Sembilan  Pemeriksaan

1.2K 36 8
                                    

“…aku sangat mencintaimu. Jika kamu bersedia menikah denganku, aku siap menanggung resiko untuk menggagalkan rencana pernikahanmu dengan Jusuf.”

“Jangan coba menggoda saya untuk lari dari tanggung jawab seorang perempuan yang harus teguh pada prinsip imannya memegang sebuah janji pernikahan dengan orang yang sudah resmi jadi tunangannya. Jusuf bukan laki-laki nakal. Dia laki-laki yang suci dan taat pada agamanya. Mengapa saya mesti mencari dosa berlari dari ke Maha Pengasih dan Penyayangan-Nya Allah yang sudah menunjukkan dan memilihkan jalan terbaik buat saya memapah langkah menuju indahnya taman surga bersama Jusuf Fattaah?

Maaf. Saya tidak punya alasan apapun untuk membatalkan pernikahan ini dengan Jusuf. Tak cukup bagi saya hanya karena alasan sepatah kata cinta hingga lalu menikah denganmu. Bagaimanapun akhlak Jusuf menurutku lebih baik ketimbang Yasa. Bukannya saya membandingkan. Tapi harap Yasa mengerti. Jika yang saya cari dari lelaki calon suami saya itu harus laki-laki yang tampan. Mungkin beberapa bulan setelah lulus sekolahpun saya sudah menikah. Juga jika criteria calon suami saya itu harus seorang yang kaya. Mungkin juga sekarang saya sudah tidak melajang lagi. Karena kedua faktor itu dimiliki oleh seorang eksekutif muda Depok yang dengan sungguh-sungguh siap memfasilitasi seluruh kebutuhan hidup keluarga besar saya jika saya mau untuk dipersuntingnya.

Jadi, maaf. Andaikan Yasa hanya mengandalkan ketampanan saja buat menarik nurani saya agar bisa menerima cinta Yasa apalagi sampai menikah itu sangatlah tidak mungkin. Bukannya apa, melainkan jiwa saya tidaklah mudah dan sangat sulit untuk tersentuh cinta. Jangan tanyakan lagi mengapa dan mempertanyakan lagi keraguanmu tentang saya. Saya sudah mempunyai kepastian akan menikah dengan Jusuf.

Yasa! Andaipun dirimu memiliki segala macam kelebihan yang tidak dimiliki Jusuf ataupun lelaki manapun yang selama ini kamu banggakan. Carilah pasangan hidupmu yang selaras dengan segala macam kebanggaanmu itu. Saya bukan perempuannya yang pantas berdampingan hidup denganmu.
Karena sifat saya tidak selaras dengan kepribadianmu. Bagaimanapun kau cari cara untuk mendapatkanku, akhirnya kau akan terluka juga.
Percuma. Karena saya tidak pernah mencintaimu. Dan sampai kapanpun mungkin saya tidak akan penah merasa mencintaimu. Cinta saya padamu tidak penah terselubung perasaan nafsu berahi. Saya mencintaimu layaknya cinta kasih seorang saudara. Dan tidak akan pernah berubah perasaan itu jikapun kau tetap memaksakan takdirku untuk menikah denganmu.

Jangan siksa dirimu, Yasa. Saya sangat sayang padamu. Dalam pandanganku kau tetap saudaraku. Bukan siapa-siapa. Berilah saya kepercayaan untuk memegang janjimu. Bahwa saya akan melihatmu hidup bahagia bersama seorang istri yang bisa membawamu menapaki jalan menuju surga-Nya…”

“Lalu mengapa jalan hidup ini harus menjadi pilihan nasib kita?” Yasa kian lirih dan hampir tak terdengar tersapu suara isakannya.

“Jalinan persaudaraan yang penuh cinta kasih akan lebih menjadikan kita sebagai tokoh yang saling memberi dan menasihati. Jadilah Yasa seorang saudara yang berpikiran dewasa yang patut ditiru dan mampu menyelesaikan segala permasalahan dengan penuh tanggung jawab. Jadilah Yasa sebagai tipe lelaki yang mungkin bisa meluruhkan perasaan cinta saya. Saya pasti akan merasa bangga punya saudara yang jadi suri tauladan baik,” Kemala terus-menerus membakar semangat jiwa Yasa yang hampir padam terguyur air mata kekecewaan dan penyesalannya yang menjerumuskannya kian dekat pada jurang keputusasaan.

“Insya Allah. Tapi ingatlah, jangan mencari pelarian siapapun selain Yasa, seandainya dirimu akhirnya nanti harus lari dari Jusuf Fattaah.”
Kemala tersenyum geli mendengar perkataan Yasa begitu.

“Bagaimanapun juga saya akan beusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan keutuhan bahtera rumah tangga saya. Yasa jangan berpikiran saya akan menjanda,” celoteh Kemala.

“Semoga saja sesuai dengan cita-cita kalian!” do’a Yasa akhirnya.

“Bagaimana soal tesnya?” tanya Yasa kemudian.

Akulah Sity Maryam Indonesia? (SELESAI, LENGKAP)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant