JOL -1-

307 24 1
                                    

Rey melahap sarapan paginya dengan tenang, mengabaikan tatapan sang ayah yang menatapnya tajam dan dingin. Rey mengangkat tangannya hendak mengambil potongan ayam namun segera diambil oleh ayahnya, Rey mengernyit menatap ayahnya protes.

"Kamu buat ulah lagi kan kemarin?" Rey memutar matanya, tak menjawab kembali melahap makanannya.

"Rey. Dengar tidak?"

"Dengar."

"Kenapa?" Rey berdecak pelan, ia kembali menatap ayahnya dalam.

"Rey suka buat rusuh,"

"Kamu tuh udah besar, nggak perlu diajarin lagi kan kayak anak sd, kelakuan kamu makin hari makin jadi aja. Ayah tuh capek Rey, ditelpon terus sama pihak sekolah, kasih tau kamu buat ulah."

"Nggak perlu diangkat kalau gitu telponnya."

Brak

"Ayah, kenapa ribut saat makan. Rey, kenapa lagi nak?" ucap Yula yang langsung datang saat mendengar suara gaduh dari arah ruang makan. Yula mengusap bahu suaminya dan menatap Rey.

"Putera mu itu, La. Kembali buat rusuh disekolah nya kemarin." Rey cemberut mendengar aduan sang ayah.

"Rey..."

"Mom, nggak usah khawatir deh kayak ayah. Rey janji nggak buat rusuh lagi, kemarin terakhir kok."

"Sebelumnya juga kamu bilang begitu Rey, janji-janji tapi tetap saja melakukan lagi. Lama-lama ayah titipkan kamu sama pamanmu." ujar Rey tegas, terkadang bila menyebut nama anaknya itu berasa menyebut dirinya sendiri.

"Paman? Nggak nggak, Rey nggak mau sama paman. Nanti disuruh-suruh lagi jagain rumahnya, emang Rey satpam apa, paman enak liburan, nah gue yang jaga rumahnya."

"Rey, bahasanya nak."

"Maaf, mom."

"Makanya kalau nggak mau sama paman. Perbaiki kelakuan kamu, setidaknya sedikit kurangi sifat kamu yang suka buat rusuh itu, atau ayah benar-benar akan menitipkan kamu." Rey hanya menganggutkan kepalanya. Rey meminum tandas air putih lalu kemudian mengambil tas sekolah nya dan berdiri, ia mengecup pipi Yula, menatap ayahnya yang diam saat ia kecup pipi ayahnya.

"Rey nggak janji, yah." ujar Rey dan berlalu meninggalkan ruang makan. Yula mengusap bahu suaminya dan mengusap ujung bibir Rey.

"Sabar sayang. Rey pasti berubah."

"Aku heran La. Padahal dulu waktu kecil Rey itu anaknya kalem, baik banget, terus penurut. Sekarang, hufh, aku benar-benar ngga tau kenapa bisa Rey kelakuan nya kayak gini."

"Kan mirip sama ayahnya dulu, jangan heran."

"Aku ngga gitu La." Yula tersenyum dan mencium ujung bibir Rey. Rey mengangkat tubuh Yula dan mendudukkan istrinya itu dipangkuan nya. Dan kembali saling memagut dan melumat, Yula tersenyum wajahnya merah ia tenggelamkan dalam leher suaminya yang mengusap rambutnya lembut.

🐺🐺🐺

Lelaki dengan seragam SMA nya itu, menatap lekat pada layar laptop didepannya, meneguk kasar salivanya, tangannya pun tidak diam menggenggam miliknya yang mengeras dibawah karena film yang ditonton nya itu, membuatnya bergairah. Menyeringai, mengamati kegiatan intim dari film tersebut, pria itu memejamkan matanya masih mengocok miliknya dengan cepat.

Brak!

"Ikut keruangan saya sekarang, Rey." Rey mendesah dan mendesis kesal saat kegiatannya yang diganggu oleh seorang wanita yang adalah guru BK sekolah. Rey mengernyit, bagaimana ia sampai ketahuan, padahal Rey sekarang berada di gudang sekolah, Rey menutup kuat laptopnya dan bergerak malas mengikuti langkah gurunya.

"Keterlaluan. Kamu sudah melanggar peraturan sekolah Rey. Aturan nomor 8. 'Tidak diperbolehkan menonton film dibawah umur disekolah.' Aturan nomor 3. 'Tidak diperbolehkan berada diluar kelas saat jam pelajaran.' Aturan nomor 12. 'Tidak boleh membawa fasilitas dari rumah, termasuk laptop terkecuali handphone.' Kamu saya skors dua minggu. Selesai, silahkan keluar."

Rey keluar dari ruangan BK dengan menutup kuat pintunya. Rey meringis dan berdecak kesal, lalu berjalan menuju gerbang sekolahnya, apalagi kalau bukan pulang.

JUST ONE LOVE #Siregar-3- [COMPLETED]√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora