Part 2

8.2K 590 111
                                    

"Ada apa, Mom? Maaf aku baru ke sini sekarang," sesal Jessy.

Bella melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar Jessy mendekat. "Ada sesuatu yang ingin Mom bicarakan padamu, ini rahasia dan sangat penting," ucap Bella.

Jessy menuruti perintah Bella, ia melangkah mendekati mommy-nya. Tapi baru tiga langkah pergerakannya, Bella tiba-tiba berseru, "Berhenti di situ!"

Mata Jessy mengerjap, tak mengerti perintah Bella. Bukankah tadi ia disuruh mendekat? Kenapa sekarang seperti ditolak?

"Baumu berbeda, Jessy. Kau dari mana?" selidik Bella.

"Aku tidak pergi ke mana pun, dari tadi pagi aku di kamar," jawab Jessy. Faktanya memang begitu, seharian ini ia hanya tertidur bahkan melewati jam makan siang dan makan malam.

Kali ini Bella yang mendekat, ia memutari Jessy dengan pandangan menyelidik. Tiba-tiba kepala Bella merasa pusing, hampir saja wanita tiga anak itu jatuh jika Xander tidak menahan tubuhnya.

"Bella, ada apa?" tanya Xander khawatir.

"Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi pada Jessy tadi," ungkap Bella.

Jessy merasa syok, kekuatan Bella belum ada yang bisa menandinginya. Semakin bertambah usia wanita itu, semakin kuat pula kekuatan dalam tubuhnya. Bila kekuatan miliknya dan Jeslyn disatukan pun, belum bisa untuk menandingi Bella.

"Itu tidak mungkin, Mom," ujar Jessy.

"Ada sesuatu yang melindungimu tadi," tutur Bella.

Rasanya Jessy semakin tidak percaya, dia tidak bertemu dengan orang lain hari ini selain keluarganya. Mungkin saja ia tidak sengaja bertemu dengan beberapa warior dan omega, tapi tidak mungkin mereka bisa melindunginya, kan? Rasanya sangat mustahil sekali.

"Sebaiknya kau makan dulu, Jes. Tubuhmu memerlukan tenaga untuk besok," ucap Xander sebelum pergi meninggalkan Jessy.

Laki-laki paruh baya itu membawa mommy-nya, mungkin kembali ke kamar mereka. Pikiran Jessy juga ikut tertarik lagi, menduga-duga apa yang terjadi dengannya selagi tertidur.

"Jessy," panggil Nio.

Panggilan itu sama sekali tidak disahutinya, bahkan menoleh saja tidak. Jessy sudah terlalu tenggelam dengan pemikirannya sendiri, kebiasaan begitu.

Akhirnya, Nio memegang pundak Jessy untuk menarik kesadarannya. "Kebiasaanmu terlalu buruk," komentarnya.

Sedari dulu, jika Jessy tenggelam di dunianya sendiri, maka siapa pun yang melihat itu harus segera menyadarkannya. Begitulah perintah dari Xander, bahkan pada omega atau warior sekali pun.

Pernah suatu ketika saat Xander dan keluarganya -kecuali Jessy- pergi ke pack lain, Jessy melamun sendirian dan tidak ada yang menyadarkannya. Gadis itu berkelana dalam pikirannya sendiri, membuat gejolak lain memberontak.

Hanya Bella yang bisa menyadarinya jika sudah begitu, memerlukan sihir tingkat atas agar bisa menarik Jessy kembali.

"Aku tidak sadar," gumam Jessy.

Nio menghela napas, lalu ia mengangguk. "Aku ingin bertemu dengan Greva," ucap Nio.

Retakan tulang berbunyi dengan nyaring, dua serigala dengan warna dan ukuran yang berbeda berdiri dengan kokoh.

"Gery, lama tidak bertemu," sapa Greva.

Gery hanya mendengkus, ia melirik tajam pada Greva. "Ikut aku!" perintahnya.

Sedari dulu, Gery memang tidak terlalu menyukai Greva. Menurutnya serigala itu terlalu cerewet, berbanding terbalik dengan Jessy yang agak cuek.

Mereka berjalan ke arah taman, di sana juga sudah ada Jeslyn. "Kenapa Kakak memanggil kami?" tanya Jeslyn.

"Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan pada kalian." Gery menjawab dengan tenang, kemudian ia mendekat ke arah Jeslyn. "Naik ke punggungku!" perintahnya.

Selama masa kehamilan, shewolf dianjurkan untuk tidak ber-transformasi jika keadaan tak mendesak. Semua itu demi keselamatan pada bayi di kandungannya, lagi pula Jeslyn juga memiliki darah witch.

Dua serigala itu berlari dengan cepat ke arah selatan pack, hingga sampailah mereka ke perbatasan.

"Gery, kau ingin kita mati?" tanya Greva sarkas.

"Tidak, aku hanya memastikan sesuatu."

****

Mereka tiba saat matahari mulai kembali ke peradaban, kini bulan sudah menggantikan tugasnya. Binatang-binatang mulai berkeluaran, mereka mengunjungi Bella karena malam ini bulan purnama.

"Dari mana kalian?" tanya Bella.

"Jalan-jalan, Mom." Jeslyn turun dari punggung Gery, ia duduk di samping Liam yang sudah berada di sana.

Tak lama kemudian, Nio dan Jessy menyusul dan duduk di bangku mereka masing-masing. Perkumpulan itu berada di aula belakang, tempat yang Xander buat khusus untuk pertemuan semacam ini.

"Malam ini hanya ada pengumuman, nanti anakku yang akan naik tahta. Meskipun dia juga memiliki darah serigala di tubuhnya, tapi darah witch miliknya lebih kental."

"Queen ingin ke mana? Pulau itu?" tanya salah satu harimau.

Bella menoleh ke arah Xander, menyuruhnya untuk menjawab. "Tidak, kami akan tetap di sini," jawab Xander mewakili.

"Kurasa hanya itu saja, silakan nikmati makanannya!" Mereka berbondong-bondong mendekati makanan yang disediakan, berbagai macam hidangan sudah disiapkan Xander untuk menjamu mereka.

"Nio, ke ruangan Dad sekarang!" perintah Xander.

"Kau juga, Liam!"

Mereka pergi dari sana, hingga tinggallah Bella dan si kembar. "Queen, kami pamit terlebih dahulu. Sampai bertemu bulan depan, sesekali berkunjunglah ke Crystal."

"Baiklah, akan ku usahakan."

Ruangan yang sebelumnya penuh itu menyisakan tiga orang saja, Bella menatap ke arah dua anaknya. "Kapan kau akan menikah, Jessy? Jeslyn sudah mengandung, mom ingin menggendong cucu darimu," ungkap Bella.

"Jangan bahas itu sekarang, Mom. Aku sedang tidak berminat, apalagi bersama uncle Evan." Jessy langsung pergi begitu selesai mengucapkan apa yang ia rasakan, ia lelah sekali hari ini.

Sesampainya di kamar, Jessy langsung menghempaskan tubuhnya. Tadi ia ingin kembali ke dunia manusia, tapi rasa lelah lebih mendominasi.

Bau bunga mawar mulai tercium saat Jessy merebahkan tubuhnya, ia melihat ke segala arah dan memeriksa seluruh ruangan yang ada di kamar itu.

Seingatnya, ia tidak pernah memakai aroma bunga mawar. Entah itu untuk dirinya, atau pun ruangan. Jadi, dari mana wangi ini berasal?

Jessy mulai membaca mantra, ia juga menajamkan penciuman dan pendengaran dari sisi serigalanya. Sampai beberapa menit kemudian, ia tidak menemukan apa pun yang mencurigakan di kamarnya.

"Aneh," gumam Jessy.

Tidak ingin ambil pusing, Jessy memutuskan untuk tidur saja. Ketika ia baru memejamkan mata, ada sepasang tangan yang memeluknya.

Keanehan kembali terjadi saat Jessy ingin membuka mata, ia tidak bisa melakukannya, seperti ada yang melekat. Mulutnya juga terkunci, hanya gumaman yang keluar.

Meronta pun rasanya percuma, Jessy tahu jika yang melakukan itu adalah seorang laki-laki. Mungkin orang yang tidak menyukai kakak atau daddy-nya, bisa saja, bukan? Bau mawar itu juga dari tubuh laki-laki yang misterius ini, sepertinya untuk menyamarkan bau tubuhnya.

Perlahan kegelapan mulai menjemput Jessy, ia sudah pasrah dengan keadaan yang akan terjadi.

"Setidaknya mati dengan cara seperti ini lebih baik dari pada harus menikah dengan tua bangka itu," batin Jessy.

The Queen [END]Where stories live. Discover now