Friend

437 52 1
                                    

Chapter 04: Friend

◆◆◆

Sebenarnya Jimin tidak ingin melepas Heejin begitu saja ke Daegu seorang diri.
Tapi mau bagaimana lagi, dia juga tidak punya pilihan lain. Calon mertuanya sedang sakit, dan itu merupakan hal yang wajar sebagai anak Heejin harus pulang untuk merawat Ayahnya.

Jika saja tidak ada pekerjaan yang menghalangi, sudah dipastikan sekarang Heejin tidak ada di depannya sambil berucap pamit pada Jimin.

"Aku akan kembali. Kau harus baik-baik disini. Pastikan pekerjaanmu beres, okay? "

Jimin memandang Heejin dengan helaan kecil, kemudian mengangguk paham dengan senyuman.

"Hubungi aku jika sudah sampai, ya? Dan sampaikan salamku pada kedua orang tuamu, semoga Ayah cepat sembuh agar bisa mengantarmu di Altar nanti," ujar Jimin sembari menyelipkan anak-anak rambut Heejin kebelakang telinga gadis itu.

Heejin mengangguk, "Tenang saja. Ayahku pasti segera sembuh setelah aku datang," katanya dengan gurauan kecil.

Jimin terkekeh, lalu mengangguk. Kemudian ia mendekap tubuh Heejin erat, ia meletakkan dagunya pada kepala gadis itu yang memang lebih pendek darinya. Heejin membalas pelukan itu, ia melingkarkan tangannya pada pinggang Jimin, dengan kepala yang tersandar di dada bidang pria itu.

Di saat pelukan itu hendak ia lepaskan, namun Jimin seakan enggan dengan mempererat dekapannya, membuat Heejin mengulum bibir merasakan sesuatu yang sesak tanpa sebab. Ia pikir mungkin karena akan berpisah dengan lelaki itu selama lima hari kedepan.

"...Jim?"

"Biarkan seperti ini, 5 menit saja," mohonnya, dengan tangan bergerak membelai lembut rambut gadis itu yang terurai lurus.

Heejin mengangguk.

Tidak apa. Biarkan seperti ini dulu sebelum kereta yang ia naiki akan berangkat.

Dan sebelum semuanya berubah.

***

Heejin merenung di dalam kereta, dengan wajah menghadap jendela dan tak lepas melihat kebelakang, melihat Jimin yang masih diam ditempat memperhatikan keretanya yang kian menjauh sampai dimana keberadaan Jimin sudah tidak kelihatan, Heejin menyandarkan dirinya disandaran kursi penumpang.

Jauh dalam lubuk hatinya, sebenarnya dia juga enggan jauh dari Pria itu, ia rasanya ingin juga mengajak Jimin untuk ikut, tapi dia tidak bisa egois, ini perihal perusahaan, mau bagaimana pun juga Jimin bertanggung jawab penuh dengan perusahaan itu.

Heejin teringat perihal cincin dengan permata biru yang Jimin berikan kepadanya, ia memandang cincin yang melingkar dijari manisnya itu dengan seksama.

"Baru sebentar, bahkan belum sampai sepuluh menit tapi kenapa aku sudah merindukanmu?" ia bergumam pada cincin itu seolah-olah berbicara dengan Jimin.

"Itu namanya bucin!."

Heejin agak tergelak saat tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Pupil gadis itu melebar saat mengetahui siapa orang itu.

"Ya! Mina-chan!"

Mina-nama gadis itu, kini tersenyum dengan lebar pada Heejin yang masih speechless karena tidak menyangka ada Mina, yang merupakan temannya saat masa Kuliahnya dulu berada disampingnya sekarang.

Thank you •Pjm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang