Disenggol Calon Jodoh

322 16 2
                                    

Happy reading🍂

"Huh, masih pagi udah mengingat masa lalu!"

"Gimana bisa moveon kalau, yang dibahas  selalu yang dulu," timpal Firman.

Kelas Aurum berisi  27 siswa dengan beragam sifatnya, ada yang bawel, cengeng, gampang marah, baper dan masih banyak lagi.

"Ngapain, tuh, mata ngedip-ngedip kelilipan," cibir Aurum kepada sang lelaki.

"Bukan kelilipan tapi lagi sakit mata, tuh," ujar Aulia.

Ya, seperti biasa kalau kelas tidak ada gurunya, kursi dan tas jadi tempat tidur, sapu jadi gitar, dan galon jadi kendang lalu apa yang terjadi? Konser dadakan di kelas.

"Rum, kamu rangkum ya nanti kita nyalin oke," ucap Ade teman sekelas Aurum badannya kurus, rambutnya kerinting, tingginya semeter kotor alias gak ada satu meter, anak paling usil bin jail.

"Kebiasaan," sahut Aurum.

"Aurum, 'kan baik, cantik, pinter dan rajin nabung lagi di kantin," ucap Meli biasa lah teman-teman Aurum kalau muji tidak lupa langsung menjatuhkan agar tidak sombong katanya.

Waktu istirahat tinggal 15 menit lagi, tapi teman-teman Aurum telah berhamburan keluar ke kantin atau ke koprasi untuk jajan.

"Rum, kamu itu sakit apa sih kok lama banget?" tanya Firman.

"Em, cuman kecapean sama kurang tidur," jawab Aurum ragu karena ayahnya tidak menjelaskan sakit apa yang dideritanya.

"Kantin, yuk," ajak Aulia pada Aurum dan yang lainnya.

"Enggak lah, aku bawa bekal," sahut Aurum.

"Oke tungguin, ya, kita makan bareng," ucap Meli dari pintu.

Aurum mencatat beberapa materi yang tertinggal.

Setelah 10 menit mereka datang dan langsung mengambil kursi untuk makan bersama di meja Aurum, saat mereka sedang asyik makan tiba-tiba ada seseorang masuk, seseorang yang sangat ia kenal.

"Maaf ganggu saya, hanya ingin memberi tahu bahwa akan diadakan clas meeting lusa, jadi silahkan isi formulirnya, setiap kelas diwajibkan mengirim setiap cabang perlombaan," ucap Rey.

"Oke," jawab serempak.

Kedua netra Aurum dan Rey beradu lalu keduanya cepat mengalihkan pandangan itu ada rasa canggung meliputi keduanya, saat Rey menjelaskan Aurum sibuk memakan bekalnya yaitu roti dengan selai stroberi kesukaannya.

Reynald merasa gugup saat netranya beradu dengan Aurum, setelah selesai menjelaskan ia langsung keluar.

"Ye, berarti gak belajar dong," ucap Susi.

"Ya, iyalah, Sus," sahut Ade.

Jika cinta itu sebuah fitrah manusia mengapa begitu menyakitkan? Tetapi mengapa banyak orang menginginkannya? Jatuh cinta berarti harus siap sakit karena patah hati apalagi, saat cinta pertama langsung patah hati saat seseorang meyakinkan atas sebuah hubungan tetapi secara tiba-tiba memutuskan tanpa alasan apakah itu yang dinamakan patah hati?

Setalah waktu memasuki istirahat salat zuhur Aurum dan teman-temannya bersiap-siap ke musala sekolah, ia berjalan dengan asyik mengobrol dengan sahabatnya tiba-tiba menyenggol seseorang yang membuat mukena yang dipegangnya jatuh.

"Eh, maaf," ucap seseorang yang menyenggolnya itu.

"Iya," balas Aurum sembari mengambil uluran mukena dari tangan pria itu.

Lalu Aurum bersama teman-temannya melanjutkan jalannya.

"Cie disenggol calon jodoh," goda Meli.

"Apaan sih aku gak ada apa-apa sama, Satria," ucap Aurum.

Ya, Satria seorang ketua rohis yang selalu dicoblangkan dengannya oleh teman-temannya, entah karena apa dirinya kenal dengan Satria dan entah kenapa teman-temannya sangat mendukung dirinya berjodoh dengan Satria, padahalkan jodoh itu di tangan yang Maha Kuasa.

