Epilog

727 77 66
                                    

"Susu? Kantung plastik hitam besar? Cokelat? Papan nama? Nama sama tanggal lahir kamu sudah lengkap ditulis semuanya? Motto hidup kamu apa?"

Vernon menyengir. "Santuy."

Dino tertawa terbahak-bahak. Kwan ikut tertawa sambil memukul punggung Vernon main-main.

Tarik napas panjang, hembuskan. Gyu berjongkok di hadapan Vernon yang duduk di lapangan tanpa alas, bersama puluhan para murid baru SMA Budikarya lainnya. Sedang mengikuti kegiatan MOS. Kalau dihitung, mungkin jumlahnya sudah belasan kali Gyu menemukan murid baru yang sejenis dengan Vernon ini. Melelahkan juga. "Kelakuanmu seperti ini, aku enggak percaya kamu itu adiknya Kak Joshua."

"Memangnya Kak Josh dulu di sekolah seperti apa?"

Gyu menelan ludah. Tidak mungkin ia menceritakan penderitaan Joshua selama bersekolah di SMA Budikarya. Untuk itu, Gyu mengangkat bahu sekali. Mulai ber-acting. "Murid teladan. Enggak seperti ini..." katanya, selagi menarik ujung seragam yang Vernon kenakan. "Siapa yang mengajari kamu pakai seragam sekolah seperti ini? Cepat dimasukkan. Masih untung ketua OSIS tahun ini baik hati, tidak sombong, senang menabung dan tampan. Coba saja kamu lebih cepat masuk SMA setahun saja, pasti sudah habis kena omelan ketua OSIS."

"Memangnya ketua OSIS tahun lalu seperti apa, Gyu?" Suara Jun menelusup masuk begitu saja. Tanpa disangka mantan ketua OSIS itu sudah berdiri tepat di belakang Gyu. Bersedekap. Menatap adik kelasnya itu penuh dengan rasa penasaran. "Galak banget ya ketua OSIS tahun lalu? Sombong, boros, enggak tampan?"

Kini giliran Gyu yang menyengir lebar. Meski di dalam hatinya meringis. Habis sudah riwayat hidupnya. Langkah terakhir, menyenggol seniornya itu main-main. Berusaha membuat lelucon. "Canda, Kak... Canda... Kalau angkatan Kak Jun, the best! Semua kegiatan OSIS berakhir dengan sangat bagus! Pokoknya jempol, deh!" kata Gyu, mengangkat kedua jempol ke hadapan Jun.

Rena tertawa nyaring. Sebagai wakil ketua OSIS tahun ini, ia sungguh puas melihat Gyu diperingati oleh senior mereka. Yah, meskipun Gyu bukanlah seorang ketua OSIS yang menyebalkan. Kalau dibandingkan, perlakuan Gyu jauh lebih halus daripada para ketua OSIS biasanya.

Jun mengangguk. Memaafkan Gyu hanya untuk hari ini. Menepuk bahu Gyu pelan, sebelum beranjak pergi. Kedatangannya ke sekolah selagi acara MOS berlangsung hanya untuk melihat bagaimana kinerja para anggota OSIS tahun ini. "Jangan terlalu lembut, nanti mereka kebiasaan melanggar aturan."

Tangan Gyu menghormat. Baru turun begitu Jun sudah benar-benar beranjak dari sana. Kesal mendengar cekikikan geli beberapa murid baru yang melihat interaksinya dengan Jun. "Apa yang lucu? Vernon, cepat rapikan seragammu! Heh, Dino. Sini. Aku periksa barang bawaanmu. Rena, kenapa cuma diam? Cepat periksa barang yang dibawa, Kwan!"

🎸🎸🎸🎸🎸

"Aku yakin banyak. Karena sekolah kita sudah belasan tahun juga berdirinya. Paling tidak kita harus sediakan untuk 400 orang. Anggap yang datang 30-an orang dari setiap angkatan. Belum lagi kalau mereka bawa keluarga. Biasanya begitu, kan? Yang sudah menikah, bawa suami-istri sama anak." Yuha menunjukkan buku catatan kecil miliknya. Terbuka pada halaman hasil perhitungan perkiraan jumlah tamu. "Kita buka pendaftarannya dari jauh-jauh hari saja. Sekitar 3 atau 4 bulan sebelumnya, terus ditutup paling lambat 3 minggu sebelum acara. Jadi kita bisa mempersiapkan semuanya sesuai jumlah pendaftar."

Hosh menganggukkan kepala. Setuju dengan masukan Yuha. Meski sudah berada di kelas 12, beberapa anggota OSIS tahun lalu masih memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam beberapa kegiatan. Dengan catatan, selama masih berada di semester pertama. Hosh menambahkan sedikit masukan. "Soal keluarga alumni, kita masukkan juga dalam formulir pendaftaran. Jadi bisa perkirakan jumlah totalnya berapa. Lebihkan sedikit untuk berjaga-jaga."

Fight The World (✓)Where stories live. Discover now