Pulang ke rumah

286 19 5
                                    


Azan subuh telah berkumandang, membuat mereka mengerjap dan mulai terbangun dari alam mimpinya.

Aurum, segera melepas pelukannya sebelum Bianca melihatnya. Sedangkan Ilyas, segera bergegas mengganti pakaian dan membawa sajadah.

"Mas, berangkat ke musala ya," ucap Ilyas.

"Iya, jangan lupa cuci muka dulu," sahut Aurum.

Ilyas, hanya menggeleng lalu terkekeh sembari membuka handle pintu. Aurum, segera membangunkan Bianca.

"Bian, ayo bangun salat subuh," ucap Aurum, sembari menggerakan tubuh Bianca.
Bianca, terbangun mengangkat kedua tangannya ke udara merenggangkan seluruh otot-otot tubuhnya.

"Kita, salat berjama'ah dengan ibu. Ayo," ucap Aurum.

Setelah salat mereka berdua membantu Nila, memasak untuk sarapan. Bianca, merasa sangat bahagia memiliki sebuah keluarga besar bukan hanya Ilyas saja tapi berkat Aurum, dirinya memiliki orang tua.

Aurum, sedang menyusun makanan di meja. Bianca dan ibunya sedang bersiap-siap.

"Assalamu'alaikum."

"Waalai'ukum salam," sahut Aurum, Adi dan Ilyas berjalan beriringan sembari mengobrol ringan.

Aurum, mencium punggung tangan ayah dan suaminya. Adi, segera ke kamar untuk bersiap.

"Jangan ke kamar dulu masih ada Bianca," ucap Aurum.

"Kenapa emangnya?" tanya Ilyas, menaikkan sebelah alisnya.

"Tahu ah," seru Aurum.

"Gitu aja ngambek. Masih pagi lho," ujar Ilyas.

"Biarin," sahut Aurum.

Ilyas, mengapit hidung Aurum dengan kedua jarinya hingga membuat hidungnya memerah.

"Sakit tahu! Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga," ujar Aurum.

"Why?"

Bianca, telah duduk dengan memangku tas sekolahnya. Tersenyum hangat melihat Ilyas dan Aurum.

"Aku, ke kamar dulu ya," ucap Ilyas.

Aurum dan Bianca, hanya mengangguk.

"Aku, pasti ketinggalan banyak materi pelajaran ya, Bi?"

Biaca, mengeluarkan buku catatannya.

[Kamukan pintar pasti gak bakal ketinggalan pelajaran ko. Memangnya Kak Ilyas, gak kasih kamu materi?]

"Ngasih materi kok Bi, oh ya gimana kabarnya Chika? Terus kamu gak di jahatin lagikan sama yang lain," ungkap Aurum.

[Chika baik, ya mereka masih suka kaya gitu. Gak papa aku udah biasa kok]

Tidak lama Adi dan Nila datang. Ikut bergabung bersama.

"Lho belum pada sarapan?" tanya Nila.

"Nunggu yang lainnya," ucap Aurum.

Ilyas, tersenyum melihat keluarganya kini. Bianca telah tersenyum kembali. Akhirnya laki-laki itu ikut duduk bergabung.

Setelah sarapan mereka pergi. Adi dan Nila, berangkat ke kampus dan Ilyas, mengantarkan Bianca ke sekolah. Kini Aurum, sendiri di rumah.

Aurum, menyirami tanaman di pot untuk mengusir kebosanannya. Embun masih setia menyelimuti kota itu.

Setelah selesai ia duduk di teras sembari menyentak-nyentakan kakinya. Sudah hampir satu jam Ilyas, tak kunjung kembali.

Akhirnya ia memilih untuk berjalan keliling komplek, untuk menghilangkan bosannya.

Dirinya mulai membuka pintu gerbang baru saja menutup gerbang langkahnya terhenti karena kini motor Ninja, merah telah berhenti di depannya.

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang