di depan pintu kamarnya.

    "Gue tau Ka Bagas jalan sama cewek, iyakan? Beka juga liat," ucap Nayla dengan cepat, hingga Bagas menghentikan tangannya.

   "Tau dari mana?" Bagas menautkan alisnya.

    Nayla menatap dingin pada Bagas, dari tadi dia ngomong tidak didenger giliran sebut nama cewek lain  langsung berubah.

    "Cewek itu siapa? Ka Bagas selingkuh ya? Gue kan pernah bilang jangan macem-macem sama temen gue. Beka kan baik Ka, lo ngapain pake selingkuh?"

   Bagas melihat Nayla sambil tersenyum tidak karuan, "Udah ngocehnya? Mau bilang gue selingkuh aja panjang kali lebar. Udah kayak nenek-nenek lo. Berisik."

   Nayla masuk ke  kamar Bagas yang udah terbuka lebar. Bagas menunda kepergiaannya ke kamar mandi.

    "Cewek itu satu kampus gue. Dia mau berpartisipasi buat ngajakin temen di kampus untuk ikutan nyumbang buku," jelas Bagas yang sudah duduk di pinggir kasur.

NAYLA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang