Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
hyunjin menghela napas untuk yang kesekian kali. bedanya kali ini sambil bersandar pada kursi kebesarannya karena pening di kepala semakin menjadi-jadi. tumpukan berkas yang sudah dibaca dan dipahami, plus, ditandatangani buat hatinya merasa lega barang sedikit.
tapi pertemuan penting yang akan berlangsung beberapa menit lagi tampaknya tidak bisa menunggu, dan hyunjin kerap kali harus berdamai dengan padatnya jadwal pekerjaan di usia muda. menjadi direktur perusahaan atas kehendak sang ayah tentu bukan inginnya. tapi mau bagaimana lagi? mengemis hingga menangis darahpun dia tidak akan diizinkan melanjutkan pendidikan seninya.
suara ketukan pintu yang terdengar nyaring mengalihkan lamunan hyunjin. dia sengaja berdehem sekilas sebelum merapikan jas dan posisi duduknya.
"masuk."
sosok di balik pintu masuk ke dalam ruangan tak lama setelah hyunjin mengizinkan. di tangannya ada sebuah tab dengan merk apel tergigit sementara tangannya yang lain menenteng sebuah plastik.
"tuan hyunjinㅡ"
"hyunjin saja." sela si surai pirang cepat. bola mata beningnya memutar malas saat pria dengan setelan formal di depannya terkekeh pelan.
"kau kan direktur utama, jadi aku harus bersikap formal padamu."
"jangan berlagak seolah kita baru kenal kemarin."
"baik, aku menyerah. berdebat dengan pewaris muda keluarga hwang memang tidak ada habisnya."
"minho, jangan mulai." hyunjin menatap sebal pria bernama minho yang saat ini menggaungkan tawa keras sembari duduk di sofa, abai pada hyunjin yang kelihatan hendak meledak, tentu dengan ekspresi yang tetap menggemaskan.
"kemari. kau belum makan sejak pagi kan? wajahmu pucat."
"aku malas bergerak. kepalaku pusing."
"haruskah aku menggendongmu kemari, tuan putri yang cengeng?"
ada suara decak sejenak sebelum sang empu memilih menyusul minho duduk di sofa. kedua bahu mereka bersentuhan kala yang lebih muda memilih menyandarkan kepalanya ke bahu tegap si surai gelap.
"suapi dong."
"memangnya kau bayi?"
"iya aku bayi. pokoknya suapi."
"dasar. andai para client tau sifatmu yang begini, kau akan di ejek habis-habisan."
"berhenti mengomel dan lakukan tugasmu."
minho menurut sambil sesekali menggeleng maklum. potongan sushi yang ada di dalam box dia sumpit dan kemudian di arahkan ke depan mulut hyunjin.
"kau mengingatkanku dengan siput. kenapa cara makanmu selalu saja lambat hyunjin-ah?"
