EMPAT BELAS

3.6K 475 32
                                    

"Mas kapan balik ke Indonesia?" Andini menatap lelaki di hadapannya yang tengah menyesap Hot Americano dengan wajah berseri.

"Udah dari dua tahun yang lalu sih, tapi Mas di Surabaya." Lelaki berusia dua puluh tujuh tahun itu meletakkan kembali cangkir minumannya dan mengarahkan pandangan pada Andini, mantan kekasih yang masih sangat di ingatnya hingga kini. "Kamu tambah cantik aja, Din."

"Apaan sih, Mas." Andini menepuk pelan lengan Ganendra. Rayuan gombal seperti itu sudah terlalu sering ia dengar dulu. Namun tetap saja tidak bisa menyembunyikan kedua belah pipinya yang menghangat. Lelaki ini memang bermulut manis.

Ganendra mengulum senyum melihat wajah gadis di depannya yang merona. Sejak dulu menggoda Andini memang menjadi kebiasaannya. Melihat perubahan warna di pipi gadis itu membuat Ganendra selalu gemas.

Setelah mampu menguasai diri, Andini kembali bertanya, "Terus Mas ngapain di Jakarta? Ada kerjaan?"

Tidak langsung menjawab, Ganendra memilih kembali menikmati sisa kopinya. Menyesap rasa pahit yang bagi sebagian orang lain mungkin bukan jadi pilihan utama untuk di nikmati, namun terasa sangat pas di lidahnya.

"Iya. Mas baru aja tanda tangan kontrak sama firma hukum di sini. Udah dua tahun kerja sama keluarga. Butuh tantangan baru," ucapnya seraya mengedikkan bahu.

"Hmm, berarti Mas bakal menetap di Jakarta?" tanya Andini.

"Iya," ucap Ganendra. "Kamu sendiri gimana? Setelah lulus sibuk apa? Udah lama banget ya kita nggak ngobrol kayak gini. Gara-gara ponselku sempat hilang, kita jadi lost contact," keluhnya.

"Hilang? Pantes aku nggak bisa lagi hubungin Mas. Kirain mentang-mentang udah mantan, terus di Amrik ketemunya bule terus, langsung lupa. Nggak mau aku hubungin lagi," kekeh Andini.

"Ya nggak gitu lah." Ganendra berseru cepat. "Semua kontak teman dan  keluarga ada di ponselku yang hilang itu. Dan aku nggak inget nomor siapa pun kecuali Mama," ringisnya. "Nih..." Ganendra meletakkan ponsel pintar keluaran terbaru di atas meja. Menggesernya lebih dekat pada Andini kemudian berkata, "nomor kamu masukin ke sana. Jadi nanti Mas bisa hubungi."

Tanpa banyak bertanya, Andini mengambil ponsel pintar itu dan mengetikkan sederet angka lalu menyimpannya ke dalam kontak.

"Udah tuh."

Setelah menerima kembali ponselnya, Ganendra langsung coba menghubungi nomor ponsel Andini, bunyi dering dari dalam tas gadis itu terdengar.

"Ini nomor ponsel Mas, kan?" tunjuk Andini pada sederet angka yang berada di layar ponselnya.

"Iya,"sahut Ganendra cepat. "Nanti kalo Mas telepon diangkat loh ya."

Andini hanya menganggukan kepala antusias.

****

Tidak menunggu lama, malamnya Andini tersenyum senang begitu mendapati kontak atas nama 'Mas Nendra' menghubunginya.

Mereka mengobrol cukup lama menyambung pembicaraan di kedai kopi siang tadi. Menceritakan masa di mana mereka sempat hilang kontak selama hampir lima tahun terakhir.

Salah satu alasan mengapa dulu Andini menerima perasaan Ganendra adalah karena lelaki itu merupakan teman bicara yang menyenangkan. Dia bisa menempatkan diri sesuai dengan suasana hati Andini.

Mereka cocok sebagai teman. Dan ketika Ganendra ingin mengubah status hubungan mereka menjadi sepasang kekasih, Andini rasa tidak ada yang salah. Ia menerima status baru itu dengan senang hati.

"Kamu istirahat deh. Udah malem."

Suara berat Ganendra terdengar di telinga Andini, membuatnya kembali teringat masa pacaran mereka dulu di kota Bandung.

BEST MATEWhere stories live. Discover now