Tiga Belas  Kelahiran

1.7K 42 6
                                    

Bulan Ramadhan telah berlalu. Kemala melaluinya dalam kemenangan hati dan pikirannya. Sudah tidak terdapat belenggu apapun yang memenjarakan hatinya. Karena baginya, tidak ada cinta kasih Tuhan yang menjerumuskan hamba-Nya pada lorong penderitaan. Allah yang selalu menjadi curahan hati satu-satunya, telah membuat hatinya halus dan lunak dalam menyikapi kekerasan bahkan sekuat badai tornado sekalipun yang menghantamnya. Hatinya teduh dan lembut bagaikan angin. Hingga tak pernah ada perlawanan disaat ada petaka yang membantainya. Ia mengikuti arus itu hingga sampai ke titik pusarannya. Dan dikala kedamaian itu sedang menyergapnya, ia menggeliatkan otot syarafnya yang menegang sambil meniupkan ruh kesucian Ilahi yang menetap di kedalaman nuraninya.

Sity Kemala yang selama Ramadhan menghabiskan waktunya di pesantren Al-Fattaah telah mengisi lorong kosong di hatinya dengan padatnya serpihan sinar Ilahi. Tak ada lagi keraguan dan kebimbangan yang menumpu dan menterperosokan keyakinannya pada jurang kecongkakan. Hatinya benar-benar bersih. Terpancar dari aura yang disemburatkannya lewat pesona wajahnya yang bening bersinar.

Bulan Januari yang kelabu. Sudah sejak September musim penghujan dimulai. Meskipun selama musim panas di kawasan kecil kota Bandung Selatan itu memang dirasa tidak sempat mengalami kekeringan. Hujan selalu ada saja turun meskipun tidak sedemikian lebatnya. Berbeda dengan awal tahun 2008 itu. Hujan sedari siang mengguyur deras seakan ingin mengucapkan selamat tinggal dan berduka atas perpisahan yang tak mungkin dipertemukan lagi.

Bagaimana kondisimu sekarang?

Kemala segera membalas pesan singkat itu.

Jangan cemas. Ada Hidayati yang menemani.

Tak lama ada lagi balasan berisi pertanyaan.

Gimana masih terasa sakit? Atau mendingan? Atau semakin terasa?

"Menerima pesan dari siapa Kak?" Hidayati muncul masuk kamar.

"Dari kakakmu."

"Oh, ya!? Gimana udah dikabari?"

"Tanpa dikasih tahu juga, nanti dia akan tahu sendiri."

"Kenapa sih Kakak masih saja merahasiakan keadaan Kakak sekarang? Apa salahnya juga dia tahu? Dia sangat perhatian pada Kakak. Dia sangat tulus melakukan segalanya buat Kakak."

Kemala melirik kaca jendela kamar yang masih terbuka gardennya. Di luar hujan masih turun deras di tepi sore itu. Kemudian bibirnya tersenyum simpul sambil berujar perlahan,

"Kakakmu terlalu baik."

"Baik apanya? Jangan sampai kata baiknya hanya satire dari penolakan Kakak."

"Kakakmu berhati mulia. Dia siap menikahi Kakak kapanpun juga. Bahkan semenjak dari hamil juga dia tidak keberatan untuk menikahi Kakak. Dia berkali-kali mengungkapkan kesiapannya untuk meminang Kakak."

"Lantas kenapa Kakak selalu saja menolaknya? Padahal pihak keluarga juga tidak ada yang melarang andaipun Kak Kemala dan Kak Jusuf akhirnya menikah."

"Kakak tahu kebaikan Kak Jusuf yang selama ini ia berikan pada Kakak itu bukanlah semata karena dia ingin meminang Kakak. Tetapi Kak Jusuf benar-benar tulus ingin membantu Kakak. Sebab bagaimana mungkin Kak Jusuf bertindak bodoh mau menikahi Kakak, sementara dia tahu siapa ayah dari anak yang Kakak kandung."

"Lalu sekarang bagaimana? Apa Kakak akan menikah dengan laki-laki biadab itu?"

"Kakak belum punya keputusan. Mungkin nanti sesudah tes DNA membuktikan bahwa anak ini benar-benar anaknya, baru Kakak akan mengambil kepastian untuk menikah dengannya."

"Apa tidak akan secepatnya melakukan tes itu demi memastikannya?"

"Bagaimana keinginan dari pihaknya. Andaipun dia benar-benar ingin tanggung jawab, mungkin dia akan memintanya secepat mungkin. Tapi jikapun tidak jadi dilaksanakannya tes DNA, bagi Kakak tidak masalah. Karena Kakak tidak pernah berharap untuk menikah dengannya. Kakak akan lebih senang mengurus anak sendirian andaipun memang tak ada laki-lakinya yang sudi menikahi Kakak."

Akulah Sity Maryam Indonesia? (SELESAI, LENGKAP)Where stories live. Discover now