JOL -9-

204 13 0
                                    

Tok
Tok
Tok

"Rey?"

Cklek

"Apa?" Sabina mengulas senyumnya. Refleks tangannya menyentuh rambut Rey dan mengusap nya.

"Jalan-jalan yuk?"

"Kemana?" Rey mengontrol nada bicaranya agar masih tetap dingin. Walau jantungnya kini sedang berdetak cepat dan tidak terkontrol.

"Ya, kemana aja. Oh, aku ingat hari ini ada lomba memanah anak-anak dilapangan, mau nonton?"

"Terserah kam-- loe." Sabina menganggukkan kepalanya. Entah ini hanya perasaannya saja atau sungguh-sungguh detak jantungnya. Sabina tidak pernah merasakan ini sebelumnya, apa karena ia baru pertama kali dekat dengan laki-laki selain saudara dan sahabatnya. Dengan tanda kutip, laki-laki yang baru saja menembaknya kemarin.

Rey berjalan berdampingan dengan Sabina, Rey terlihat bingung matanya menatap tangan Sabina yang menggantung disisinya, ingin rasanya Rey menggapai dan menggenggamnya erat.

"Mau beli minuman dulu Rey?" Rey tersentak dari lamunan nya. Lalu mengangguk saja.

"Yuk." Rey mengerjapkan matanya, tidak percaya bahwa kini lamunannya tadi menjadi nyata. Sabina menggenggam tangannya dengan lembut, sambil berjalan menuju kearah penjual minuman.

Ahh...

Desah Rey dalam hati, saat Sabina yang melepaskan tautan tangan mereka. Rey lalu duduk disebelah Sabina, meneguk minuman dinginnya dalam hati bergemuruh.

"Aku cinta padamu."

"Hah?"

"Na, aku janji akan berubah. Aku janji akan menghilangkan sifat burukku, aku akan menjadi baik dan serius dengan sekolah ku. Aku serius mencintaimu." Rey menundukkan kepalanya, kedua pipinya memerah sampai ke daun telinganya.

"Tapi Rey..."

"Please Na. Aku janji, lihat aku udah buang kata-kata 'loe-gue'. Demi kamu." Sabina mendesah. Kemudian wanita itu berdiri dihadapan Rey dan menggelengkan kepalanya.

"Janji?" Rey mengangkat cepat kepalanya dan mengangguk tegas.

"Aku janji."

"Yaudah. Aku mau Rey."

"Maksudnya? Kamu mau jadi pacar aku Na?" Sabina memalingkan wajahnya yang merona.

"Iya. Udah, kita pulang yuk. Panas." Rey tersenyum lebar. Laki-laki itu berdiri membawa Sabina kedalam pelukannya. Sabina terkejut namun sekian detik wanita itu tersenyum membalas pelukan Rey.

"Aku sayang sama kamu Na."

"Aku juga Rey."

"Juga apa?" kekeh Rey.

"Sayang kamu lah." Sabina menenggelamkan wajahnya didalam dada Rey. Sungguh kedatangan Rey merubah dirinya total, bukan hanya sifatnya yang terkadang dingin tapi juga hatinya, Rey berhasil mencuri hatinya dan membobol dinding pertahanan Sabina.

Dalam batinnya. Sabina berharap Rey laki-laki yang pertama dan terakhir untuknya. Sabina menutup hati untuk yang lain.

🐳🐳🐳

Udara malam yang sekarang sangat dingin, menerpa tubuh wanita dan laki-laki yang sedang duduk dikursi depan rumah. Laki-laki itu nampak memangku si wanita, dan wanita yang tengah memotong buah apel dan sesekali menyuapi laki-laki yang memangkunya.

"Rey."

"Iya sayang?" Sabina tersenyum merona mendengar panggilan mesra dibibir Rey.

"Minggu depan aku ada perlombaan memanah,"

"Oh iya. Aku akan pergi dan mendukung pacarku yang cantik ini." ucap Rey mengusap pipi Sabina yang masih merona.

"Dimana sayang?"

"Hm, kebetulan di New York." Rey mengernyit dalam. Kemudian laki-laki itu tersenyum.

"Iya. Aku akan menemanimu."

"Terima kasih Rey."

"Sama-sama sayang." Rey mencium puncak kepala Sabina. Pikiran Rey seketika melayang pada percakapan nya dan Alig di club saat itu.

"Gini Rey. Sabina itu kan hobinya menunggang kuda dan memanah, loe harus bisa dukung hobi dia, dan loe harus bersamanya ikut Sabina ke perlombaan nya. Gue yakin Sabina akan luluh dengan cepat, kadang sih cewek kalau dimengerti dalam banget, hatinya bakal tersentuh."

"Tapi loe yakin Lig. Sabina bakal bener-bener sayang sama gue, kalau ternyata bohong?"

"Loe nya gimana? Beneran sayang sama Sabina?"

"Iya gue beneran sayang. Yang pasti gue juga cinta sama Sabina."

"Iya loe harus yakinin juga Sabina. Kalau loe itu beneran sayang sama dia,"

"Iya Lig. Gue akan coba nembak Sabina lagi." Alig tersenyum menepuk bahu Rey.

"Semangat Rey. Gue tunggu kartu undangan loe." kekeh Alig yang diikuti dengan tawa Rey.

"Sudah malam, waktunya tidur sayang." Sabina mengangguk lalu bangkit dari kedua paha Rey. Rey menggenggam tangan Sabina, mereka berjalan menuju kamar Sabina, tepatnya Rey mengantar Sabina kekamar wanita itu lalu ia pergi kekamarnya.

Malam yang indah.

JUST ONE LOVE #Siregar-3- [COMPLETED]√Where stories live. Discover now