Takut Asin

191 10 1
                                    


Happy reading💐

"Kenapa gak di rumah aja sih, kalau ngopi," gumam Aurum.

"Takut asin lagi," sahut Ilyas diselingi tawa.

"Ya, di rumah Bapak lah, ngopinya minta bikinin istrinya kek, atau pembantunya, ya kalau gak punya pembantu minta bikinin tetangganya, terus kalau gak punya tetangga, ya, bikin sendiri lah, kan punya tangan sih," papar Aurum.

"Udah ngomelnya, yakin nih gak mau enak, loh," goda Ilyas.

Aurum hanya menekuk wajah menahan kesalnya.

"Jangan panggil Bapak, emang saya kelihatan tua banget apa?" tanya Ilyas sebelum menyeruput kopinya.

"Enggak sih, kalau dibandingkan sama ayah," sahut Aurum.

"Pokoknya kalau di luar sekolah, jangan panggil, Bapak," cetus Ilyas.

"Terus apa aku mesti panggil Om gitu?"

"Ya, jangan Om juga, emangnya saya pacarnya tantemu," sahut Ilyas.

"Tante saya, udah pada nikah semua," ucap Aurum.

"Gak nanya," sahut Ilyas.

"Inisiatif sendiri!"

"Pokoknya jangan manggil Bapak atau Om kalau lagi berdua," ucap Ilyas.

"Ya, terus apa?"

"Terserah kamu!"

"Tau, ah, nih, uangnya," ucap Aurum menyodorkan uang itu di atas meja.

"Saya, gak mau," sahut Ilyas.

"Terima gak," ucap Aurum.

"Gak mau," sahut Ilyas.

Akhirnya itu terjadi selama beberapa menit, Aurum melirik seorang nenek-nenek di sebrang jalan, tanpa menggunakan alas kaki dan membawa mangkuk kecil, dengan pakaian begitu lusuh, tubuhnya kurus kering. Aurum berdiri dan berlari.

"Hey, tunggu!" teriak Ilyas yang mengira Aurum lari darinya.

Aurum berlari dengan menggenggam uang, yang tidak diterima Ilyas. Akhirnya Aurum memberikan uang pada nenek pengemis itu, Ilyas yang baru datang begitu terperangah melihat sikap Aurum.

"Ini Nek, uang dari mas Ilyas," ucap Aurum.

"Oh, tunggu sebentar,,ya, Nek." Aurum berlari pada sebuah toko kelontong, untuk membeli sandal, roti dan air mineral. Lalu kembali ke tempat yang tadi.

"Ini, Nek." Aurum memasangkan sandalnya, tak tega melihat orang setua ini berjalan di aspal yang begitu panas tanpa alas kaki lalu membawanya ketempat yang lebih teduh.

"Ini roti sama air mineralnya," ucap Aurum memberikan sekantong plastik berisi beberapa roti yang dirinya beli.

"Terima kasih nak, kamu baik sekali," ucap Nenek itu.

Ilyas begitu kagum pada sikap Aurum yang begitu peduli, pada orang lain walaupun tidak mengenalnya 'Gadis baik, dewasa dan peduli.' 

"Semoga keluarga kalian selalu diberikan rahmat oleh Allah, dan menjadi keluarga yang harmonis," ucap Nenek itu.

Aurum dan Ilyas hanya melempar pandang dang mendegikkan bahu masing-masing.

"Kalau begitu Nenek pamit,;ya," ucap Nenek.

Aurum dan Ilyas kembali ke kafe tadi.

"Minta nomor ponsel kamu," ucap Ilyas.

"Untuk?"

"Untuk menanyakan perkembangan Bianca saja," sahut Ilyas.

Aurum mengambil ponsel dari tasnya, dan mengotak atik lalu, memberikannya pada Ilyas.

Masa RemajaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