Chapter 2

4.8K 689 156
                                    



Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Suasana biro kesehatan terlihat sangat kisruh, pasien dengan keluhan sakit perut dan mual-mual semakin bertambah dari hari ke hari.

Antrian pasien sudah sampai depan gerbang masuk, dan orang-orang dengan gejala yang parah tidak dapat melanjutkan antriannya, mereka memilih menidurkan dirinya di tanah yang dingin, bahkan tak jarang ada yang tak sadarkan diri dan bahkan meninggal sebelum diperiksa oleh tabib

Jisoo yang tau sedikit ilmu tentang obat-obatan tak pernah absen menjadi relawan di biro ini, gadis dengan kepribadiannya yang menyenangkan ini sedari tadi berlarian kesana-kemari untuk memberikan air minum ke setiap pasien yang belum mendapat giliran.

"omona!!" Jisoo sedikit memekik saat pasien yang sedang ia beri air itu muntah diatas bajunya. tentu saja itu sangat menjijikan, tapi Jisoo tidak merasa demikian. Di elusnya punggung lelaki tua yang memuntahkan isi perutnya itu, Jisoo juga dengan telaten membersihkan sisa muntahan di sudut bibirnya


"apa kau sudah makan?"


Lelaki tua ini menggeleng pelan, di lihatnya keseluruhan tubuh lelaki tua ini. wajahnya terlihat sangat pucat, tubuhnya kurus kering dan bahkan di musim dingin ini dia tidak memakai alas kaki.

Mata bening nya juga kini berkeliling memperhatikan semua pasien yang ada di biro ini. mereka yang mengantri juga tak jauh beda dengan lelaki tua ini, terlihat menderita.

Jisoo menghembuskan nafasnya, kasihan sekali.. Pantas lebih banyak pasien yang mengeluh sakit perut dan mual-mual, Mereka pasti mengalami kelaparan dan terpaksa memakan sayuran yang sudah kering dan busuk. Jisoo juga yakin mereka hanya makan tidak lebih dari 3 hari sekali atau bahkan tidak sama sekali

Hal seperti ini terus terulang saat musim dingin tiba, tidak ada panen dan rakyat miskin seperti mereka ini semakin sulit untuk mendapatkan makanan.

Jujur saja, Jisoo sangat marah pada Raja yang memimpin negeri ini. seperti tidak ada rasa peduli pada rakyat kecilnya, bahkan ditengah musibah kedinginan dan kelaparan seperti ini Istana malah akan mengadakan pemilihan putri Mahkota dimana tentu saja itu memakan banyak biaya.

Tidak bisakah sang Raja beserta keluarganya memberikan setidaknya beras untuk rakyat kecilnya? Mereka yang sekarang mengantri disini terlihat lebih kurus dan kotor dari anjing peliharaan Istana.


"sebentar, aku akan bawakan bubur untukmu"

Jisoo kembali berlari kecil dan masuk ke dalam biro kesehatan, dan Tubuh mungilnya yang berlari kecil itu tak pernah lepas dari tatapan kagum orang-orang yang ada disana.

Mereka kagum atas kesediaan Jisoo yang rela mengurus rakyat miskin seperti mereka, gadis ini selalu memperlakukan semua orang sama dan tidak pernah membeda-bedakan kasta, mungkin jika dikumpulkan seluruh gadis bangsawan di  negeri ini, hanya Jisoo lah yang memiliki Jiwa seperti itu.

Queen Of BeautyWhere stories live. Discover now