Hidup Baru

738 210 16
                                    


Tidak ada wanita waras yang akan mengakui punya anak seekor kucing.

Alasannya sederhana. Perempuan pasti akan melahirkan bayi manusia dan induk kucing akan melahirkan anak kucing. Sudah begitu hukum alamnya.

Begitu juga dengan ibu Dalu. Seumur hidupnya, dia hanya ingat pernah melahirkan seorang bayi perempuan, yaitu kakak Dalu. Tak pernah ada di ingatannya tentang anak laki-laki bernama Dalu.

Namun Dalu tidak menyerah. Dia ragu – itu sudah pasti, tetapi setidaknya dia harus mencoba dulu. Jadi begitu pintu dapur dibuka saat kakak Dalu mau mengupas kelapa, Dalu melesat masuk ke dalam rumah dan mencari ibunya. Dia menemukan ibunya sedang bersantai sejenak di dalam kamar. Dalu berteriak sekeras-kerasnya – mengeong, karena sekarang dia tidak bisa bersuara manusia.

"Mbak!" Ibunya memanggil kakak Dalu. "Pintu teras belakang ditutup, ya. Ini kucing masuk..."

"Oh, ini kucing hitam yang tadi pagi!" Kakak Dalu tergopoh-gopoh masuk. "Wah, dasar kucing kurang ajar! Keluar sana! Keluar!"

Dalu sedih sekali. Mama sama sekali nggak ingat padaku! Dia kembali ke pohon jambu dan menunggu ditemani Mimi. Kucing betina itu sedang berburu, menunggu burung gereja yang lengah untuk singgah di dahan pohon.

Menjelang sore, kakaknya keluar ke teras belakang untuk menyirami tanaman.

'Mbak!' Dalu mengeong pada kakaknya. 'Ini Dalu, Mbak! Dalu kena kutuk jadi kucing!'

Kakak Dalu tertegun sejenak dan menatapnya.

'Mama di mana, mbak? Dalu mau ketemu Mama!'

"Kamu lapar, ya?" Kakak Dalu tersenyum. Sepertinya perasaanya melembut sedikit dibanding tadi pagi. "Ya udah. Sebentar. Tunggu di sini, ya..."

Dalu memang lapar tapi bukan makanan yang ada di pikirannya sekarang.

Kakaknya kembali ke teras belakang sambil membawa sepotong ikan asin. "Nih..."

Ikan asin? Hidung kucing Dalu bergetar. Ooh, dia tidak tahu kalau aroma ikan asin ternyata sesedap ini. Dalu mendekati ikan asin itu dan mengendusnya.

"Aduh! Kenapa malah disodori ikan asin!" Ibu Dalu tiba-tiba nyelonong dari dalam kamar dan menghentikan kakaknya. "Kalau dikasih makan, kucing liar seperti ini malah tambah sering mampir!"

'Tapi ini Dalu, Ma! Anak Mama! Bukan kucing liar!'

Ibu Dalu mendorong kakak perempuannya melewati pintu. "Masuk, masuk," katanya. Lalu beliau menuding-nuding Dalu. "Kucing nakal! Kamu sama teman kamu yang kuning itu suka nyolong lauk, kan? Kalian juga yang sering menyenggol pot-pot bunga sampai jatuh sama membongkar keranjang sampah, kan?"

'Dalu nggak pernah nakal, Ma! Itu Mimi, bukan Dalu!'

"Pergi, pergi!" Ibu Dalu menyambar sapu rumah dan mengayunkannya pada Dalu. "Jangan ke sini lagi! Cari makan di tempat lain saja..."

Dari dahan pohon jambu, Dalu mendengar Mimi tertawa terkekek-kekek.


...


'Dalu, kamu masih mau di sini?'

Adzan Maghrib baru selesai berkumandang. Dalu merebahkan tubuhnya ke dahan. Perasaannya hancur. Tadinya dia mengira akan mudah saja meyakinkan ibunya. Namun setelah beberapa kali usaha yang gagal total, Dalu sadar bahwa ini mustahil. Mama nggak paham kata-kataku, bagaimana aku bisa memberitahunya? Selain itu sepertinya Mama juga sudah tak ingat lagi padaku...

6 LIVES [TAMAT]Where stories live. Discover now