Galang?

23 4 6
                                    

Aku belum sepenuhnya percaya pada apa yang dikatakan Ira dan Nabila pagi tadi. Aku juga menjadi tidak yakin dengan Galang. Mungkinkah benar Galang menyembunyikan semua fakta ini? Jika benar, apa yang dia inginkan?

Nomor Bara sudah bisa dihubungi. Ternyata laki-laki itu sengaja tidak mengaktifkan ponselnya karena katanya ia masih fokus berusaha memaksa saksi yang melihat seluruh kejadian di malam itu.

Sekarang, laki-laki itu ada di depanku. Menatapku lekat-lekat dan berhasil membuatku risih.

"Masih serius untuk cari Adit?"

"Dia sudah meninggal"

"Oh, udah tahu ternyata. Bagus deh, paling enggak jumlah yang berkunjung ke kuburan tuh anak makin bertambah," ucapnya terkekeh. Aku menatapnya dingin tidak suka dengan celotehan garingnya.

"Ceritakan kronologinya!" kedua alisnya terangkat. Wajahnya berubah dingin, serius dan lebih tegas.

"Sahabat kecilmu itu sudah cerita, bukan? Kenapa masih mau caritahu?"

"Kamu lebih tahu segalanya"

"Saya akan cerita semuanya kalau kamu..." jeda. Bara menunjuk wajahku dengan tatapan intens. Aku menunggu kalimatnya yang menganntung.

"Mau bantu saya membuktikan kalau Adit tidak bunuh diri."

"Setuju." Jawabku cepat menyetujui syarat yang dia berikan.

"Tanpa melibatkan sahabat kecilmu." Pintanya membuatku melongo.

"Galang itu polisi, dia terbiasa mencari tahu penyebab sebuah kasus. Dengan melibatkan dia semuanya akan lebih mudah."

"Oke" Bara mengangguk-ngangguk. Alhamdulillah, syukurku dalam hati.

"Saya tidak akan menceritakan kronologinya. Melibatkan sahabat kecilmu itu, sama halnya kamu malah melindungi si pembunuh sebenarnya," ucapnya yang malah membuatku memekik. Aku kira dia akan menyetujuinya dan perkataannya secara tidak langsung menuduh Galang sebagai pelakunya.

"Kamu menuduh Galang sebagai pelakuknya?"

Bara malah mendecih.

"Saya pulang deh, buang-buang waktu!" Bara lalu berdiri, memakai Hoodie nya dan mengambil ransel hitamnya yang tadi berada di atas meja.

"Oke, saya setuju untuk tidak melibatkan Galang." Aku cepat-cepat mengeluarkan keputusan, takut kalau Bara ini akan pergi dan susah untukku bertemu dengannya lagi. Masalah ucapannya yang tadi tentang keterlibatan Galang biarlah lain waktu aku tanyakan, lagipula jika ikut terlibat dalam pencarian ini aku juga akan tahu semuanya, secara detail.

"Saya mau tahu semua kebenaran tentang kematian Adit."

Kulihat kening Bara terangkat, "Yakin?"

Aku mengangguk cepat. "Oke. Besok kita mulai pencariannya. Temui saya di tempat ini lagi, meja yang sama. Jangan lupa ajak Ira dan Nabila. Kehadiran mereka sangat membantu."

Aku mengangguk paham. Bara lalu pergi meninggalkanku yang masih betah di tempat ini.

***

Sesuai janji kemarin. Aku sudah berada di tempat yang sama, meja yang sama dan minuman yang sama seperti kemarin. Ira dan Nabila belum datang, Bara juga begitu. Berulang kali aku mencoba untuk menghubungi ketiganya dan hasilnya sama, di luar jangkauan.

"Ckcc." decakku kesal. Sudah hampir dua puluh menit aku duduk menunggu dan sampai sekarang belum ada tanda-tanda kemunculan mereka bertiga atau paling tidak salah satunya.

Untuk menghilangkan rasa bosan, aku memilih untuk mendengar musik melalui earphone yang selalu aku bawa kemana-mana. Baru dua lagu yang ter-play, Bara muncul dengan satu orang temannya.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Mar 12, 2020 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Rindu yang Salah.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz