Menyesal

250 10 0
                                    

Happy Reading 🍁

"Simpan di kamar, saya," titah Ilyas.

Ilyas membawa nampan berisi susu dan roti ke kamar Aurum. Melihat gadis ah, wanita karena ia tidak lagi lajang sedang melamun menatap keluar jendela.

"Ini makan dulu, lalu minum obat," ucap Ilyas.

Aurum hanya membisu tapi merespon, meliriknya sekilas lalu mengedarkan pandangannya keluar jendela.

"Kamu, harus makan memangnya kamu mau berlama-lama libur sekolah?" tanya Ilyas.

Aurum menaikan alisnya tersenyum palsu.

'Bukannya aku, akan libur selamanya, ya.'

"Kamu, masih bisa sekolah kok. Tenang saja pernikahan kita memang sah di mata agama, tetapi saya belum mendaftarkannya secara hukum," ucap Ilyas.

"Dan kamu, tenang saja pernikahan kita tidak ada yang mengetahuinya. Jangan takut mereka mengejek kamu, ya," tambah Ilyas.

"Terima kasih," ujar Aurum. Tersenyum lepas.

"Oh, ya, barang-barang kamu ada di kamar saya. Kalau kamu ingin sekamar dengan Bianca, saya tidak keberatan biar nanti saya suruh Beti untuk memindahkannya ke sini," ucap Ilyas.

Aurum benar-benar merasa hancur, ayahnya benar-benar mengusir dirinya dari rumah.
Ia hanya mengangguk. Ilyas hanya bisa menjalani semua rencana Allah. Mengikuti skenario yang telah diciptakannya.

Setelah makan lalu minum obat ia istirahat kembali. Sesuai ucapannya Beti memindahkan barangnya ke kamar Bianca.

Ilyas memasuki kamarnya dilihatnya sebuah paper bag tergeletak di atas tempat tidurnya. Dilihatnya berbagai jenis obat, vitamin di dalam paper bag itu.

'Ini pasti punya Aurum. Tapi, Aurum sakit apa kok obatnya banyak sekali?' Ilyas keluar kamar lalu menyuruh Beti yang sedang mengepel untuk memberikannya pada Aurum.

***

Hari demi hari telah berlalu, tak terasa Aurum sudah dua bulan tinggal bersama Ilyas dan Bianca. Selama itu pula dirinya tidak pernah bertemu ayahnya, i sering ke rumah ayahnya, namun Adi selalu menghindari darinya.

Hatinya bagaikan ditusuk belati hingga mengenai pangkal diri.

Ilyas menjalankan tugasnya sebagai seorang suami bertanggung jawab atas segala kebutuhannya.

Lelaki sejati adalah seorang lelaki yang menempati janji. Ilyas berjanji tidak akan menyentuh Aurum, sampai wanita itu menyelesaikan pendidikannya sampai sarjana. Ia memenuhi kebutuhan Aurum, dirinya membebaskan Aurum tidak mau jika dia kehilangan masa-masa remajanya. Biarlah pernikahan mereka menjadi rahasia keluarga. Bahkan, kini sekolah Aurum pun Ilyas yang membayarkannya.

Aurum dan Bianca, sedang mengerjakan tugas kelompok. Tadi Ilyas, membantu mereka tetapi gara-gara ada panggilan masuk Ilyas pergi untuk mencari sinyal.

"Bian, aku tidak bisa mengeditnya ke dalam microsoft excel. Apa kamu bisa?" tanya Aurum. Bianca hanya menggeleng.

Lalu menulis sesuatu pada buku catatannya.

[Mungkin Kak Ilyas bisa bantu, cepat cari dia.]

Aurum membaca tulisan itu.
Beranjak keluar ia ke kamar Ilyas tidak ada orang, ke ruang tamu, ke dapur dan akhirnya menemukan sebuah ruangan membukanya secara perlahan.

Alangkah terkejutnya ia melihat ruangan itu didomonasi cat berwarna pink dengan dinding dipenuhi bingkai foto seorang wanita cantik.

Bahkan banyak foto wanita cantik itu bersama Ilyas, ruangan beraroma lavender itu begitu sunyi. Banyak kata-kata cinta yang terpampang nyata.

Masa RemajaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant