Part 6

6K 489 93
                                    

Pepohonan pinus berjejer rapi membentuk sebuah tempat yang memanjakan mata, ditambah lagi beberapa bunga yang tumbuh di sekitar hutan tersebut. Keindahan ini sangat membuat Jessy terlena, gadis itu bahkan lupa dengan kekhawatiran keluarganya.

"Aldrick, berapa banyak tempat yang indah di mansion-mu?" Jessy bertanya tanpa melihat ke arah Aldrick, fokusnya ada pada tempat yang sedang diinjaki saat ini.

"Entahlah, aku tak tahu. Menurutku, semua ini biasa saja," jawab Aldrick.

"Ini luar biasa, Aldrick!"

Bibir Aldrick tertarik ke atas, membentuk senyuman tipis. Melihat Jessy bahagia hanya karena hal sesederhana seperti ini membuatnya ikut merasa senang, tidak salah ia percaya bahwa keluarga Wilkinson adalah orang-orang yang sederhana.

Semua hal tentang keluarga dan gadis yang berada di dekatnya sekarang ini sudah ia cari tahu sedari dulu. Meskipun tidak tuntas hingga ke akarnya, tapi Aldrick mengetahui garis besar kisah keluarga Jessy.

"Halo, Cantik!" Seorang pemuda dengan wajah penuh jahitan berdiri di depan Jessy, kedatangannya yang tiba-tiba membuat gadis itu terjatuh dikarenakan terkejut.

Laki-laki itu terkekeh pelan melihat respons Jessy, wajahnya yang menyeramkan pasti membuat setiap orang ketakutan. "Ah, aku merasa tersinggung dan sedih melihat respons Nona cantik ini."

Tanpa membalas ucapan vampir yang tak diundang itu, Aldrick segera membantu Jessy berdiri dan menyembunyikan gadis itu di balik tubuhnya. "Apa maumu, Fedrick?" tanya Aldrick dengan nada yang tak bersahabat.

"Kakak, aku hanya mengunjungimu. Memangnya salah? Kau tak pernah pulang ke kerajaan kita. Jadi, mom dan dad menyuruhku menyusulmu ke sini."

Sedari tadi mata Fedrick terus melihat ke arah Jessy, sesekali juga mengendus. "Sebuah kejutan melihat seorang gadis bersamamu, apalagi dia adalah keturunan bangsa werewolf. Pantas saja kau menolak dijodohkan, ternyata gadis pilihanmu sangat cantik," sambungnya.

"Jangan macam-macam, Fedrick!" Aldrick semakin menarik tubuh Jessy agar terlindung dari penglihatan Fedrick, tatapan tajam terus dilemparkan laki-laki itu kepada adiknya.

"Kau tidak asyik, selalu saja mengetahui apa yang aku inginkan. Aku juga ingin mencicipinya," ujar Fedrick dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Emosi Aldrick terpancing, ia tidak akan membiarkan vampir lain menyentuh Jessy. Sikap posesif yang dimiliki laki-laki itu mulai keluar, seolah mengklaim bahwa gadis keturunan Wilkinson adalah miliknya.

Cengkeraman di baju bagian belakang membuat Aldrick menoleh, ia menatap Jessy dengan pandangan teduh. "Tidak apa-apa, aku akan melindungimu," bisiknya.

Jessy semakin mendekatkan tubuhnya pada Aldrick, mencari perlindungan lewat tubuh laki-laki yang kini dipeluknya. "Aku takut, Aldrick," balas gadis itu.

Tatapan Aldrick kini kembali pada adiknya yang semakin mendekat, insting vampir yang dimiliki laki-laki itu pasti sedang bekerja. Tanpa berkata apa-apa, tubuh Aldrick berbalik sehingga Jessy berada dalam dekapannya sekarang.

Ia menyeringai ketika melihat Fedrick kini berada di depannya, Aldrick sudah dapat menebak dan membaca pergerakan laki-laki itu. "Kau tidak akan pernah mendapatkannya," tutur Aldrick santai.

Tangan Jessy yang semula melingkar di luar jubah kebesarannya dipindahkan Aldrick ke dalam, sebelah tangan vampir beraroma mawar itu memeluk pinggang Jessy dengan erat.

"Ayolah, Kakak! Kau tidak mau berbagi denganku? Sungguh jahat sekali," rutuk Fedrick, napasnya mulai tersengal karena terus menghirup aroma Jessy yang memabukkan.

"Sampai kapan pun, aku tidak akan membiarkanmu menyentuh dan mencicipinya!" Aldrick menahan emosinya yang akan meledak, Jessy pasti akan ketakutan jika itu terjadi.

"Kau pelit sekali!" Fedrick kembali melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aldrick dan Jessy, laki-laki itu seakan tidak takut dengan tatapan Aldrick yang semakin tajam.

Senyum di wajah Aldrick mengembang, adiknya yang satu ini memang tak pernah mengenal rasa takut. Kini tubuh Jessy ikut masuk ke dalam jubah Aldrick, hanya saja gadis itu diputar sehingga dapat melihat Fedrick juga.

"Pegang kuat-kuat jubahku, Sweety!" Posisi mereka saat ini persis seperti Aldrick memeluk Jessy dari belakang, kedua tangan laki-laki itu ikut melindungi gadisnya.

"Romantis sekali," cibir Fedrick melihat kedekatan keduanya.

"Kau iri?" tanya Aldrick semakin memancing amarah adiknya.

Fedrick tersenyum sinis, wajahnya semakin terlihat menyeramkan. "Sama sekali tidak, Kakakku. Untuk apa aku iri jika aku akan menggantikan posisimu itu sebentar lagi?" tanya Fedrick balik.

"Oh, begitu? Tapi kau tentu tahu jika aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, bahkan setetes darah miliknya tidak akan pernah kau cicipi," balas Aldrick.

Pertarungan antar saudara itu tidak terelakkan lagi, Aldrick bahkan tampak santai ketika membalas serangan Fedrick menggunakan sebelah tangan saja.

Meskipun melihat pertarungan bukan hal yang asing lagi untuk Jessy, gadis itu tetap merasa takut. Apalagi laki-laki yang memeluknya kini terlihat biasa saja, bagaimana jika dia bisa terluka?

Aldrick terus menangkis serangan dari adiknya, sesekali juga membalas. Melihat Fedrick yang mulai terfokus pada pertarungan mereka, perlahan Aldrick melepaskan Jessy.

"Bersembunyilah!" perintah Aldrick dengan berbisik.

Setelah Jessy menyingkir dari tubuhnya, Aldrick kini tidak khawatir lagi untuk bergerak. Ia menendang, memukul, dan membalas serangan Fedrick tanpa henti. Hingga laki-laki itu tak tahan lagi, Aldrick memutar tubuhnya dan melesat tanpa arah.

Fedrick paham apa yang dilakukan Aldrick, gerakan mengecoh lawan. Hanya kakaknya yang bisa melakukan hal tersebut, bahkan daddy mereka tidak mampu melakukannya.

Hantaman dari arah belakang membuat Fedrick tertolak dan membentur pohon pinus, seketika pohon tersebut roboh dan diikuti beberapa pohon di dekatnya.

"Cukup main-mainnya, Kakak!" Seorang pemuda kembali datang, ia membantu Fedrick berdiri.

Aldrick bergerak cepat ke arah Jessy, kembali melindungi gadis itu. Walaupun ini adalah darah kekuasaan miliknya, tapi tidak menutup kemungkinan ada yang menyerang.

"Kau tahu kembaranku hanya bercanda."

"Bahan candaannya sangat tidak lucu, Tedrick!" Rasanya Aldrick ingin murka pada dua saudara kembar itu, sayang sekali mereka adiknya. Jika tidak, mungkin ia sudah menghabisi Fedrick sedari tadi.

"Kau melihat aksiku, Ted?" tanya Fedrick.

"Ya, aku melihat semuanya."

Mendengar jawaban kembarannya, Fedrick mendelik kesal. "Lalu kenapa kau tidak membantuku?" tanya Fedrick sedikit membentak.

"Aku tidak bodoh sepertimu, menyerang Kakak sama saja dengan menyerahkan nyawa. Aku tak mau mati konyol!" jawab Tedrick santai.

Gelak tawa keluar dari mulut Aldrick, ternyata adiknya yang satu itu masih waras. "Bagus, Ted. Kau memang adikku yang tersayang," ucap Aldrick.

Wajah mereka memang sama, hanya saja Tedrick tidak mempunyai luka sedikit pun. Lagi pula adiknya yang satu itu lebih mudah untuk diatur, tidak seperti Fedrick yang terkenal pemberontak.

"Kau anggap aku apa, Al?" teriak Fedrick murka.

"Kau adikku juga, tapi bukan kesayanganku. Mulailah jadi penurut, Fed! Aku tidak suka pemberontak." Selepas mengatakan hal itu, Aldrick langsung melesat membawa Jessy. Sedari tadi ia dapat merasakan bahwa tubuh gadis itu bergetar, tampak sekali jika ketakutannya semakin besar.

"Tenanglah, Jes! Aku tidak akan membiarkan mereka mendekatimu," ucap Aldrick.

The Queen [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora