2. Perkelahian Murid Kelas 12

743 98 30
                                    

Hari pertama, beradaptasi. Hari kedua, sedikit mulai terbiasa. Hari ketiga, mulai terbiasa. Hari-hari berikutnya terus meningkat hingga sekarang menyentuh angka 2 minggu. Dikey sudah benar-benar terbiasa dengan sekolah barunya. Hafal dengan beberapa murid yang sering terlambat, karena ia sendiri pun sudah beberapa kali terlambat. Jika kalian mengintip berapa kali nama Dikey tercetak dalam buku catatan BP, jangan terkejut. Dikey memang terbiasa berangkat mepet dengan jam masuk sejak masih SD.

Termasuk hari ini. Memasuki minggu kedua bersekolah sebagai murid SMA, Dikey datang terlambat untuk yang keempat kalinya. Beruntung kesialan Dikey hanya berakhir sampai di situ. Tidak berlanjut hingga di dalam kelas. Pak Hadi juga belum masuk. Jika sampai beliau masuk terlebih dulu, sudah bisa dipastikan Dikey tidak mungkin bisa menyelinap masuk. Berhenti di depan ruang kelas sampai bel pergantian mata pelajaran berbunyi.

"Makanya. Kan aku sudah menawari kamu tumpangan. Kenapa enggak mau?" Yuha bersedekap menyambut kedatangan Dikey. Menghadang di depan pintu. Sudah seperti ibu-ibu kost yang menunggu mahasiswa karena terlambat bayar uang sewa.

Napas Dikey habis. Tidak sanggup menjawab. Hanya bisa menepis dengan tangan, memberi sinyal "nanti dulu, aku lelah". Berlalu, mendatangi tempat duduknya.

Yuha terus mengikuti Dikey. Belum nyerah memarahi. Ikut duduk, tapi menghadap ke belakang. Menimpali Dikey banyak tuduhan. "Malu ya? Oh... Takut kita digosipi? Ya sudah, sih. Enggak usah dipikirkan. Kita memang sering digosipi sejak masih SMP. Kamu sendiri yang bilang jangan pernah ditanggapi. Sekarang malah kamu sendiri yang menanggapi gosip, sebelum benar ada gosip."

Dikey masih belum sanggup menjawab. Kini ia mengirimkan sinyal melalui gelengan kepala. Menyangkal. Mengeluarkan botol air minum. Berhasil melahap hingga setengahnya. Berlari dari ruang BP hingga masuk ke dalam kelas tidaklah dekat. Harus melewati lapangan luas. Lapangan upacara, sekaligus lapangan futsal dan basket. Belum lagi menaiki tangga. Lengkap sudah. Rasanya Dikey baru saja membakar ribuan kalori.

Tarik napas, hembuskan. Dikey berhasil mengumpulkan nyawa. "Kamu tahu sendiri kalau aku sudah beberapa hari ini pulang pergi pakai angkot. Ayah sudah kasih uang jajan tambahan. Jadi harus benaran dipakai buat naik angkot."

Yuha geleng-geleng kepala meski tidak heran lagi. "Dik, aku yakin ayah kamu juga enggak bakal marah kalau tahu uangnya kamu pakai buat beli makan dan numpang sama aku."

"No-no-no," Dikey menggerak-gerakkan jari telunjuknya ke kiri dan kanan. Benar, tapi tidak sesuai dengan prinsipnya. "Kamu tahu sendiri kalau ini ajaran ayah. Dan aku yakin ayah lebih suka aku ngelakuin ini daripada numpang sama kamu. Lagipula enggak enak sama supirmu. Harus putar balik dulu buat jemput aku."

Menyerah. Yuha memutar pandangan dengan jengah. Dikey belum juga berubah. Enggan mengubah prinsipnya sedikitpun. Diberi amanah ini, ya harus seperti ini. Tidak lebih, apalagi kurang. Bagus, tapi Yuha yakin proporsinya juga harus disesuaikan. Padahal penyelewengan amanah ini pun tidak memberi dampak negatif. Malah positif. Dikey jadi tidak terlambat ke sekolah lagi. Pasti bisa datang ke sekolah tepat waktu kalau menumpang di mobilnya. "Terserah. Bukan salahku lagi. Aku sudah menawarkan, kamu sendiri yang enggak mau. Sekarang aku tanya, PR ekonomi sudah kamu kerjakan?"

Melihat mata Dikey terbuka lebar seolah terkejut, Yuha hampir saja mengomelinya lagi. Dikey tertawa. Dramanya telah berhasil. Mengusak rambut gadis itu. "Memangnya kapan aku pernah lupa mengerjakan PR? Walaupun hasil nyontek dan sistem kebut semalam. The power of kepepet-ku selalu berhasil."

Obrolan terus berlanjut tidak tentu arah. Personil obrolan pun terus bertambah begitu Rena, teman sebangku Yuha, dan Eissa, teman sebangku Dikey, kembali ke kursi masing-masing. Baru berhenti begitu Gyu lari terbirit. Berteriak. Memberi peringatan kalau Pak Hadi sedang menuju kelas. Bagus. Ketua kelas yang profesional, bukan?

Fight The World (✓)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin