Bersama

190 11 0
                                    

Happy reading🍁

Ia berjalan melewati mahasiswa yang menatapnya sinis, karena ada seorang gadis menggunakan pakaian putih abu, berjalan di lingkungan kampus.

Akhirnya Aurum memilih untuk berlari. Risih dengan tatapan para mahasiswa itu.

Bugh!

Ia terjatuh menabrak seseorang.

"Eh, kalau jalan tuh pake mata dong!"

"Iya, maaf, Mbak," ucap Aurum masih terduduk di lantai menatap wanita yang ada di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

Wanita dengan makeup tebal, baju tanpa lengan dan rok mini. Mirip cabe-cabean yang sering ia lihat di pinggir jalan sedang mangkal.

'Di mana-mana kalau jalan itu pake kaki Mbak, bukan mata. Mata itu fungsinya buat melihat, gininih kalau sekolah cuman nyampe kantin aja, gak tau fungsi panca indra.'

"Maaf, maaf, lihat tuh bedak saya jatuhkan!"

"Salah siapa jalan sambil pake bedak," ucap Aurum.

"Ngomong apa, lo?"

"Ihh, udah tulalit, tuli lagi," gumam Aurum.

Aurum memang berlari terburu-buru, tetapi wanita itu juga salah berjalan hanya fokus memoles bedak pada pipinya tidak melihat jalan, kalau dia berada di tengah menghalangi orang lain.

'Dia mau kuliah apa mau kondangan, bukannya bawa buku malah bedak, lipstik dan kawan-kawannya.'

Tiba-tiba ada yang mengulurkan tangan di hadapan Aurum, membuatnya mendongak siapa yang mengulurkan tangannya.

"Oh sakit, ya, Dik, makannya jalan lari pelan-pelan aja," ucap wanita tadi berubah 180 derajat kata-kata dan tingkah lakunya.

"Ayo Aurum, mau ketemu pak Adi, ya." Ilyas segera meraih tangan Aurum tanpa memperdulikan wanita di sampingnya.

Aurum mengikuti Ilyas dari belakang menuju sebuah ruangan besar.

"Pak Adi dan bu Nila, masih berada di kelas, ya?" tanya Ilyas pada seseorang.

"Iya."

"Aurum, mereka masih berada di kelas mending kita tunggu di kantin aja, ya,"

Aurum mengangguk, dan mengikuti langkah Ilyas walaupun tetap tertinggal karena langkah Ilyas begitu panjang sesuai postur tubuhnya yang jangkung. Setiap pasang mata kini menatap mereka, Ilyas merasa biasa saja dengan tatapan mereka berbeda dengan Aurum yang merasa tidak nyaman.

Langkah Aurum selalu tertinggal akhirnya Ilyas meraih tangan Aurum agar berjalan beriringan bersama.

Mereka duduk di sebuah kursi kantin yang tidak terlalu ramai.

"Mau pesan apa, Rum?"

"Enggak usah, Mas Yas," ucap Aurum.

"Mbak, pesan dua cup ice cream," ucap Ilyas pada setiap seorang pelayan kantin.

"Oke."

"Tadi wanita yang kamu, tabrak itu namanya Nina, mahasiswa saya juga," ucap Ilyas.

"Bukan aku, yang salah, dia juga salah suruh siapa pakai bedak sambil jalan," ucap Aurum tidak suka jika di pojokkan.

"Tetap aja salahkan," sahut Ilyas.

"Tapi aku udah minta maaf duluan kok, dianya aja yang kasar pakai bentak segala lagi," cetus Aurum.

"Yakin?"

"Tahu, ah!" seru Aurum.

"Ini Yas, ice cream cokelat spesialnya," ucap pelayan kantin lelaki paruh baya.

Masa RemajaWhere stories live. Discover now