Part 2

135 13 1
                                    

Seorang pria bermata teduh itu tengah menatap komputernya dengan serius. Pria itu tampak memijat keningnya yang terasa penat dan sudah tak terhitung berapa kali ia menghela napas. Dengan sabar pria itu terus menatap layar komputernya sambil mengulang sebuah rekaman CCTV yang entah sudah berapa kali diputarnya. Dalam rekaman yang hanya berdurasi kurang lebih satu menit itu tampak seorang kakek dihampiri oleh sesuatu yang tak kasat mata dan tiba-tiba saja ia berteriak histeris bersamaan dengan gambar yang tiba-tiba saja gelap, disusul dengan berhentinya rekaman tak lama setelah itu.

“Bagaimana, Choi Seungcheol?” seorang pria paruh baya berdiri di belakang Seungcheol sambil menyesap kopinya.

Pria bernama Choi Seungcheol itu menggeleng, “Aku tidak bisa menemukan apapun, Tuan.” Ucapnya frustasi.

“Hampir tiga jam aku duduk di sini dan berkali-kali memutar rekaman CCTV itu, tapi tak satupun informasi yang kudapat selain gambar Tuan Kim yang tengah duduk tenang, lalu tiba-tiba ia berteriak dan video berakhir tiga detik setelahnya…” Keluh Seungcheol.

“Apa kau sudah melihatnya dengan mengurangi kecepatan dari video rekaman itu?”

“Sudah. Sebanyak aku memutar rekaman itu pula, Tuan…” Seungcheol menatap atasannya.

“Baiklah, kau bisa istirahat sekarang…”

“Terimakasih, Tuan.” Seungcheol membungkuk dan keluar dari ruangan.

Sepeninggal Seungcheol, pria paruh baya itu tersenyum. “Bagus. Pelaku yang tak terlihat…” ia menghela napas, kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Halo, Tuan Lee?” sapa pria tua itu.

“Tuan Han,” sahut suara di seberang.

“Bagaimana kabarmu?”

“Langsung saja. Aku tahu pasti ada sesuatu yang setidaknya cukup penting.”

“Rupanya kau cukup mengenalku…” Tuan Han tertawa.

“Tentu saja…” terdengar tawa renyah yang sama dari seberang.

“Aku berharap mendapatkan bantuanmu. Apa kau keberatan?” pria paruh baya itu menyulut api di rokoknya.

“Tentu tidak. Bantuan seperti apa yang kau inginkan, Tuan Han?” tanya seseorang yang dipanggil dengan sebutan Tuan Lee tadi.

“Aku ingin kau memecahkan suatu kasus.”

“Apa itu?”

“Aku tidak bisa menjelaskannya lewat ponsel. Kalau kau ada waktu, kita bertemu di kantorku dan aku akan menjelaskannya di sana.” Pria itu menaikan sebelah alisnya.

“Kapan?”

“Waktunya kuserahkan padamu. Kau bisa menghubungiku jika sudah memiliki waktu luang,”

“Aku menebak, kasusnya penting dan rahasia?”

“Kau benar…”

“Baiklah. Aku akan menghubungimu lagi jika sudah menemukan waktu yang tepat.”

“Terima kasih…”

The Lost Soul [✔]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin