Pembunuh Adit

14 2 5
                                    


Dulu, di waktu seperti ini kamu akan menelfonku,

Lalu bercerita singkat seperti cerpen dalam waktu sepuluh menit.

Kamu akan bercerita tentang manusia berdasi yang mengingkar janji,

Tentang mereka yang katamu menelantarkan masyarakat

Dan tentang mereka yang hanya memikirkan uang.

Katamu, aku tidak boleh seperti mereka, atau kamu juga akan menuntutku.

Aku tertawa jika mengingat hal itu, sekaligus rindu!

Kamu terlalu sibuk, tapi aku tidak menjadikan itu masalah

Karena ketika kamu leluasa, aku kau anggap seperti ratu.

Tidak banyak kisah yang kita berdua ciptakan

Tempat yang kita kunjungi pun hanya seputar satu wilayah

Sekret, tempat melakukan aksi, kampus dan daerah Pampang Raya di dekat sungai.

Orang-orang mungkin akan berfikir kisah kita jauh dari kata romantis

Tapi, hal sederhana itulah yang membuatku rindu.

Dan....

Maaf aku tidak ingin merindukanmu lagi saat ini

Bukan aku akan menyerah dan berhenti merindukanmu

Tapi izinkan aku untuk istrahat sejenak.

Mencoba membuka hati dan belajar melupakanmu.

Tenang, kamu tetap menjadi penguasa rinduku sampai sekarang.

Liburan yang aku pikir akan menjadi liburan dengan misi menyenangkan pupus begitu saja. Selama liburan akhir tahun, hari-hariku dihabiskan di dalam ruangan persegi dengan kegiatan itu-itu saja. makan, tidur, minum obat dan memaksakan bibirku tersenyum ketika ada teman kantor menjengukku. Bukan aku tidak suka dijenguk, tapi kedatangan mereka selalu mengingatkanku tentang hal yang membuatku menjadi seperti sekarang, mereka selalu bertanya tentang hal itu, dan aku sangat tidak suka.

Sekarang kondisiku sudah mulai membaik, infus yang melekat di tangan kiriku sudah dilepas kemarin. Aku juga sudah bisa naik turun tangga sendiri yang menyebabkan telingaku harus panas karena bentakan ibu dan kak Fajar.

"Assalamualaikum." yap, akhirnya Ira dan Nabila datang juga. Aku yang berada di kamar langsung menjawab salam mereka dengan teriakan.

"Waalaikumussalam, langsung naik aja Ra, Nabil."

Mereka berdua membawakanku buah-buahan, katanya mumpung ada diskon dari mall. Sialan, mereka berdua kurang modal. Selain buah, mereka juga membawakanku sebuah benda yang selama ini aku cari-cari, satu-satunya benda pemberian orang yang masih menguasai rasa rinduku saat ini, dan satu-satunya benda yang menjadi kenangan dia untukku.

Jam tangan yang aku cari ternyata ada di tangan Ira, aku bingung kenapa benda itu ada di tangannya.

"Sebelumnya, saya mau mau minta maaf karena nyembunyiin jam tangan ini..."

"Bukan nyembunyiin, tapi disimpan baik-baik." ralat Nabila.

"Iya pokoknya gitu deh,"

"Jangan maafin Git, jangan" goda Nabila membuatku terkekeh.

"Jahat ih, kamu juga yang ngusulin buat simpan ini, tahu!"

Aku terkekeh melihat sikap mereka berdua. Sifat mereka terkadang seperti anak-anak padahal usia sudah masuk kategori emak-emak.

Rindu yang Salah.Where stories live. Discover now