4. Komunikasi Pertama

649 95 67
                                    

Pernah tidak kalian memperhatikan salah satu kelompok, geng, atau perkumpulan beberapa anak dengan rentan umur yang tidak jauh berbeda? Sebut saja teman sepermainan. Teman akrab. Sahabat seperjuangan.

Bukan, bukan persahabatan yang sudah terjalin lama. Kelompok yang dimaksud di sini adalah kelompok yang terbentuk secara tidak disengaja karena berada di tempat yang sama. Sekolah atau kampus. Ke mana-mana selalu bersama, bergerombolan, seakan-akan mereka memang membuat perkumpulan tersendiri. Untuk contohnya, kalian bisa mengintip bagaimana lingkaran pertemanan Dikey, Gyu dan Eissa.

Kembali ke pertanyaan awal, kalau kalian menjawab "pernah", coba kalian ingat-ingat lagi. Dalam suatu kelompok tersebut, pasti ada salah satu dari anggotanya yang paling menonjol. Benar, kan? Entah karena dia memang memiliki banyak kelebihan dibandingkan anggota lain, atau malah sebaliknya. Malah memiliki banyak kekurangan, namun berhasil disamarkan dengan baik hingga semua orang hampir melupakan kekurangannya tersebut.

Bagus? Ya, memang bagus. Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Tergantung bagaimana diri kita menyiasatinya hingga kekurangan tersebut dapat berubah menjadi suatu kelebihan.

Akan tetapi, yang patut disayangkan adalah, tidak semua orang berhasil menutupi kekurangannya itu dengan cara yang baik.

Sekali lagi. Mari digarisbawahi. Tidak dengan cara yang baik.

Dan inilah yang terjadi pada Johan dan Cheol sekarang. Setidaknya itulah yang berhasil Dikey tarik kesimpulannya, setelah selama beberapa hari mengamati tingkah laku 3 orang kakak kelas. Untuk menutupi kekurangan masing-masing, Johan dan Cheol malah menjadikan orang lain sebagai umpan. Menjadikan seseorang berada di bawah kendalinya, agar mendapat pengakuan.

Tidak mengerti? Mari kita dengarkan Dikey, si calon Ahli Sosiologi, menjabarkan kesimpulan dari apa yang ia teliti.

Selama ini Joshua diperlakukan tidak adil oleh Johan dan Cheol. Dan yang patut diingat adalah, keduanya memiliki catatan yang sama. Buruk di semua mata pelajaran, kecuali olahraga. Juga memiliki begitu banyak catatan pelanggaran di buku BP.

Untuk itu, kesimpulan sementara, mereka berdua memanfaatkan kebaikan Joshua agar mendapat pengakuan bahwa mereka-lah murid yang paling berkuasa. Membuat semua murid di SMA Budikarya Jakarta takut, dengan cara memberi stigma "anak bule seperti Joshua saja takut dengan mereka, apalagi murid biasa". Berani melawan sedikit, akan bernasib sama seperti Joshua. Kehadiran Joshua dijadikan umpan sedap, agar tidak ada yang berani melawan.

Tapi anehnya, Dikey tidak pernah melihat Johan dan Cheol menghabiskan waktu bersama. Bersama dalam artian akrab atau berteman. Saat mengerjai Joshua, Dikey selalu mendapati keduanya di tempat yang terpisah. Untuk pertanyaan ini, Dikey belum tahu apa jawabannya. Namun, Dikey ingat dengan kejadian besar yang pertama kali ia dapati. Kejadian besar yang membuat Dikey tertarik dengan kegiatan kelas 12. Kegiatan kelas 12 yang pertama kali ia tangkap basah.

Misteri lama kembali menarik perhatian. Saat kejadian itu, dengan siapa Johan bertengkar?

Dikey sungguh mencurigai Nicheol Zachery. Meski tidak melihat secara langsung, tapi samar-samar Dikey masih ingat dengan perawakan orang yang keluar dari ruang kelas dengan sedikit memar di wajahnya. Sungguh mirip dengan Cheol.

Baiklah... Lupakan teori yang melintas lancar-padat-tidak macet di pikiran Dikey tadi. Sekarang malah datang fakta lain yang jauh lebih penting untuk dipikirkan.

Ada pemeran utamanya di sini. Joshua. Berdiri tidak jauh dari tempat Dikey melamun sendiri. Sepertinya juga sedang menunggu kedatangan angkot. Diam-diam Dikey melirik. Pura-pura batuk agar mendapat perhatian. Sekali, dua kali, puluhan kali, gagal. Batuk Dikey tidak juga mendapat perhatian Joshua. Malah mendapat perhatian nenek-nenek yang kebetulan lewat, memberi Dikey air mineral kemasan gelas. Dikey jadi tidak enak hati. Mengucapkan banyak terima kasih, juga mengucapkan kata maaf di dalam hati.

Fight The World (✓)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن