Part 8

5.4K 440 82
                                    

Kehadiran dua gadis yang muncul secara tiba-tiba di tengah rapat para tetua dan keluarga Wilkinson itu membuat beberapa orang terlonjak kaget, belum lagi dengan adanya Jessy di samping Karin.

"Karin, kau menjemputnya sendiri?" tanya Nio tanpa berbasa-basi lagi.

"Ya."

Amarah Nio mulai terpancing, susah payah dirinya mengatur rencana sedemikian rupa tapi langsung dipatahkan oleh istrinya sendiri. Mereka ingin bermain aman ketika berada di daerah lawan, meskipun antara klan vampir dan werewolf tidak ada masalah sama sekali.

Beberapa kali laki-laki itu menarik napas lalu mengembuskan secara kasar, matanya menyorot tajam pada dua gadis yang terlihat santai itu.

"Dikarenakan Karin sudah membawa Jessy pulang, pertemuan ini berakhir. Terima kasih atas dukungan kalian," ucap Xander membelah keheningan.

Setelah kepergian para tetua, Nio segera bangkit dan menyeret Karin keluar dari sana. Tangannya langsung menghempaskan tangan Karin ketika mereka berada di kamar, ia benar-benar tidak tahan.

"Apa? Kau ingin marah?" tantang Karin.

"Kau sendiri yang tidak keberatan aku melakukan apa pun, asalkan aku bisa menjaga diri dengan baik," ucapnya.

Karin menatap mata Nio yang terus melihatnya dengan tajam, ia sama sekali tidak merasa terintimidasi. "Aku baik-baik saja, tidak ada satu pun yang terluka, Nio."

****

Kini Jessy sedang berhadapan dengan kedua orang tuanya, ia terduduk lemas dan terkesan malas-malasan. Beberapa kali gadis itu terlihat menghembuskan napasnya secara kasar, hal itu membuat emosi Xander semakin memuncak.

Sebelum Xander menumpahkan amarahnya, Bella bergerak terlebih dahulu. Wanita itu berpindah tempat menjadi duduk di dekat Jessy. "Jessy, bisa ceritakan pada Mommy kenapa kau bisa berada di daerah klan vampir?" tanya Bella lembut.

Atensi Jessy kini sepenuhnya beralih pada Bella, ia membalas pelukan wanita yang melahirkannya itu. "Aku dibawa ke sana," jawab Jessy.

"Dibawa? Siapa yang membawamu?" tanya Xander.

"Xander, kau diam saja! Ini menjadi urusanku," ucap Bella.

"Tapi--"

"Keluar!" usir Bella.

Terpaksa Xander keluar dari ruang kerjanya sendiri, tapi sepertinya memang lebih baik begitu. Lama-lama berada di dalam sana, membuat emosinya tidak bisa terkontrol dengan benar.

"Siapa yang membawamu, Jessy?" tanya Bella pelan.

Jessy menatap mata Bella sebelum menjawab pertanyaan mommy-nya, ia meyakinkan diri jika Bella pasti akan merahasiakan hal ini. "Namanya ... Pangeran Aldrick," jawab Jessy.

Tangan Bella mengusap punggung tangan Jessy dengan pelan, wanita itu tersenyum menenangkan. "Tidak apa-apa, ceritakan saja!" perintah Bella.

"Dia adalah orang yang selama ini berada di dekatku, tapi tak pernah memperlihatkan wujudnya. Dia selalu datang ketika aku mulai terlelap, menjagaku dari dinginnya malam yang menusuk kulit."

"Baru beberapa hari yang lalu, dia memperlihatkan dirinya ketika aku dibawa ke daerah vampir. Mom, i'm fall in love with him. Dia juga berkata menyukaiku," ujar Jessy.

Rasanya Bella ingin memantrai Jessy, gadis itu sangat mudah mengatakan jatuh cinta pada seseorang yang bukan mate-nya. Seandainya saja mereka adalah manusia, Bella tidak akan keberatan jika Jessy bahagia dengan pilihannya sendiri.

Sayangnya mereka adalah setengah manusia, sisi serigala mereka sudah memiliki pasangan yang telah ditentukan oleh Moon Godness.

"Jessy, kau tahu jika kita berbeda. Kita bukan vampir atau manusia yang bisa memilih pasangan sendiri, semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Moon Godness," tutur Bella.

Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Jessy, gadis itu memilih untuk bungkam dari pada terus membalas perkataan mommy-nya. Ia harus memastikan sesuatu terlebih dahulu sebelum mengatakan dugaannya, sesuatu yang bisa mengubah takdir seorang Jessy Wilkinson.

"Sudahlah, sebaiknya kau segera istirahat! Jernihkan pikiranmu terlebih dahulu sebelum kita makan malam nanti," pesan Bella.

Bibir Jessy terangkat ke atas, lalu ia memeluk wanita yang duduk di hadapannya. "Aku menyayangimu, Mom. Kau selalu tahu apa yang aku butuhkan," ujarnya sebelum pergi meninggalkan Bella sendirian di ruang kerja Xander.

Ketika memasuki kamar, Jessy langsung menatap malas pada seseorang yang berbaring di kasur miliknya. Ia langsung keluar dan mencari keberadaan Jeslyn, untuk saat ini yang dibutuhkannya bukan orang itu.

"Liam, di mana Jeslyn?" tanya Jessy saat tak sengaja bertemu dengan Liam di koridor, laki-laki itu tampak sibuk dengan berkas yang dibawanya.

Jessy bisa menebak jika kakaknya memberikan tugas pada beta sekaligus suami Jeslyn dengan sesuka hati, terlihat dari wajah Liam yang kusut.

Namun, tidak bisa dibilang begitu juga, Nio hanya melemparkan berkas pada Liam jika tentang urusannya di dunia manusia. Dirinya sendiri akan menangani berkas-berkas Silvermoon pack dan Crystal pack, pastinya lebih banyak dari yang Liam kerjakan.

"Dia ada di kamar," jawab Liam.

"Kakak memberimu tugas apa?" tanya Jessy penasaran.

"Hanya hal kecil yang perlu dibereskan. Ngomong-ngomong, kenapa kau mencari Jeslyn?" tanya Liam balik.

Jessy tersenyum manis, jenis senyuman yang jarang diperlihatkannya. "Malam ini aku akan tidur bersama Jeslyn, jadi ... kau tidak boleh masuk kamar," jawab Jessy.

"Lalu aku tidur di mana?" pekik Liam histeris. Demi apa pun, ia tak pernah tidur berpisah dengan Jeslyn setelah mereka menikah.

Jari telunjuk Jessy mengetuk-ngetuk dagunya, terlihat sekali jika gadis itu sedang berpikir. "Tidur saja di ruang kerjamu," jawabnya enteng.

"Jes, kau jahat sekali padaku!" lirih Liam, tapi ia juga mengerti jika kedua saudari kembar itu mungkin sedang dilanda rindu, mereka memang telah lama tidak bersama.

Tawa Jessy langsung pecah, Liam memang tidak bisa berjauhan dengan mate-nya. Jika ia berada di dunia manusia, mungkin orang-orang akan mengatainya bucin alias budak cinta.

"Kau ingin tidur di kamarmu?" Jessy bertanya penuh selidik, satu alisnya terangkat ke atas.

Liam mengangguk semangat, raut wajahnya tampak senang seketika. Tidak ada guratan-guratan kelelahan lagi di wajahnya, hanya ada raut kebahagiaan.

"Usir pria yang tidur di kamarku, baru kau boleh tidur bersama Jeslyn!" perintah Jessy lalu melesat pergi dari sana.

"Apa boleh buat, hanya itu satu-satunya cara agar aku bisa masuk ke kamar," gumam Liam.

****

Pintu kamar terbuka dengan kasar oleh gadis yang baru saja masuk, lalu ia membanting pintu itu agar tertutup.

"Jessy, kau membuatku terkejut!" protes Jeslyn.

"Tidak usah berlebihan, Jeslyn." Jessy membalas perkataan Jeslyn dengan santai, lalu ia merebahkan tubuhnya di ranjang empuk milik Jeslyn.

"Hei!"

"Diamlah! Aku hanya ingin beristirahat," kata Jessy.

"Ini kamarku! Kenapa kau tidak beristirahat di kamarmu saja?" tanya Jeslyn.

Jessy menatap Jeslyn tak berminat, jika saja tidak ada pria itu di kamarnya, ia tak akan berada di kamar Jeslyn. "Ada pengganggu."

*****

Halo👋
Setelah kemaren dikasih libur, minggu ini aku udah mulai up lagi😁

Sampai jumpa minggu depan😊

The Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang