DELAPAN

4K 511 12
                                    

Happy Reading ;)




=================================

Akhir pekan biasanya menjadi hari yang paling di tunggu oleh setiap orang yang memiliki jam kerja rutin senin sampai dengan jumat. Begitu juga dengan Adrian. Biasanya akhir pekan adalah waktu yang dia gunakan untuk pulang ke rumah orang tuanya di Bogor. Sejak sang ayah pensiun empat tahun yang lalu, kedua orang tua Adrian memutuskan untuk menempati kembali rumah lama mereka. 

Namun akhir pekan kali ini Adrian memutuskan untuk tidak pulang dulu. Dua hari yang lalu ia sudah mengabari orang tuanya kalau hari sabtu ini ia akan di apartemen saja, beristirahat. Hampir seminggu ini ia dan tim divisi keuangan lembur karena harus closing bulanan. Biasanya di mulai dari tanggal dua puluh lima Adrian akan pulang melewati waktu pulang hari-hari biasanya.

Bahkan sekarang Adrian baru sampai di apartemennya menjelang pukul satu dini hari, karena masih ada satu laporan yang tidak balance dan harus dituntaskan segera. Besok ia ingin menghabiskan waktunya bergelung selama mungkin di atas kasur tanpa gangguan.

****

Adrian membuka matanya pelan saat merasakan silau cahaya matahari menerpa wajahnya. Pandangannya menyapu seisi apartemen ukuran studio itu dengan tangan yang terus memeluk guling. Meraih ponsel yang semalam di letakkannya di ujung tempat tidur, Adrian mulai mengaktifkan data selulernya.

Denting notifikasi masuk meramaikan suasana kamarnya. Melirik angka di sudut atas ponsel yang menunjukkan pukul satu siang, ia putuskan untuk bangun dari tidurnya dan bersandar pada sandaran tempat tidur berwarna hitam. Ia sempat bangun tadi pagi untuk menjalankan ibadah dan mengisi perut dengan sepotong roti yang di belinya kemarin sebelum kemudian kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu selama satu minggu ini.

Mengerjap pelan, Adrian mengarahkan ibu jarinya untuk menggulir layar ponsel dan mengecek notifikasi apa saja yang masuk. Tiga panggilan tak terjawab dari Andini. Pukul sepuluh pagi, pukul dua belas dan lima menit yang lalu. Satu panggilan dari bundanya dan satu dari... Tiara? Adrian tercenung sesaat mendapati nama perempuan yang beberapa bulan terakhir terang-terangan menunjukkan perasaan padanya. Tidak mau ambil pusing, Adrian segera beralih ke kontak Andini dan menyentuh tombol hijau untuk melakukan panggilan.

"Yann!! Kemana aja sih dari tadi di telponin nggak di angkat?!"

Adrian mendecak kesal. Belum juga sempat bersuara telinganya sudah hampir pecah karena teriakan Andini.

"Gue belum budek, nggak perlu teriak-teriak."

"Ya abisnya, lo gue telpon dari pagi nggak di angkat terus. Dari mana sih?"

"Baru bangun, semalem lembur," balas Adrian sambil menahan kuap.

"Oke, sekarang lo buka pintu deh. Gue pegel berdiri dari tadi. Buruaann!"

Dengan dahi berkerut bingung Adrian menatap ponsel di tangannya yang layarnya menggelap. Andini mengakhiri panggilan begitu saja setelah berteriak untuk di bukakan pintu.

Tuh bocah disini? 

Bergerak malas akhirnya Adrian melangkah menuju pintu dengan tangan mengacak rambut asal tanpa mencuci muka atau mengganti bajunya, hanya untuk membuktikan apa Andini benar-benar ada di apartemennya.

"Lah lo beneran disini?" Adrian tidak bisa menyembunyikan kekagetannya saat menemui Andini dalam balutan celana jeans pendek dan kaos kebesaran bergambar Mickey Mouse sedang menenteng plastik dengan lambang supermarket di lantai bawah.

"Yap." Andini melangkah masuk melewati Adrian bahkan sebelum si empunya tempat mempersilahkannya.

"Lo abis belanja?" tanya Adrian setelah menutup kembali pintu. Ia berjalan masuk dan memutuskan untuk duduk di sofa serta menyalakan televisi. Memilih acak saluran sekadar agar suasana tidak terlalu sepi. "Buat apaan itu? Banyak amat," tanyanya begitu melihat apa saja yang Andini keluarkan dari dalam plastik.

BEST MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang