Terciduk

258 11 0
                                    

Happy reading🍁

Melihat Aurum, yang begitu kedinginan membuat ia tak tega, beranjak dari tempat duduknya mengitari toko itu dan akhirnya menemukan pintu belakang yang tak terkunci, dirinya masuk tempat itu dipenuhi debu sepertinya sudah lama tidak dipakai ia membuka pintu depan dan segera membawa Aurum masuk.

Ilyas memeluk Aurum yang begitu sangat kedinginan bibirnya gemetar bahkan sudah terlihat pucat.

Netra Ilyas melirik sebuah kain yang masih terbungkus plastik diatas lemari tua yang sudah lapuk itu. Ia beranjak mengambil kain panjang berwarna biru itu, mengibaskan kain itu keudara, agar tidak ada debu yang menempel.

Dirinya membuka jaket yang dipakainya menggantungkannya pada sebuah paku. Mendekatkan diri pada Aurum yang terduduk di lantai dengan menutup mata karena hawa dingin yang menyeruak. Langit masih hitam pertanda hujan masih akan turun, petir mulai menggelegar bersahut-sahutan.

Ilyas membawa Aurum kepelukannya, melepas jilbab Aurum yang basah, 'Ilyas, Aurum bisa mati kedinginan kalau kau diam saja.'

logika Ilyas tetap berjalan memikirkan sebuah dosa besar yang akan ditanggungnya, 'Tapi kalau aku membiarkan, Aurum bisa mati dan aku akan tetap dosa dengan menghilangkan nyawa seseorang.'

Ilyas membuang napasnya dan meyakinkan dirinya, perlahan tangannya membuka kancing baju putih Aurum.

Tangannya begitu gemetar, matanya terpejam mengambil kain itu lalu melilitkannya pada tubuh Aurum kemudian membuka kemejanya dan masuk dalam lilitan kain itu. Memeluk erat tubuh gadis di hadapannya menyatukan kedua tubuh itu. Dan akhirnya terlelap.

***

"Ibu-Ibu ... Bapak-Bapak! Ada yang berbuat mesum di toko kosong itu!"

Semua warga berduyun-duyun membawa sapu, balok dan perlengkapan lain untuk menghakimi. Mereka membuka pintu itu yang memperlihatkan seorang pemuda dan gadis sedang berpelukan pada sebuah lilitan kain dengan baju tergeletak didekat mereka.

Byur!

Mereka mengguyur kedua insan yang masih terlelap tidur itu, membuat mereka berdua terbangun.

"Berani-beraninya kalian berbuat mesum!"

"Dasar anak muda zaman sekarang tidak dapat menahan nafsu!"

"Ayo, kita arak mereka!"
Warga menarik tangan mereka berdua.

"Tunggu!" tegas Ilyas yang melihat Aurum menitikan air matanya.

"Biarkan kami berpakaian dulu, kalian keluar!"

Aurum memakai bajunya, pikiran keduanya kacau tidak dapat menyangkal, itu akan bertambah rumit. Warga telah tersulut emosi tidak akan mendengarkan penjelasan Ilyas.

"Kamu, tenang, ya, mereka tidak akan macam-macam. Ini semua salahku maafkan aku," ujar Ilyas.

Aurum menangis saat semua warga mencacinya, memakinya.

"Gunduli saja rambut, gadis ini!"

"Masih SMA sudah berbuat mesum, mau jadi apa negara ini!"

Warga itu menjambak rambut Aurum yang terus-terusan menangis.

"Jangan sentuh dia! Itu semua salahku!" bentak Ilyas.

"Dasar tak tahu malu!"

Bugh!

Ilyas dipukuli para bapak-bapak yang emosi.

"Tunggu kalian bisa membunuhnya, lebih baik kita bawa ke kelurahan saja biar dinikahkan sekalian."

Aurum dan Ilyas dibawa ke kelurahan, mereka dihakimi, dicaci, dimaki dengan semua kata kasar bahkan mereka tak segan-segan mengeluarkan semua kata binatang.

Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang