"Dek, bangun sana. Jangan malas-malasan di kamar."
"Males bu.. Emang mau ngapain?"
"Kamu tuh dari awal liburan semester, di kamar terus pekerjaannya kalo pagi sampai sore."
"Lah terus aku mau ngapain? Main sama temen pun rumahnya jauh-jauh."
"Ya sama temenmu dulu toh. Temen esde, esempe, atau esemamu."
"Pada belum libur bu kuliahnya. Kampus adek emang cepet kalo masalah libur."
"Yasudah kalo gitu beliin ibu bumbu dapur. Nanti malem ada tamunya ayahmu,"
"Hm, adek ganti baju dulu."
Selepas ibu keluar dari kamarku, aku mengganti pakaian dari baby doll menjadi kaos oblong biasa dengan dipadukan celana training. Setidaknya ini udah sopan sih, daripada baby doll tadi.
Ayahku pekerja kantoran, wajar saja jika ibu memasak hidangan makan malam nanti untuk tamu ayah. Biasanya kalau pekerja kantoran itu memiliki relasi yang luas, jadi ngga heran kalau nanti malem teman-teman ayah sangat banyak.
Aku pun mengantongi handphone ke dalam saku dan memasang headset ke lubang telingaku. Kebiasaanku saat keluar rumah adalah memasang penutup telinga dengan jejelan musik yang mengiringi langkahku. Aku sengaja tak membawa dompet karena toh nanti ibu bakal ngasih duit belanjaan dan pasti uangnya akan nyisa. Sisa uang belanja itulah yang nanti aku pakai untuk membeli cemilan buatku sendiri.
Dengan rambut yang memang kugerai dan olesan makeup yang nyaris ngga adaㅡkarena aku memang ngga moles sih heheㅡ yah menurutku, aku sudah cantik. Setidaknya hanya aku saja yang bilang begitu. Harus pede.
Aku mendatangi ibu yang ada di dapur, saat itu ibu sedang menyiapkan peralatan masak serta mencuci peralatan makan yang kotor. Kemudian, akupun mengagetkannya dengan pelukan dari belakang.
"Udah?"
"Udah, bu." jawabku sambil melepaskan pelukanku,
Ibu menyerahkan kertas yang berisi belanjaan yang harus aku beli dengan dua lembar uang ratusan. Akupun senyum konyol karena ibu memandangku seolah-olah berkata, "senengkan ibu kasih bonus sekalian?"
Kalau gini, aku sayang sama ibu. Hehe.
"Mbok ya kamu pake bedak gitu dek. Masa keluar wajahmu kusam begini."
"Masa sih bu? Tadi adek ngaca udah cantik perasaan."
"Perasaan kamu aja,"
Ngga bukan, bukan ibu yang ngomong. Tapi Kak Jaehyun.
Hhhh. Kebiasaan.
Perkenalkan, dia Kak Jaehyun. Kakak kandung aku yang sekarang tinggal nunggu wisuda aja. Umur kita ga terpaut jauh-jauh amat. Hanya berselisih tiga tahun saja.
Kak Jaehyun emang punya kebiasaan nguping terus tiba-tiba muncul tanpa diundang. Yah, seperti sekarang ini.
Aku hanya berdecih dan melewatinya begitu saja. Ya, tubuh Kak Jaehyun sepenuhnya menghalangi jalanku.
Tak!
Tiba-tiba keningku disentil oleh Kak Jaehyun tepat ketika aku melewatinya.
"Aduh! Ibu, Kak Jaehyun nih."
"Kak, kamu ngga boleh gitu sama adek kamu. Anterin sana gih, dia mau ke indomaret depan."
"Ogah!" jawab kami serempak,
Kak Jaehyun kaget mendengar tolakanku. Mungkin sedikit heran tumben-tumbenan aku tak mau diantar.
Hello, disini udah pakai baju santai untuk menikmati paparan sinar matahari ditambah sudah memasang headset yang siap menemani disetiap langkahku ini, Situ mau nganter? Sorry, niat me emang mau dilama-lamain. Hehe.
Maaf, bu. Hehe.
"Berangkat dulu bu, hehe. Kakak di rumah aja. Nyantai."
"Nitip dong dek," Ucapnya yang membuatku menghentikan langkah,
"Apa?"
"Es krim rasa persik."
"Oke," Ucapku sambil mengacungkan jempol sebagai tanda bahwa aku mengerti. Mengerti saja hehe, belum tentu kubelikan.
"Tiga yaaa." teriak Kak Jaehyun yang kudengar. Namun aku mencoba mengabaikannya.
Aku berjalan keluar kompleks dengan alunan musik yang kudengar melalui headset. Helaian rambutku berterbangan karena angin yang mungkin cukup kencang, sambil sesekali aku bersenandung ria. Ah, aku menyukai suasana ini.
Tak lama langkahku sudah berada di indom*r*t. Aku mendorong pintunya dan masuk ke dalam, mulai mencari bahan-bahan yang sesuai dengan daftar tulisan dari ibu yang sedang kupegang saat ini.
"Telur... tepung... garam, gula, masako, kecap, sambal abc... beras... daging sapi... saus tomat, bumbu bubuk," Ucapku sambil menaruh bahan ke ranjang belanjaan yang kubawa.
"Es krim.. Eskrimm" Gumamku saat mengingat wajah Kak Jaehyun
"Apa ya? Apa aku beli seaweed aja buat nyemil? Oke deh,"
Aku mengambil dua bungkus seaweed untuk cemilan, chitatos serta you c1000 orange water dan berjalan menuju kasir. Aku mengangkat keranjang belanjaanku ke meja kasir dan membantu petugas kasir mengeluarkan satu persatu belanjaanku untuk dihitung.
"Ah, biar saya saja mbak." Ucap petugas kasirnya begitu melihatku membantunya,
Petugas kasir disini laki-laki. Ah karena aku udah lama ngga di rumah, bisa aja petugasnya udah diganti. Dulu sih sekitar 7 bulan yang lalu masih cewek, ini udah diganti cowok. It's fine.
"Ngga papa kok, mas. Hehe."
"Semuanya dua ratus empat belas ribu rupiah." Ucapnya sambil memasukkan belanjaanku ke kantong plastik yang berlogo indom*r*t.
Mampus,
Aku hanya membawa uang dua ratus ribu saja.
"Ah maaf mas, saya hanya membawa dua ratus ribu saja. Untuk kurangnya saya ambilkan dulu. Rumah saya deket kok dari sini."
"Dua ratus ribu dulu aja ngga papa, ngga perlu diantar langsung kok mbak." Masnya tersenyum lembut ke aku?
Iya, beruntung sepi pengunjung. Jadi aku tak perlu malu-malu banget ketika berkedapatan bahwa uang belanjaanku kurang. Ya cuma malu doang.
"Mbak namanya siapa?" Tanyanya yang kujawab dengan uluran tangan beserta senyum selembut mungkin. Berulang kali aku meminta maaf mas nya karena uang belanjaan kurang.
"Saya Doyoung, besok kesini ngga papa. Ngga harus sekarang kok," katanya lagi dengan membalas jabatanku disertai senyumnya yang jumawah.
Mungkin, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
OMGGGG?!!!

YOU ARE READING
DOYOUNG AS
Fanfiction[SELESAI | 15+] •PART PACAR SEMINGGU, SELINGKUHAN, & FWB SUDAH DIBUKUKAN• Doyoung As tanpa batas, tapi per-as maksimal 5 chapter! Lo pada tinggal milih dah ya mana suka. Mau Doyoung jadi preman atau aktor atau siapapunlah itu. Semuanya ada disini. K...