"Kalau ada apa-apa juga gak papa," ucap Asni sahabat beda kelasnya.

Bukan jadi rahasia umum lagi kalau temanya nyoblangin Aurum bahkan terang-terangan mereka melakukan itu membuat ia sedikit risih, karena rasa malu saat berpapasan dengan Satria. Pria alim, dingin, datar tanpa ekspresi.

"Kalau dia jodoh kamu? Kamu bisa apa," ucap Aulia yang langsung mendapatkan toyoran dari Aurum.

"Menerima dengan lapang dada, dan ikhlas tentunya bisa mempunyai calon imam, yang suaranya super merdu. Dan kan Aurum sukanya cowok-cowok yang dingin," ucap Meli.

"Sok tahu," sahut Aurum langsung mengambil air wudu.

Setelah berwudu Aurum mengambil mukena siswa di lemari musala soalnya mukena yang ia bawa tadi terjatuh.

Setelah salat jemaah mereka tidak langsung ke kelasnya tapi biasa mengobrol dulu dengan sahabat beda kelasnya. Mereka tertawa kadang tidak juga ada yang dibully tapi pembulyan itu hanya bercanda.

"Eh, tadi Aurum, disenggol jodohnya tahu," ucap Meli.

Aurum mencium-cium bau bahwa pasti ini giliran dirinya lah yang akan dibully dan di pojokan, walaupun hanya bercanda tapi ia tidak enak hati bukan karena masih memikirkan Rey tapi karena ada sahabat satu gengnya juga diam-diam menyukai Satria. Tapi teman-temannya itu tidak pada peka.

"Diem!" seru Aurum.

"Cie ada yang malu-malu kucing nih," ucap Asni.

"Tenang jodoh itu takkan ke mana dan Satria juga akan jadi imam yang baik untukmu," ucap Aulia.

"Jodoh-jodoh ulangan aja masih remidi," cetus Aurum.

Mereka akhirnya tertawa bersama, lah itung-itung hiburan baru pertama berangkat sekolah sudah jadi bahan bullyan.

Saat yang lain tertawa Wulan sahabat Aurum yang menyukai Satria pamit ke kelas dengan murung.

"Iih, aku tegasin ya sekali lagi aku gak suka bahkan kepikiran berjodoh sama Satria. Aku itu cuman kagum aja gak lebih, kalian taukan kalau dari SMP Wulan itu udah suka sama Satria," ucap Aurum yang berlalu ke kelasnya.

"Emangnya benar Wulan suka sama Satria?" tanya Aulia.

"Iya dari SMP malah 'kan mereka satu sekolah sama denganku," ucap Meli.

"Iya tapi Satria itu dingin dan gak peka, tapi kalau dilihat sikap Satria ke Aurum itu berbeda dia ramah kadang suka ngobrol sama Aurum, beda kalau sama yang lain," ucap Asni.

"Ya sudahlah kita jangan bahas lagi," ucap  Meli.

Bel masuk berbunyi tanda jam pelajaran dimulai.

Kali ini kelas Aurum ada pelajaran matematika dan pak Pur guru yang mengajar telah datang, dia bukan seorang guru pemaksa kepada siswanya. Jika siswanya mau pintar pasti memperhatikan tapi jika tidak mau tidak memaksa yang penting ada di dalam kelas dan rajin menulis materi yang disampaikan.

***

Hari berganti hari dan hari ini adalah class meeting banyak perlombaan yang diselenggarakan, Aurum tidak mengikuti perlombaan apa pun karena keadaanya yang baru pulih dan sahabat-sahabatnya tidak mengijinkannya.

Ia sedang menonton permainan bola volly tapi saat menonton perutnya terasa sakit, hingga membuatnya meringis dan membuat panik teman-temannya.

"Aurum, kamu kenapa?" tanya Meli.

"Aurum bentar aku panggil petugas UKS," ucap Aulia sembari menoleh mencari para petugas itu.

Rey sedang mengawasi pertandingan bola volly, dirinya melihat ada keruman di tempat penonton langsung membuatnya berlari menghampirinya.

Dilihat Aurum sedang meringis kesakitan memegang perutnya. Tanpa menunggu petugas UKS, Rey langsung menggendong Aurum dan berlari ke ruang UKS.

Masa RemajaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant