Komisi Disiplin (2)

2.2K 317 58
                                    

*note⬇



"Lo disini aja. Tepat sampai dosen akan menguji, lo tetap disini. Di depan gue."

Setelah itu, dagu gue disentakkan begitu aja. Lalu beberapa detik berikutnya pintu ruangan terbuka lebar. Dan disana ada beberapa dosen yang mulai memasuki ruangan.

Gue gemeter! Ini sebenarnya ada apaan? Ini lagi ujian apa lagi sidak?

Para dosen mulai menempati kursi yang telah tersedia. Dari pandangan gue, ada tiga ibu dosen, dan dua bapak dosen.

Gue makin mengerutkan dahi ketika melihat dua bapak dosen tersebut malah berdiri di dekat pintu. Lagaknya menjadi penjaga pintu atau bagaimana gue masih nggak paham sama situasi sekarang.

Melihat tiga ibu dosen yang mengambil tempat duduk terpisah-pisah, sedangkan dua bapak dosen malah menjaga pintu. Lalu Kak Doyoung yang memimpin ruangan ini?

Tunggu?

Apa jangan-jangan gue mau disidang habis-habisan karena gue telat masuk ujian. Bahkan lebih dari batas toleran?? Alah alay banget nyampe dosen aja harus turun tangan, lima lagi man!

Gue berbalik memandang oknum yang ada di depan gue dengan tatapan horor. Kemudian Kak Doyoung tersenyum tipis menanggapi tatapan gue, "Rileks." Katanya yang mampu membuat gue diam tak berkutik.

Sedangkan Kak Maya berada di kanan Kak Doyoung lalu Kak Fiya berada di kiri Kak Doyoung. Kemudian ada Kak Silvi-anggota komdis juga yang berjalan mendekat ke arah gue dan berdiri tepat di samping gue.

Serius man! Gue beneran masih loading!

Mana ada Kak Silvi yang notabene kating paling gahar ketika ada maba yang telat-telat gitu.

Tiba-tiba Kak Silvi megang pundak gue dan ngusap pelan. Gue makin tegang nggak karuan anjir, ini gue mau di apain.

Sesaat setelah Kak Silvi mengusap pundak gue, tiba-tiba datang dari arah pintu dalam, ada tiga mahasiswa yang jalan menuju arah Kak Doyoung. Di depan sebelah kanan dari Kak Doyoung, lebih tepatnya di samping kiri gue ada tiga kursi kosong yang telah disediain.

Hei?? Kok gue baru nyadar ada kursi disana???

Selanjutnya tiga mahasiswa tersebut duduk disana, dengan pandangan menunduk tapi tubuhnya tetap tegak.

Hening beberapa detik, hingga Kak Doyoung mendekat ke arah gue lagi, "Diem disitu." kemudian dia menggeser duduknya agar dekat dengan tiga mahasiswa tersebut.

Gue nggak kenal mereka siapa dan nggak tau juga mereka mau diapain. Karena setau gue, dari pandangan mereka ke penonton aja nunduk begitu. Jadi gue bisa nyimpulin kalo mereka ada masalah.

Beberapa menit berjalan hingga nggak terasa dibelakang gue udah banyak banget temen-temen gue yang ikutan duduk juga. Lebih tepatnya duduk memanjang di belakang gue. Jadinya gue tetap di depan.

Gue menggaruk dahi yang nggak gatal, kemudian lanjut mendengarkan apa yang dikatakan Kak Doyoung kepada tiga mahasiswa tersebut. Gue nggak begitu fokus sama apa yang terjadi, bahkan secara nggak sadar di situasi setegang ini, gue malah milih bercanda sama Lisa yang ada di belakang gue.

"Ya Maap yak Lis." Ucap gue begitu keras hingga mampu terdengar ke penjuru ruangan. Dan pada saat itu, Kak Doyoung lagi menasehati tiga mahasiswa tersebut.

Tepat setelah gue ngomong gitu, tatapan Kak Doyoung sepenuhnya terarah ke gue, dan tanpa aba-aba, suara dosen perempuan di dalam sana membuat gue blank seketika, "Siapa itu? Lagi serius malah bercanda. Sini duduk sama ibu aja sambil pijitin kepala ibu."

DOYOUNG ASWhere stories live. Discover now