05 Raja & Ratu - You Need not To Know

142K 8.4K 219
                                    

Hiruk-pikuk suasana sekolah, belum bisa membuat mata gadis itu membuka sempurna. Rasa kantuk yang kini tengah menggentayangi Ratu diakibatkan oleh kemauannya sendiri.

Gadis jelita pemilik anugrah iris abu-abu itu sengaja tidur larut agar dirinya terlambat pergi kesekolah dan berujung bersantai dirumah. Namun keberuntungan seperti sedang menjauhinya, disaat yang sudah direncanakan, ponselnya berdering dan memperdengarkan suara bass seseorang yang tengah mengancamnya.

"Turuti atau tidak ada kesenangan sama sekali."

Itulah yang dikatakan oleh si penelpon tersebut.

Dengan kedua tangan yang terlipat rapi diatas meja, Ratu menelungkupkan wajahnya disana. Baru saja ingin memasuki dunia mimpi, sebuah tarikan kasar membuat Ratu terlonjak kaget dan meringis kesakitan.

Ratu mendongak, ditatapanya Raja yang sedang berdiri angkuh dengan bersedekap dada.

"Lo apa-apaan, hah?!"

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengalihkan perhatian jika sudah bersangkutan dengan seorang Raja yang memang pamornya sudah dikenal, apalagi suara Ratu dengan tidak santainya bukan seperti melemparkan pertanyaan namun sebuah bentakan.

"Kanjeng, kalem, okay... tarik napas, buang... huh... " Intruksi Grace yang membuat Ratu turut melayangkan tatapan nyalangnya pada gadis itu.

"Ayo!" Tanpa menunggu lama lagi, Raja langsung menarik lengan Ratu yang membuat gadis itu kelimpungan.

"Mau kemana?" Ringis Rau.

"Neraka."

Selepas mengatakan hal tersebut, Raja kembali fokus pada langkahnya yang akhirnya membawa mereka berdua menuju taman belakang sekolah.

Ratu dipaksa agar gadis itu duduk dibangku taman, dengan gerakan tak terbaca, Raja langsung melemparkan buku tulisnya kepada Ratu tanpa menoleh sedikitpun. Disaat Ratu ingin protes, tiba-tiba benda yang berada disaku celana milik Raja berdering, membuat cowok dengan jambul cetar itu segera merogoh ponselnya.

Tertera nama Denska disana, Raja melirik Ratu sejenak sebelum cowok itu pergi dengan meninggalkan sebuah pesan pada Ratu.

"Kerjain! Jangan pergi sebelum selesai."

Ratu yang ingin kembali membuka suara, harus mengurungkan niatnya karena cowok menyebalkan itu sudah lebih dulu meninggalkan area taman.

"Buset, dah, dikata gue pinter apa. Gue kerjain asal-asalan aja biar mampus tu orang." Ratu nyengir disertai senyuman jahat.

...

"Ada apa?" Tanya Raja to the point saat mereka sudah ada di gudang kosong milik sekolah.

"Angga ngajak kita ketemu digedung tua." Jawab Denska yang juga tidak basa-basi.

"Kapan?"

"Pulang sekolah."

Raja mengangguk menyetujui pertemuan tersebut, sorot matanya menajam menatap kesembarang arah dengan guratan urat dilehernya yang tercetak jelas.

"Gue masih bingung dengan apa yang lo omongin sama Angga waktu itu." Celetuk Gavin dengan pandangan penuh tanya pada Raja.

"Bener, Baginda. Sebenarnya ada dendam kesumat ape, sih, lo sama Angga?" Imbuh Nico.

"Yaya, kita semua tahu kalau anak-anak Diazpora itu memang suka cari masalah sama kita, tapi gue rasa ada yang lain diantara lo sama Angga." Lanjut Nico.

"Bukan urusan kalian." Sarkas Raja dingin.

Gavin dan Nico hanya saling pandang, keduanya sama-sama menggidikkan bahu tidak mengerti.

"Ja, kalau misalnya lo punya masalah, bisa cerita sama kita-kita." Iqshan nampak menyentuh pelan pundak sosok sang ketua itu.

