Napas Buatan

219 12 0
                                    


Happy reading.

Seperti biasa Aurum menjalani rutinitasnya sehari-hari, besok ada acara kemah dan ia tertarik untuk ikut karena ajakan Bianca yang sedikit memaksa.

"Bu, Aurum tuh mau kemah bukan mau pindah rumah."

Aurum menyimpan koper yang telah disiapkan Nila, lalu memasukkan beberapa keperluan seperti jaket, tissue basah, bedak bayi, perlengkapan makan dan sedikit snak serta beberapa obat dan vitamin.

"Hehe, itu Rum, Ibu hanya khawatir," sahut Nila.

"Lagian juga, 'kan ada Bianca sama mas, eh maksudnya pak Ilyas sebagai pendamping kelompokku, Bu."

Ya, sepertinya Ilyas telah mengatur semuanya buktinya saja Aurum dan Bianca, bisa satu kelompok bahkan dirinya menjadi pendamping mereka suatu kebetulan yang direncanakan.

Setelah sampai di tempat perkemahan, mereka mendirikan tenda-tenda untuk tempat istirahat.

Mereka semua berkumpul bersama. Tetapi, saat Aurum hendak mengambil cangkir tangannya tidak sengaja menyenggol sebuah ember berisi air yang ditaruh sangat pinggir sehingga membuatnya mudah terjatuh walaupun tersenggol sedikit.

Ia harus menggantinya, mengambil ember lalu pergi ke sungai dengan ragu. Setelah sampai ia segera mengisi ember, namun karena penuh lumut, tidak sengaja kakinya tergelincir dan tercebur.

Dirinya panik karena dirinya tidak bisa berenang, teriak, menangis itulah yang dilakukannya.

***

Ilyas tidak melihat Aurum, lalu menanyakan pada setiap siswa lalu berlari ke sungai dan melihat sebuah tangan melambai-lambai, tanpa berpikir lama ia langsung berenang dan menggapai tubuh yang terkulai lemas ini membawanya ke daratan.

Aurum pingsan, Ilyas mulai menekan-nekan dada Aurum namun tidak ada pergerakan

Ia menarik kepala Aurum sedikit ke belakang. Menjepit hidung dengan jari tangannya yang menekan dahi. Dengan lembut ia mengangkat rahang bawah dan menghembuskan kuat-kuat udara ke dalamnya.

Aurum terbatuk dan mengeluarkan air, Ilyas menepuk-nepuk pelan punggungnya. Merangkul tubuh Aurum yang lemas gemetar bahkan bibir merah jambunya berubah keunguan, ke dalam pelukaannya.

Karena angin berembus cukup kencang tak menunggu lama ia menggendong Aurum.

Bianca yang sendari tadi menyaksikan dari kejauhan tersenyum simpul dan segera berlari ke tempat perkemahan.

Ilyas langsung membaringkan Aurum kedalam tenda menyuruh Bianca dan bantuan guru lain untuk menggantikan pakaian Aurum, lalu dirinya pun segera mengganti pakaiannya.

Setelah berganti pakaian Aurum segera istirahat dengan selimut menutupi dirinya sampai leher,  Bianca selalu berada di sampingnya.

***

Malam pun tiba, suasana perkemahan begitu hangat diselimuti canda, tawa dan nyanyian diiringi gitar mengelilingi api unggun. Namun, Aurum masih tertidur di tenda bersama Bianca yang sibuk dengan tabletnya. Karena, suara riuh diluar akhirnya Aurum terbangun mengernyitkan keningnya menatap Bianca yang berada di sebelahnya.

"Bian, kamu gak ikut gabung bersama mereka," ucap Aurum dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari Bianca.

"Kalau kamu mau gabung pergi aja. Aku gak papa kok sendirian," ucap Aurum.

Bianca tersenyum lalu mengetikkan sesuatu pada tabletnya.

[Aku tidak ingin bergabung dengan mereka. Aku ingin di sini bersamamu, plis boleh, ya]

Aurum yang membaca itu lantas mengangguk.

Jika yang lain sibuk bercanda riang, di dalam tenda Aurum dan Bianca sedang menikmati makanan ringan yang dibawa sembari bermain ludo, tiba-tiba datang seorang remaja wanita berbadan gempal, dengan kedua pipi seperti bakpau menghampiri mereka.

Masa RemajaWhere stories live. Discover now