JOL -7-

197 15 0
                                    

Suara dentingan antar sendok dan kaca piring, dua insan kini sedang menikmati makan malam dengan diam. Sesekali wanita yang duduk didepan laki-laki itu melihat heran pada laki-laki tersebut.

"Gue udah selesai, gue mau tidur.." Sabina mencekal tangan Rey, membuat Rey mengernyit menatap tangan Sabina, kulit mereka bersentuhan halus.

"Nggak Rey. Malam ini kamu yang cuci piring,"

"Apaan? Nggak mau gue, itu kan tugas loe."

"Heh." Sabina tertawa geli, kemudian menatap Rey dengan melototkan bola matanya.

"Aku udah bagi tugas, aku dan kamu. Malam ini tugas kamu yang nyuci piring, kemarin kan aku udah, lagian kamu enak yang masak kan aku."

"Lancar banget sih loe ngomong, udah kayak rel kereta. Awal ketemu sok cuek tuh."

"Jangan ngalihin pembicaraan Rey, udah nih bawa piringnya terus cuci, aku tunggu kamu dikamar kamu."

"Loh loh, kamu beneran mau nananina malam ini.."

Jtak

"Belajar."

Rey mengusap keningnya yang barusan di sentil keras oleh Sabina, dan dengan teganya wanita itu meninggalkan nya dengan setumpuk piring kotor.

Didalam kamar Rey, laki-laki itu mendesah panjang, menjatuhkan kepalanya keatas meja, kemudian kembali mengangkat wajahnya mencebik menatap pada Sabina.

"Capek Na." Sabina terjengkit tiba-tiba tangan Rey memeluk pinggangnya.

"Rey, lanjutin belajarnya." ujar Sabina dengan kuat melepaskan lilitan tangan Rey.

"Loe kenapa sih Na. Takut si Gery salut cemburu terus kalian putus. Eh, tapi bagus kalau kalian putus, jadi loe cuman punya gue."

"Kamu ngomong apa sih Rey. Kenapa malah nyambung sama Gery."

"Ya iyalah, loe nggak mau gue peluk kan takut kalau cowok loe cemburu terus loe diputusin, terus loe jomblo." Sabina mengerjapkan matanya, menggelengkan kepala dengan ucapan Rey.

"Lanjut belajar Rey."

"Nggak." dengan acuh Rey membaringkan badannya telungkup membelakangi Sabina.

"Rey."

...

"Udah tidur?"

...

"Aku sama Gery cuman sahabat. Nggak lebih,"

...

"Kami nggak ada perasaan apa-apa satu sama lain, kita cuman sebatas sahabat." Sabina merutuki mulutnya yang sangat lancar menjelaskan kesalahpahaman Rey.

Apa hubungannya dengan Rey coba. Pacar bukan, suami apalagi. Tapi hatinya rasa tak nyaman kalau tidak menjelaskan semuanya pada Rey, ada suatu dorongan yang kuat dihatinya yang mengharuskan Sabina berkata demikian.

"Na."

"Hm?"

"Kalau gue bilang, kalau gue suka sama loe, gimana?"

"Ya wajar aja, aku juga suka sama kamu. Kamu orangnya seru, asik, terus..."

"Na, bukan gitu. Maksudnya, gue cinta sama loe. Gimana?"

"Loe juga cinta sama gue nggak?"

Rey membalikkan badannya, bergerak duduk menatap Sabina yang juga menatapnya dengan keterdiaman wanita itu.

"Udah mau jam 9. Aku balik kekamar aku, kamu tidur deh besok kesiangan lagi." dengan perlahan Sabina bangkit berdiri, Sabina menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh Rey.

"Gue serius Na. Rasa ini datang dan jatuh hati saat gue natap loe pertama kali, denger nama loe yang indah banget ditelinga gue."

"Loe udah jadi juara dihati gue, Na."

"Gue tahu, kalau ini terlalu cepet untuk kisah kita yang baru berjalan 7 chapter. Tapi loe harus tahu, gue suka, sayang dan cinta sama loe tulus."

"Maafin aku." Rey tersenyum kini menggenggam erat tangan Sabina.

"Gue maafin." Sabina tersenyum samar, kemudian meninggalkan kamar Rey setelah tangannya terlepas dari rengkuhan hangat Rey.

Rey patah hati.

Ditolak untuk yang pertamanya.

JUST ONE LOVE #Siregar-3- [COMPLETED]√Where stories live. Discover now