"Iya, kita disini sahabat yang selalu ada buat lo, Baginda. Jangan dipendam sendiri, nanti ujungnya sakit." Tutur Gavin, cowok yang sangat konyol itu akan berubah serius jika sudah menyangkut perasaan.

Lynster dikenal dengan perkumpulan anak-anak kejam yang tidak punya nurani, namun itu hanya kedok semata yang menutupi betapa hancurnya perasaan dari beberapa anggotanya. Lynster seperti rumah yang tak kasat mata namun nampu menghangatkan orang-orang didalamnya, saling berbagi dan bekerja sama itu sudah menjadi kebiasaan mereka.

Tidak ada orang yang boleh menilai jika hanya baru mendengar namanya sebelum mereka berani menyelami. Terkadang dalam pertarungan jati diri, diri kita sendirilah yang memang menjadi petarungnya, dan orang tua adalah pelatihnya, entah itu bagus atau tidak, entah mereka harus bangkit lagi sendiri dan mencari pelatih yang tak kunjung terlihat.

"Everything is fine, lo pada aja yang terlalu berlebihan." Jawab Raja mutlak dan berharap tidak ada lagi pertanyaan yang mengusik hidupnya.

Bel pulang sekolah milik SMA Swasta Sriguna sudah berdering beberapa menit yang lalu, membuat kelima inti Lynster itu keluar dengan langkah keren pembawaan masing-masing dari mereka.

Ratu yang sejak tadi ditinggal Raja tanpa kabar, tiba-tiba netra gadis itu berbinar saat melihat Raja yang baru saja turun tangga menuju lapangan.

"Stop!" Cegah Ratu dengan merentangkan kedua tangannya menghalangi sang dewa kematian.

"Nih, buku lo." Ucap Ratu lagi dengan menyodorkan sebuah buku pada Raja.

"Bawa pulang aja, jadiin PR." Ujar Raja yang kembali melanjutkan langkahnya.

"Eits! Tunggu dulu, enak aja lo main pergi." Cegah Ratu lagi yang membuat Raja menatapnya malas.

Ratu mengulurkan tangan kosongnya dan berbicara keras, "Mana upah gue?!"

"Gilak, itu dedek gemes sangar banget." Celetuk Gavin tiba-tiba.

"Sangar-sangar nenek lo ngepot! Itu calon pacar gue bisa kena masalah sama Raja." Imbuh Iqshan dengan menatap tidak mengerti pada sekitarnya.

"Lo pikir nenek gue Rossi."

"Diemin aja, dah, si curut Gavin." Sahut Nico yang ikut menambah ricuh suasana.

"Perasaan gue yang dikatain, napa jadi gue yang didiemin?" Tanya Gavin sewot.

Kembali pada kedua netra yang sedang beradu pandang tersebut, tidak ada tatapan kebencian dari Raja, namun dalam hati ketua Lynster itu sudah menyimpan alasan tersendiri untuk senang. Membuat hari-hari Ratu sengsara, itu adalah cara terbaik menurut Raja untuk balas dendam dari pada harus beradu mulut dengannya.

"Gue nyelamatin lo kemarin, apa upahnya?" Balas tanya Raja.

Ratu terlihat memutar bola matanya malas, "Lo yang bikin gue jatuh, harusnya lo yang ganti rugi."

"Oh begitu." Raja mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaudah, kalau gitu anggep aja lo sedang ganti rugi karena udah maki-maki gue dilapangan." Jawab Raja enteng.

"Untuk apa kita membersihkan wajah, jika airnya kotor." Sinis Ratu, seolah semua ini adalah kesalahannya.

Sadar neng, kan emang lu yang buat masalah, gimasih?! - Author.

"Kerja yang bener, nanti baru nuntut hak." Putus Raja akhirnya yang kembali melanjutkan langkah yang tertunda.

"Lo mau kemana?"

"You needn't to know." Jawab Raja tanpa menoleh.

Datang seperti angin dan pergi seperti badai, itulah Raja Glovaro, menyisakan jutaan tanda tanya pada siapapun yang tidak paham dengan jalan pikirannya.

...

Mau lanjut nggak?
Atau sampai disini aja?

Kalau masih mau next, jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya:)

Raja & Ratu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang