Part 13

66 7 0
                                    

“Tuan Han, kami semua sudah di sini. Ada apa?” tanya Seungcheol sambil menatap Tuan Han.

“Duduklah. Kita harus menyelesaikan masalah ini segera. Aku yakin kalian sudah tahu mengenai seluk beluk keluarga Jisub…” Tuan Han menghela napas.

“Lalu, apa rencana kita?” tanya Junhui segera setelah mereka duduk.

Tuan Han kembali menatap pada keempat pria di depannya, “Kurasa aku akan mulai dengan pengepungan rumah mereka. Aku akan mengurus izin untuk menggunakan pasukan militer. Ini penangkapan besar.” Jelasnya.

“Apa anda yakin kali ini akan berhasil?” tanya Jeonghan.

Tuan Han tersenyum, “Kau tidak yakin?”

“Bagaimana menurutmu, Dokyeom?” tanya Seungcheol kemudian.

Dokyeom tak bergeming, ia hanya duduk diam seolah tak mendengarkan apa yang dikatakan Seungcheol. Sejujurnya, pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukannya atas semua yang terjadi sekarang. Jelas-jelas Dokyeom tahu bahwa Amanda atau pun Jisub sama bersalahnya, tapi pria itu merasa dadanya sesak setiap kali mengingat apa yang harus dilakukannya pada gadis itu.

“Dokyeom?” ulang Seungcheol.

“Dokyeom, apa kau mendengarkan?” tanya Tuan Han.

“Lee Dokyeom!” panggil Junhui kuat.

Dokyeom tersentak, “Ya…? Ada apa?”

“Apa yang kau pikirkan?” Tuan Han menatap pria bermata lembut namun tajam itu.

“Hanya masalah kecil, Tuan. Maafkan aku. Apapun rencananya aku akan ikut.” Jawab Dokyeom.

Tuan Han bangkit dari duduknya, “Well, kalau begitu masalah terselesaikan. Kita akan menyerang mereka dalam dua hari. Jadi, kuharap kalian mempersiapkannya dengan baik. Aku tidak mau ada kesalahan kali ini.”

“Baik,” jawab keempatnya kompak.

Satu persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan Tuan Han. Sementara pria itu menatap pada keramaian kota di belakangnya. Siang itu kota tampak sibuk. Dan Tuan Han memikirkan bagaimana sibuknya dia akhir-akhir ini.

“Aku hampir pada puncaknya. Tenanglah Yejin… Robert… Aku akan membalaskan kematian kalian. Aku akan menangkap Jeon Jisub, dan menyerahkannya pada kalian untuk menghukumnya di neraka.”

***

Amanda duduk di sebuah meja yang terletak di sudut café. Seperti biasa gadis itu duduk ditemani sebuah buku dan segelas Vanilla Latte kesukaannya. Bola mata cokelat gadis itu menari kesana kemari mengikuti tulisan-tulisan di buku tebalnya. Sesekali ia menghirup kopinya dan memandang ke sekitar sebelum melanjutkan bacaannya. Tapi kali ini Amanda harus mengantri lagi di kasir untuk mendapatkan segelas kopi lagi mengingat gelas pertamanya sudah kosong.

Hari itu Seungcheol berniat menghabiskan waktu makan siangnya di salah satu cafe terkenal di sana. Ia berdiri di kasir untuk membayar makanannya, sehingga punggung pria itu menutupi tubuh Amanda yang cukup kecil. Dengan sabar Amanda menunggu pria di depannya yang sudah cukup lama berdiri di sana sambil merogoh saku celananya. Amanda mulai menghentak-hentakkan kakinya pertanda bosan. Baiklah, kesabarannya habis

“Maaf, bisakah anda cepat-cepat menyelesaikan pembayarannya?” tegur Amanda.

Pria itu menoleh, “Maafkan aku. Sepertinya dompetku tertinggal,”

Amanda menatap tajam pria itu sebelum mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, “Bisa kubayar semuanya?” tanya Amanda pada seorang wanita di balik mesin kasir.

The Lost Soul [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang