Mine

480 58 1
                                    

Chapter 03: Mine

◆◆◆

Ahn Heejin

Aku tidak mengerti-maksudku, aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jimin kemarin di Rooftop rumah kami. Ya, rumah kami, kedengarannya sangat lucu, aku akan menjadi Istri Jimin setelah sekian lama menjalin kasih.

Tapi walaupun Jimin tak meminta sekalipun aku akan terus berada didekatnya. Maksudku- ya, aku mencintainya. Teramat.

Terkadang Jimin memang selalu memikirkan masa depan dengan angan-angan yang belum pasti, kalau angan-angannya tentang bagaimana nanti kami punya keluarga kecil sih tidak masalah, beda lagi jika ia membayangkan yang tidak-tidak, itu bukanlah hal yang baik, seperti aku yang akan meninggalkannya, begitu? Ah tidak mungkin. Aku berani bersumpah hidupku ini untuk Park Jimin.

Menghabiskan waktu selama 7 tahun bersamanya tentu membuatku sudah sangat hapal dengan dirinya.
Saat Jimin berucap dengan lemah begitu-seperti sudah sangat putus asa tapi aku tidak tahu karena apa. Aku yakin ada sesuatu, kenapa sampai Jimin bicara seperti itu, kenapa sampai dia berangan-angan kalau aku akan pergi darinya, toh aku tidak akan.

Sebenarnya kemarin sudah ingin aku tanyakan, tapi rasanya tidak bisa, mulutku malah tetap diam tidak sejalan dengan pikiranku yang berontak minta kejelasan.

Memikirkannya membuatku jadi pusing, sebaiknya aku segera mencuci muka dan segera tidur.

Dan alangkah terkejutnya, saat aku sudah selesai cuci muka dan keluar dari kamar mandi, orang yang sedari tadi mengganggu pikiranku tengah terbaring dengan terlentang diatas kasurku.

Park Jimin, dia itu memang selalu begitu.

"Sejak kapan kau datang?" tanyaku, sembari meletakkan handuk yang tadi aku pakai untuk mengeringkan wajah sehabis mencucinya.

Jimin yang tadinya terbaring dengan mata terpejam kini membuka matanya, lalu melirikku yang kini sedang naik keatas kasur.

Alangkah terkejutnya saat Jimin tiba-tiba merengkuh tubuhku, mengangkatnya dengan enteng, seakan-akan tubuhku memang seringan itu untuk ia angkat dan menaruh di atas tubuhnya.

"Merindukanmu, apalagi?" katanya.

Aku menahan untuk tidak terkikik.

Ya, alasan yang sudah sangat aku hapal, kenapa aku harus bertanya lagi?

"Besok kau akan pulang ke Daegu dan kau tidak memperbolehkan aku ikut, bagaimana bisa kau melewati malam ini tanpa diriku?" katanya, dengan intonasi sinis tapi malah membuatnya semakin manis.

Benar, besok aku harus pulang ke Daegu karena Ayah mendadak jatuh sakit, aku harus pulang besok dan tidak tahu berapa lama, aku berjanji pada Jimin paling lama hanya seminggu tapi dia tidak terima, jadi aku menawar maksimal hanya 5 hari. Karena aku tidak memperbolehkannya ikut, dia menjadi sangat cerewet dan sensitif.
Tentu saja aku mempunyai alasan kenapa tidak mengajaknya.
Jimin adalah Bos yang memimpin perusahaan Ayahnya, jadwal meeting selama seminggu ini juga banyak karena rencananya dia harus segera menyelesaikan semua pekerjaan sebelum hari pernikahan kami. Bagaimana aku tahu? Jelas, aku adalah Sekretarisnya.

Aku mencubit hidungnya dengan gemas.
"Jim, kau tahu alasanku kenapa tidak mengajakmu."

Jimin berdecak, "Ya, Sekretarisku sangat profesional dalam hal pekerjaan." dia sarkastik.

"Ini tentang kita. Apa kau mau ditengah bulan madu ada pekerjaan yang mengganggu?" kataku, dengan sengaja menggunakan nada diayun-ayunkan.

Bisa kulihat wajah Jimin memerah.

Thank you •Pjm ✔Where stories live. Discover now