Teman Baru

226 16 0
                                    

Jangan jadi pembaca gelap ya. Tinggalkan vote klik bintang terima kasih.

Happy reading🍁

"Apa kalian tidak punya hati melihat teman kalian menangis," ujar Aurum.

"Teman? Tidak ada yang mau berteman denganya selain aneh dia juga siswi paling bodoh," sahut yang lain.

Tanpa mendengarkan ucapan mereka ia mengejar Bianca, dilihatnya gadis itu sedang berada di bangku taman belakang sekolah sedang menangis tanpa suara hanya tubuh yang bergetar dan deraian air mata yang terlihat. Ia mendekatinya lalu memeluk Bianca.

"Aku sahabatmu, Bi," ucap Aurum.

Bianca tampak tersenyum lalu menuliskan sesuatu di buku yang dia bawa.

[Apa kamu tidak takut bersahabat denganku? Mereka pasti akan menjauhimu] tulisan dalam buku itu.

"Aku, tidak takut lebih baik, memiliki satu sahabat yang setia dari pada banyak teman yang tidak berperasaan," ungkap Aurum.

"Sekarang kita jadi sahabat." Ia mengangkat jari kelingkingnya sebagai tanda persahabatan mereka.

Ia mengajak kembali Bianca ke dalam kelas, untung belum ada guru yang datang.

Teman sekelas  mengetahui jika ia siswi pindahan yang berprestasi.

Di kelas baru dirinya sangat terlihat  banyak perbedaan yang mencolok, tidak ada toleransi dan solidaritas hanya mementingkan diri sendiri.

Guru yang mengajar pun akhirnya datang, memberikan materi dan menjelaskan lalu membagi kelompok untuk tugas presentasi.

Semua siswa bebas memilih teman satu kelompoknya asalkan jangan lebih dari empat orang. Tidak ada yang mau satu kelompok dengan Bianca.

"Ih, males banget satu kelompok sama si cupu, bodoh dan aneh itu." itulah yang mereka katakan.

Akhirnya Aurum memutuskan untuk satu kelompok dengan Bianca, bagi ia tidak masalah kalau hanya berdua lagian dirinya dulu juga sering mengerjakan tugas sendiri walaupun kelompoknya berisi tujuh orang.

"Kamu, yakin hanya berdua saja?" tanya guru itu.

"Iya, kenapa tidak," sahut Aurum dengan sopan.

Jam istirahat pun berbunyi semua siswa pergi kekantin untuk makan atau sekedar jajan namun, Aurum dan Bianca tetap di kelas.

Ia dibawakan bekal makanan berupa roti dengan selai stroberi kesukaannya dibuatkan oleh ibunya.

"Kamu, mau ambil saja," ucap Aurum menyodorkan kotak makannya.

Bianca juga mengeluarkan cemilan dari dalam tasnya, mereka berdua saling berbagi.

[Apa kamu yakin tidak keberatan satu kelompok denganku? Aku tidak bisa apa-apa, aku bodoh.] Aurum membaca kertas yang diberikan Bianca.

"Aku, yakin tidak keberatan malah senang. Kamu jangan  seperti itu setiap anak yang dilahirkan itu memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda, mungkin kau belum mengetahui bakatmu saja. Bakat yang kita miliki tidak akan muncul jika kita tidak percaya diri dengan kemampuan itu. Buktikan pada orang-orang yang meremehkanmu bahwa kau bisa dan lebih baik darinya," ungkap Aurum.

Aurum paling tidak suka jika melihat orang diperlakukan semena-mena. Ia bukan ahli ibadah dan juga bukan wanita shaleha, dia hanya seorang gadis akhir zaman yang mencoba memperbaiki diri menjadi lebih baik. Itulah prinsip Aurum.

***

Adi dan Nila bekerja sebagai dosen di salah satu universitas ternama, pertemuan mereka awalnya tidak sengaja karena sama-sama sebagai seorang dosen mereka dipertemukan disebuah pelatihan.

Masa RemajaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora