Pengorbanan

658 208 7
                                    

[Soundrack: Mirai e - Kiroro]


Banyak kepercayaan yang menggunakan api sebagai simbol daya dan semangat. Ilmu kedokteran Timur misalnya, memetaforakan api dan air sebagai siklus energi dalam tubuh manusia. Api dianggap sebagai energi dinamis yang penuh tenaga, sementara air melambangkan tandingannya yang lebih lembut dan menenangkan. Dalam literatur, api juga sering dipakai sebagai lambang semangat. Jika seseorang sedang bersemangat, kita bisa menggambarkannya dengan istilah "sedang berapi-api".

Api memang tepat dipakai untuk melambangkan daya yang sangat kuat dan dinamis. Itu karena, jika api dibiarkan menyala, ia akan terus membakar sampai dipertemukan dengan air, penangkalnya.

Begitu pula dengan api yang sedang melahap rumah Dalu.

Seperti monster jingga yang kelaparan, api itu melahap teras depan rumah Dalu. Hanya dalam hitungan menit, api itu sudah membumbung ke angkasa

"Kebakaran! Kebakaran!"

Para tetangga berhamburan di jalan. Mereka mengguncang pagar rumah Dalu dan berteriak-teriak memanggil nama ibunya.

'MA!' Dalu mengeong keras-keras. Dia ingin menolong ibu dan kakaknya tapi dia tidak bisa melakukan banyak dengan tubuh kucing ini. Tuhan, tolong! Jangan sampai terjadi apa-apa pada keluargaku! Dia melompat turun ke halaman belakang dan mengintip ke dalam rumah. 'MAMA! KAKAK!'

Mimi menyusul Dalu. 'Kakak sama ibu kamu ke mana? Mereka harus cepat-cepat kabur!'

'Mereka ada di dalam! Kenapa mereka belum bangun juga?'

'Kita harus memberitahu para manusia itu!'

Memberitahu para manusia... Cepat-cepat Dalu berputar ke depan, tempat tetangga-tetangga berkerumun. Dia harus melompat kembali ke pagar pembatas karena panas yang menguar dari api itu begitu menyengat.

Beberapa pria melompati pagar dan menjebol gemboknya sehingga para tetangga yang lain bisa masuk ke halaman. Mereka berjibaku memadamkan api yang semakin ganas itu dengan peralatan seadanya. Ember-ember berisi air bermunculan. Selang-selang yang biasa dipakai menyiram tanaman kini menyemprotkan air untuk memadamkan kobaran.

"Awas!" Seorang bapak-bapak berteriak. "Kabel listriknya!"

BLAAAR!

Bunga api memercik dari kabel listrik di dekat rumah. Sekonyong-konyong, semua lampu di gang itu padam. Aliran listrik baru saja terputus.

Para tetangga tambah kebingungan untuk membangunkan ibu dan kakak Dalu. Mereka masih memanggil-manggil, tetapi masih belum ada jawaban.

"Wah, gimana nih?" Ibu Sumi, tetangga mereka, kelihatan panik. "Jendela-jendelanya terlalu sempit untuk dilewati. Mereka masih ada di dalam!"

Para manusia tampak takut untuk masuk ke halaman rumah karena api yang berkobar itu.

Aku harus membantu! Dalu melompat turun. Dia mengeong keras-keras pada Pak Bayu, si ketua RT. Pak Bayu sedang menelepon pemadam kebakaran memakai ponselnya yang besar dan memiliki tali. Pada masa itu, bentuk ponsel memang belum seringkas sekarang dan tidak dimiliki semua orang. Kebetulan sebagai salah satu yang paling berada di gang itu, Pak Bayu punya ponsel.

Pak Bayu menghiraukannya. Dalu mengguratkan cakarnya pada tumit pria itu.

"Aduh, kucing sialan!"

Pak Bayu berkelit dan menendang Dalu, tetapi dia menghindar dan terus mengeong. 'Kalian harus memutar lewat belakang!'

6 LIVES [TAMAT]Where stories live. Discover now