Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"apa kau menyukainya?!"
"t-tidak."
"berhenti berbohong!"
"sungguh."
lagi-lagi tubuh kurus itu dihempas dengan begitu kasar hingga menabrak dinding kusam yang warna catnya nyaris memudar sempurna. dengung lirih keluar dari bibir merah satu-satunya pria yang ada disana, terdiam meringkuk seraya melindungi kepala dari tendangan brutal tiga orang wanita berseragam urakan.
"dengar ya hwang nerd hyunjin, jangan berani melirik christopher lagi atau kau benar-benar akan kami jatuhkan dari lantai atas! ayo pergi."
ketiga wanita itu telah pergi dan menyisakan hyunjin yang bersimpuh pada permukaan kotor lantai dibawahnya.
"sakit." dia bergumam sendiri. tubuhnya dipeluk guna menghalau dingin dari angin kering musim panas yang mendadak datang.
tak ada siapapun disini. hanya dirinya sendirian, menanggung sakit karena alasan sepele yang begitu tidak masuk di logika. tubuhnya di seret paksa menuju bagian barat gedung sekolah yang tak lagi terpakai. dia dipukul, dijambak, dan diperlakukan kasar oleh salah satu wanita yang bahkan hyunjin tak tau namanya. si wanita menyatakan secara sepihak bahwa hyunjin mencoba menggoda siswa yang menjadi incaran banyak wanita di sekolah mereka, christopher bang.
klasik sekali, seperti drama picisan yang sialnya menjadi kenyataan. hyunjin tidak munafik, dia memang menyukai chris bahkan sejak pertama kali dirinya menginjakkan kaki ke sekolah ini. tapi dia tau bahwa ada batasan yang tak boleh dilewati. pemuda dengan tampilan dan kehidupan terlampau sederhana macam dirinya mana cocok bersanding dengan pria tampan, kaya raya, sekaligus populer macam chris?
lagipula penggemar pria itu ganas-ganas sekali. hyunjin bahkan pernah melihat beberapa siswi mencoba mengambil foto pria itu saat sedang berada di toilet. sungguh gila.
"maaf bunda, bajuku jadi kotor."
apa yang hyunjin khawatirkan bukanlah sudut bibirnya yang robek, atau kacamatanya yang retak, atau bagian perutnya yang mungkin sekarang sudah dihiasi lebam kebiruan, tetapi dia takut bahwa bundanya akan menatapnya dengan raut sedih ketika lagi-lagi harus menemukan anak semata wayangnya pulang dalam keadaan berantakan.
sejak dulu hyunjin memang sudah menjadi bahan mainan anak-anak di sekolah. dia cerdas, tapi sepertinya dia masuk ke sekolah yang salah. megah memang, namun di isi oleh mayoritas kaum ber-uang yang sombong dan gila kuasa. hari-harinya kerap tidak tenang, dicaci dan dikucilkan sudah seperti makanan sehari-hari bagi hyunjin.
"apa yang kau lakukan disini?"
hyunjin mendongak, mata dengan kelopak monolid itu mengerjab cepat kala menemukan sosok tinggi dengan balutan kaus hitam serta outer seragam khas sekolah yang sengaja tidak terkancing berdiri tepat di hadapannya.
