JOL -6-

196 16 0
                                    

"Ah pusing kepala gue, rumus apa sih ini belat-belit banget."

Kekehan disebelah laki-laki itu membuatnya mendengus kesal tanpa menatap, pasti sudah ditebak siapa orangnya.

"Apaan sih loe, ketawa nggak jelas."

"Ya ampun Rey, gemas banget sih gue sama loe," Rey memundurkan tubuhnya, menjauh dari Gery yang sudah tertawa terbahak-bahak.

"Gery, kenapa kamu ketawa disana, jangan ribut atau saya hukum kamu." Gery terdiam menganggukkan kepalanya pada guru matematika didepan, Gery tersenyum geli lalu mengacak rambut Rey membuat Rey langsung menepis tangannya karena risih.

"Mau gue ajarin nggak?"

"Nggak perlu,"

"Bener. Gratis kok nggak bayar, ck, udah sini gengsi banget sih jadi cowok."

Rey merebut kembali bukunya yang tadi ditarik oleh Gery.

"Nggak usah, kerjain aja tugas loe, gue bisa." kukuh Rey dengan menatap sinis Gery.

"Yaudah, jangan salahin gue kalau loe dihukum karena tugas loe salah." Rey tidak menanggapi ucapan Gery, ia mencoba serius mengerjakan dua soal matematika yang diberikan guru, tapi satupun belum ia kerjakan, padahal tadi saat dijelaskan Rey sangat-sangat paham, tetapi kemudian diberikan tugas malah otaknya ciut, angkat bendera kuning.

Apa saking bodohnya dia.

Kalau boleh memilih Rey lebih suka saat disekolah nya yang dulu, Rey sangat bebas dan tidak ada guru yang memaksa untuknya mengerjakan tugas mereka, kalau dikerjakan ya syukur kalau tidak dikerjakan yang pasti nilainya akan rendah dari teman-temannya yang lain. Dan Rey juga bebas membuat rusuh, mengerjai teman-temannya dan membuat berbagai macam ulah disekolah.

Namun, disekolah barunya ini Rey merasakan seperti di penjara, sangat ketat apalagi ditambah ada bodyguard rese yang terus mengikutinya kemana-mana, kan jadi susah untuknya membolos. Pasti kalau ia ketahuan membolos atau membuat keributan disekolah, Gery akan mengadukannya pada Sabina, dan berakhir ia harus tidur disofa, sudah seperti suami istri saja, istri marah suami berakhir pasrah.

"Rey, kenapa kamu senyum-senyum. Mana tugas kamu cepet dikumpulkan?" Rey terkaget-kaget langsung melototkan matanya melihat tugasnya yang masih bersih tanpa coretan. Mampus.

"Apa gue bilang, bakal ada ob baru nih disekolah hari ini." kikik Gery yang dengan santai mengusap bahu Rey, Rey meremas pena nya menyingkirkan dengan kasar tangan Gery.

Rey mengusap keringat nya yang bercucuran deras, tanpa melihat sekitar Rey terlihat santai membuka baju seragamnya dan juga baju kaos dalamnya, sehingga ia bertelanjang dada dan hanya menampilkan perutnya yang memiliki eightpack.

Histeris para siswa perempuan serta bisik-bisik para siswa laki-laki, membuat Rey menatap tajam kearah mereka. Setelah beberapa dari mereka ada yang takut dan berlalu pergi, Rey lantas kembali mengepel lantai koridor sekolah yang luasnya tidak ketulungan.

"Rey." Rey menghentikan mengepel lantai. Matanya berkaca-kaca langsung melangkah menghampiri Sabina setelah melepaskan begitu saja alat pel nya.

Pe


Luk

"Gue capek Na,"

"Eh Rey, jangan peluk aku, malu diliatin."

"Nggak mau Na. Gue mau pulang, gue mau tidur nananina sama loe." geleng Rey. Sabina melebarkan bola matanya, pipinya merona mendengar ucapan brutal Rey.

🐳🐳🐳

Sabina berdecak saat sudah memasuki rumahnya, kedua tangan Rey yang masih betah melingkari perutnya membuat Sabina gelisah dan tidak nyaman dengan posisi mereka.

"Lah curut, lepasin woy Sabina sesek nafas tuh." ucap Gery yang menenteng tas Rey dan menarik keras baju Rey.

"Apaan sih loe Gery salut. Mending loe pulang deh, ganggu aja tau nggak." kata Rey dengan kasar mengambil tasnya dari tangan Gery kemudian berlalu menuju kamarnya.

Sabina menghembuskan nafasnya panjang.

"Sabar ya Sabina. Aku tau kok Rey itu orangnya baik, cuman kecanduan bikin ulah aja, paling juga entar berhenti dia." Gery mengusap rambut Sabina.

"Iya Ry. Makasih ya udah banyak bantu aku, maaf juga kalau Rey tingkahnya gitu."

"Hehe, santai aja Sabina. Malah aku seneng kok, tuh anak makin dibuat kesal makin gemas haha, malah aku juga dapat panggilan spesial dari dia kan." Sabina tertawa dengan ucapan asal Gery.

"Iyaa Gery salut." kekeh Sabina mengikuti panggilan Rey untuk Gery. Gery tertawa, tidak lama kemudian laki-laki itu pamit untuk pulang kerumahnya.

Sabina pun harus siap-siap untuk memasak, buat makan malam. Selagi Rey berada dikamarnya dan tidak merecoki Sabina didapur, Sabina harus cepet menyelesaikan acara masaknya. Karena jujur, kalau Rey berada didekat nya bahkan jaraknya hanya 1 meter, Sabina tidak bisa fokus pada apa yang ia kerjakan, malah fokusnya pada Rey yang mengoceh terus mengoceh tanpa niat membantu.

Bolehkah Sabina membunuh orang?

Salah satunya, Rey Gionino Siregar.

JUST ONE LOVE #Siregar-3- [COMPLETED]√Where stories live. Discover now