10. Rahasia di Balik Gitar

467 79 61
                                    

Lagi. Joshua menerima chat dari Dikey. Isinya pun sama. Hanya kalimatnya saja yang sedikit dimodifikasi. Yang pada intinya, Dikey terus membujuk Joshua agar mau satu tim dengannya. Tampil di acara lomba akustik. Lomba antar SMA di Jakarta, diselenggarakan oleh pihak SMA Budikarya. Itu artinya tidak hanya murid di SMA mereka yang akan hadir menjadi pesertanya. Namun juga murid dari SMA yang lain.

Tanpa pikir panjang Joshua menghapus pesan tersebut. Enggan membalas. Membereskan buku-bukunya masuk ke dalam tas, segera beranjak dari kelas. Lebih baik ia lekas turun dan mendatangi kantin. Johan pasti akan mengomel kalau sampai Joshua terlambat mendatanginya. Lagipula pesan Dikey sungguh membuatnya pusing.

Sekarang, kita beralih fokus ke posisi Dikey. Apa yang ia lakukan sekarang?

Pesannya memang terbaca. Tapi tidak juga mendapat balasan. Membuat Dikey merengut. Menjatuhkan kepala di atas meja, sampai menimbulkan suara yang nyaring. Berhasil menarik perhatian beberapa murid yang masih berada di kelas.

Jika dihitung, pesan yang baru saja Dikey kirimkan adalah pesan yang ke-26. Pesan yang sama terus Dikey kirimkan sejak 3 hari lalu. Belum juga membuahkan hasil. Mengingat sekarang sudah memasuki jam istirahat, pasti kakak kelasnya itu sudah berada di kantin. Tapi masalahnya, kenapa sampai tidak membalas pesan Dikey? Hanya dibaca? Menyebalkan sekali.

"Dik, enggak ke kantin?" Rena menegur. Dikey pun menggeleng. Rasa laparnya telah menguap entah ke mana. Kehabisan akal bagaimana caranya mengajak Joshua duet. Padahal ia benar-benar ingin mengikuti lomba itu.

Melihat Rena, Dikey jadi ingat sesuatu. Biasanya para wanita begitu pandai merayu. Dikey segera bangkit. Menepuk kursi Eissa yang kosong. Ditinggal membeli camilan bersama Yuha dan Gyu. Dikey juga sempat menitip, meski hanya sebotol air mineral. Meminta Rena duduk di sana. "Duduk dulu deh, aku pengin nanya."

Rena duduk dengan ekspresi bingung. Jelas hendak menanyakan apa maksudnya. Tapi bibir gadis itu tetap mengantup. Tidak perlu ditanya. Toh Dikey juga hendak menceritakannya.

"Cara bujuk seseorang bagaimana, ya?" tanya Dikey, sadar pertanyaannya terlalu ambigu. Dikey segera memberi jabaran lebih. "Ah... Gimana ya... Misalnya pengin melakukan sesuatu, tapi mengajak si A. Nah, si A ini enggak mau. Bagaimana cara membujuknya, ya?"

Setelah hanya diam mendengarkan, spontan Rena mengeluarkan gelak tawa. Nyaring. Masih mending kalau hanya tertawa. Rena malah sambil memukul bahu Dikey pelan. "Hayo mengaku, kamu mau ngajak seseorang pergi kencan, kan?"

"Eh?" Kenapa masalahnya jadi melebar seperti ini? Spontan Dikey menggelengkan kepala. Siapa yang akan diajak Dikey berkencan? Dikey mengibaskan tangan di depan wajah. Membantah. Yang ada ucapan Rena akan menambah kerunyaman masalah, kalau sampai salah paham seperti ini. "Enggak. Memangnya siapa yang bakal aku ajak kencan? Kalo mengajak cewe kencan aku enggak bakal bingung karena ditolak. Raisa saja pasti mau kalo aku ajak kencan, apalagi murid SMA biasa. Ini masalahnya beda."

Rena mencibir. Percontohan yang Dikey sampaikan terlalu tinggi. "Ya tinggal ajak saja, apa susah? Kalau dia nolak, jangan dipaksa. Yang ada dia malah enggak mau lagi temenan sama kamu."

"Jadi, enggak ada solusi?"

Rena menukik bibir ke bawah. Menggelengkan kepala. Membuat Dikey meringis. Percuma. Acara curhat secara resmi dibatalkan.

"Aku kepo. Memangnya siapa yang pengin kamu ajak? Terus mau ngapain?"

"Enggak, enggak jadi," Dikey membantah. Sekali lagi, acara curhat secara resmi dibatalkan. Khawatir salah bicara. Rena adalah salah satu komplotan yang paling menentang pertemanannya dengan Joshua. "Kamu mau ke kantin kan tadi? Sudah, pergi saja. Enggak jadi."

Fight The World (✓)Where stories live. Discover now